R.A 1

3.4K 129 11
                                    

05.32 AM

Bisingnya heriuk jalanan Ibu kota membuat panas telinga yang mendengar. Teriakan orang-orang, klakson motor atau mobil yang secara bersamaan, asap-asap knalpot memenuhi udara, padatnya jalanan,semua menjadi satu. Kalau di pikir-pikir, padahal ini masih pagi.

Cukup untuk di maklumi, ini hari pertama semua orang kembali beraktivitas setelah dua minggu lebih hibernasi di rumah atau bahkan berkeliaran di luar Jakarta.

Pegal rasanya, melihat semua orang yang terburu-buru pagi ini. Sedangkan, seorang gadis berambut panjang hitam pekat hanya menjadi pengamat dari dalam mobil yang mengantarkannya kembali meneruskan kewajibannya sebagai pelajar siswi kelas 11. Entahlah, tapi liburan yang serasa sebulan itu cepat sekali berlalu. Padahal, baru saja kemarin dirinya bermalas-malasan dirumah, tanpa keluar rumah.

Bosankan? Sangat. Akibat derita siswi yang bokek tanpa uang jajan yang tersisa di dompet. Malang nasibnya.

Gadis itu memilih memejamkan matanya sebentar, sebelum tiba di sekolah yang sudah hampir ia tak lihat dua minggu belakangan ini. Ia rindu, rindu teman dan uang jajan tentunya. Bukan pelajaran apalagi guru-gurunya.

“Qilla!” panggil seorang pria yang berada di sampingnya, si pengemudi mobil dengan berpakaian jas rapih yang menambah paras wibawanya.

Gadis yang bernama Qilla itu pun membuka matanya dan menoleh ke sumber suara, “Kenapa ayah?”

Pria yang dipanggilnya ayah itu mendengus sembari tersenyum, “Udah sampai. Ngelamun aja kamu tuh ya,”

Qilla melihat sekelilingnya, banyak orang yang berlalu-lalang di depan mobilnya, mengenakan seragam sama sepertinya dan berjalan memasuki pagar menjulang sebagai pintu selamat datang di SMA ABADI, sekolahnya.

Qilla menoleh kembali ke ayahnya dan tertawa kecil, “Hehehe, iya dengg!” Qilla menyalami punggung tangan sang raja dirumahnya itu dan keluar dari mobil sambil berucap, “Hati-hati ya, Yah!”

“Belajar yang benar, Putri Kodok!” ledeknya sakaligus melajukan mobilnya dari hadapan Qilla. Ah, Ayah lucu. Qilla tertawa setelahnya.

Qilla berjalan memasuki sekolah dengan santainya. Sesekali dirinya tersenyum, kala temannya menyapa. Ia melihat sekeliling sekolahnya, tidak ada yang berubah ternyata. Begitu memasuki kelasnya pun, tak ada bedanya. Hanya saja, tata bangkunya yang acak-acakan. Apa selama liburan penghuni sekolah ini bermain didalamnya? Bukan yang berwujud nyata tetapi yang tak nyata. Hantu misalnya.

Begitulah Qilla, imajinasinya terkesan aneh. Mana mungkinkan?

Qilla duduk ditempat biasa. Bagian pojok dekat meja guru, deretan ke dua dan bersyukur lagi, bangku kosong di depannya di isi oleh temannya yang tinggi. Supaya bisa menyontek, tidur, makan, dan hal lainnya. Yang mengherankan, selama itu guru-guru tidak menyadarinya. Tempat yang strategis bukan?

Ngomong-ngomong kelas Qilla tak berpindah sampai ia lulus. Begitu aturannya, hanya tinggal ganti papan nama kelas saja.

Beruntung Qilla sampai sebelum pukul enam, tandanya masih ada waktu setengah jam untuk tidur. Jangan tanya kenapa ia harus berangkat sepagi itu, bukan karena jarak rumahnya, tapi karena pekerjaan ayahnya yang mengharuskan dirinya berperan serta membantu sang ayah agar tidak telat.

Padahal, bisa saja dirinya naik ojek online tapi ayahnya itu memaksa dirinya untuk berangkat bersama. Katanya, ‘Ayah tuh baik, mau nganter kamu pertama masuk sekolah di kelas 11 ini. Soalnya ayah mau ngalahin ayah-ayah diluar sana, biar ayah sendiri paling keren! . Lebay memang, tapi tenang aja, Qilla sayang ayah.

“WOY KEBO SEKOLAH!! BANGUN LO!” teriak seseorang di telinga Qilla, membuat gadis itu terlonjak kaget dan bangun dari mimpinya.

“Aduh! berisik kecebong!” gerutunya sambil membenarkan penglihatannya yang masih belum sempurna terbuka. Ketika sudah 100% sempurna, ia tergelak bagaimana dirinya di kelilingi oleh sohib-sohibnya. Ya, mereka adalah para manusia bejat yang Qilla kenal. Dan Qilla yakin yang teriak adalah salah satu dari mereka, Lea namanya.

“Lo tuh ya, kerjaannya kalau ga tidur ya makan. Hello sweety! Ini udah masuk ketahun ajaran baru jadi lo harus ada perubahan,” ujar orang yang berada disisi kiri Qilla, Jhera. Si tukang ceramah bagi Qilla.

Qilla tak menggubris ucapan teman-temannya yang lain, perhatiannya teralih keluar kelas yang ramai menuju turunnya tangga di samping kelas Qilla.

“Itu anak-anak mau turun kebawah?” tanya Qilla yang sengaja mengalihkan pembicaraan.

“Yaiyalah, orang udah bel masuk. Ayo turun, upacara,” celetuk Lia sambil menarik dirinya keluar kelas diikuti teman-temannya yang lain dari belakang.

Kini tangga menjadi macet seketika, padahal tadi pagi ia naik masih sepi. Banyak siswa-siswi yang berlawanan arah dari tangga, ada yang naik karena baru datang dan turun untuk segera upacara. Datang telat, kalau pulang inginnya cepat. Dasar pelajar. Apalagi ramai dengan murid baru.

Hampir saja Qilla menabrak orang di depannya kalau saja ia tidak buru-buru menoleh kedepan. Tengsin. Semua gara-gara Ulan yang memanggilnya tadi, “Aduh maaf,” ujar Qilla sambil menunduk. Malu yang pasti.

“Hati-hati dek!” ujar cowok tinggi yang mengenakan jaket jeans di depannnya itu. Qilla mendongak, karena cowok itu lebih tinggi darinya. Cowok itu tersenyum dan berlalu meninggalkan Qilla yang masih mengagumi senyum itu.

‘kok manis yah?’ batinnya bersuara.









---ʝaҡaʀta, 2018
TBC
I love u, guys. Thank you for read💛

DILIGITIS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang