R.A 15

812 55 0
                                    


18.17 PM

Hari pertama, Ravengers mempunyai jadwal penting. Yang tidak lain adalah pertemuan silahturahmi dengan komplotan Laxvispa di café yang sudah ditentukan. Mahesa bilang, acaranya dimulai jam tujuh malam tetapi sekarang anggota Ravengers belum ada yang siap. Kebiasaan jelek mereka selalu begitu. Apa saja dianggap sepele dan terlalu diundur.

Walaupun sebenarnya tidak begitu juga, mereka semua asik menonton film sejak sore tadi hingga lupa waktu. Sekarang, mereka semua sibuk merias diri masing-masing. Setiap kamar yang dihuni sudah seperti kapal pecah. Apalagi bagian perempuan, seperti hujan pakaian. Baju dimana-mana, alat make up bertebaran begitupun sepatu terserak diberbagai sudut.

Jam tujuh kurang sepuluh menit. Mereka telah berkumpul di ruang tamu untuk segera berangkat. Walau nyatanya ada beberapa yang belum siap. Contohnya, Syasya yang sedang memasang anting, Ambon dan Duta yang belom memakai jasnya, Adit yang sibuk dengan gesper, dan Paskal yang tengah menyetim gitar kebanggaan untuk acara nanti.

Mahesa menepuk tangannya beberapa kali, mengintrupsi agar semuanya cepat-cepat selesai, “Ayo-Ayo cepet!”

“Bentar Ya Allah.”

“Absen guys!” titah Daren yang duduk santai memperhatikan semuanya beraktivitas.

Lana menghitung satu persatu anggota, “Qilla mana?”

“Qilla!!!” teriak Jo dan Ambon berbarengan.

Syasya menggeplak keduanya segera, “Jangan teriak bego! Cari.”

Ting!

RAVENGERS (11)

Anak curut : Ini bukan hutan! Jangan teriak-teriak. Qilla di mobil.

Adit mengecek ponselnya yang bergetar dan membaca pesan singkat dari Qilla. “Dia di mobil guys,” ujar Adit memberi tahu.

“Siapa?” tanya Lana.

“Qilla.”

Sontak semuanya berdiri, beranjak pergi segera sebelum terlambat. Mahesa yang mengandeng Lana dan Daren yang mengandeng Syasya. Selebihnya berjalan seorang diri menuju mobil tanpa Qilla yang telah mendahului.

-®©®-

Qilla menatap café begitu lekat, menelurusi hingga titik diri berseru. Otaknya seakan maju begitu cepat dan berusaha menghentikkan sebelum ia tahu kenyataannya. Lalu, menoleh kepada Syasya yang telah berganti menggandengnya.

“Ini tempatnya?” tanya Qilla khawatir.

Syasya mengangguk, “Iya, kenapa?”

“Qilla takut salah satu anggota Laxvispa itu teman Qilla sendiri," curah Qilla dengan nada panik.

Mata tajam Syasya menyorot kepada Qilla begitu horror, “Loh, kok lo ngomong gitu?”

“Gapapa sih, ragu aja buat masuk.”

“Udah, paling lo lagi parno kan?”

Qilla mengangguk samar, “Iya”

Syasya mengelus punggung Qilla yang terbuka. “Temen-temen lo udah di catat bersih sama Adit, satu angkatan lo juga,” ujar Syasya menenangkan.

“Iya sihh”

“Yaudah ayoo!”

Ravengers memasuki Ballroom café yang telah di hias mewah. Mahesa jalan memimpin dengan mengandeng Lana disampingnya. Lalu, dibelakang ada Syasya, Qilla, Jo dan Daren yang bersaf rapih. Sisanya, mengekor dengan Duta dan Javi menjadi penutup.

DILIGITIS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang