R.A 45

716 46 6
                                    

“Vier langsung pulang?”

Viero mengangguk menanggapi pertanyaan Qilla sembari memakai helmnya.

“Hati-hati ya, Vier.”

“Semoga kosa kata bahasa Vier bertambah!”

“Iya, Qilla.” ujar Vier pelan. Sebenarnya ia jengah, menghadapi Qilla yang cerewetnya nauzubillah. Maka dari itu, ia menanggapi seadanya. Eh, malah sebaliknya. Qilla semakin menjadi karena senangnya tak terbendung.

“Ih seneng banget dong! Akhirnya Vier nyebut nama Qilla.”

Melihat tingkah absurd kakaknya, membuat Paskal jengah, menoyor dan merangkul agar segera beranjak dari hadapan Viero. “Alay.”

“Bodoamat.”

“Pulang!” titah Paskal yang berulang kali mencoba menggeret namun tertahan. Sampai-sampai tangan Paskal dihempas kasar.

“Vier, Qilla duluan ya. Dadah Vier!”

Viero kembali mengangguk, menyalakan mesin motornya dan bergegas pergi menjauh dari jangkauan mata Qilla. Mengebut layaknya rossi agar segera sampai ketempat tujuan.

Berbalik kepada Paskal dan Qilla yang dalam perjalanan pulang. Suasana yang malam semakin padat oleh kendaraan beroda empat. Mengingat motor bisa nyelap-nyelip dengan cepat.

Qilla meringsut, menaruh dagu di pundak Paskal dengan manja. Hal yang membuat Paskal risih setengah mati. Mengolengkan motornya agar Qilla menjauh tanpa harus beradu mulut. Beruntung, Qilla peka. Dengan cepat menjauhkan diri sebelum Paskal membuatnya celaka.

Terselibat rasa lapar yang tak membendung. Menepuk pundak pengemudi meminta sesuatu, “Mampir ke McD, Kal.”

“Bungkus?”

“Makan disanalah. Ga resep dibawa pulang,” katanya menolak mentah.

“Nyusahin.”

Telinga Qilla kebal akan semua makian begitu pula dengan hatinya. Qilla tahu Paskal bercanda begitupula dengan yang lainnya. Namun, hati siapa yang tahu jika lama-lama akan terpatah tanpa ada yang memapah?

“Jadi, mau ga?”

“Hm.”

-®©®-

Jauh dari jarak sepasang kakak beradik tadi, kini Viero telah pulang dari tempat singgahnya. Sebuah tempatnya berpulang sementara sebelum ada yang menggantikan. Namun, rasanya tak tahu diri jika berlaku sementara. Pasalnya saja tempat itu hidup dan matinya. Hatinya terbawa oleh Sang permata. Jauh tak terlihat mata.

Ponselnya bergetar dalam saku, mengharuskannya bangkit dalam rebahan yang sudah kaku. Tertera nama pelaku beserta pesan yang ikut beradu.

Qilla : P
Qilla : P
Qilla : P
Qilla : P
Qilla : P

Viero : Apa?

Qilla : Gapapa Vier. Udah nyampe rumah?

Viero : Udh.

Qilla : Qilla lagi di McD dongggg😋

Viero : oh.

Qilla : IHHH VIER NYEBELIN BGT!😤😤

Tak sadar dirinya mengukir senyum. Hatinya menghangat seketika. Sumpah. Itu terjadi tiba-tiba. Seakan terbiasa dengan kisah asmara diluar sana. Bisa dibilang nyaman namun tak bisa dikatakan benar. Karena hati siapa yang tahu?

DILIGITIS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang