R.A 63

100 12 4
                                    

Sumba yang menjadi rencana, kini sudah terwujud dalam segejap mata. Hampir terjadi pembatalan karena alasan pekerjaan yang belum terselesaikan. Beruntung hal tersebut tidaklah kejadian. Berkat kerjasama antara Ravengers dan Laxvispa, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Burung-burung berkicau mencari kelompoknya dibawah langit yang nampak merah merona. Hamparan air terbentang luas dihiasi batu karang yang besar. Terdengar suara yang begitu jelas ketika gelombang air laut menabrak batu karang. Tawa dan senyum mendominasi wajah mereka dan disinilah Ravengers ada, Pantai Nihiwatu. Ini hari kedua mereka di Sumba dan ditentukannya rencana mereka untuk menghabiskan waktu seharian disana. Keinginan dan perintah atas Lana dan Syasya, tidak dengan Qilla. Perempuan itu tidak memberikan solusi dari awal rencana dan schedule yang diminta, karena baginya Patra bersamanya lebih dari cukup.

Iya, Patra pergi berlibur bersama Qilla dan Ravegers ke Sumba. Segala keperluan akomodasi direncakana akan dibayar Qilla jikalau Patra menolak. Namun, Patra masih mempunyai harga diri untuk tidak melakukan itu walaupun sempat beradu argumen untuk memaksa Patra bersama Qilla menghabiskan libura. Bukannya Patra tidak punya rasa tanggung jawab atas Qilla, namun untuk berhadapan dengan Ravengers dalam sekali introgasi mengenai hubungan mereka saja Patra hampir kehabisan kata-kata.

Matanya tak lepas memandang Qilla yang asik mencari karang-karang kecil dibawah pasir. Patra bersidekap, sesekali tersenyum karena kebodohan Qilla. Jika diputar waktu, rasanya Patra datang di waktu yang salah. Namun, ia bersyukur untuk sekarang. Semenjak pernyataan telak itu, sosok Qilla tak pernah absen di hidupnya sekarang. Bahkan, setiap satu minggu sekali Qilla selalu merencakan untuk keluar bersama dengan tujuan yang selalu ditentukan Patra. Sungguh jelas Qilla tak mau merepotkan diri untuk berpikir karena yang terpenting untuknya adalah bisa menghabiskan waktu dan selalu bersama Patra.

“Tra, sini!” titah Qilla seraya menyipratkan air laut kepada Patra yang tak jauh darinya agar cepat menghampiri Qilla dan bermain bersama.

Patra yang bajunya sedikit basah akibat ulah Qilla menjadi murka, “Kamu!”

“Kejar kalau bisa!” ledek Qilla seraya menyipratkan air laut kembalu berulang kali. Sampai Patra bergerak untuk menghampiri Qilla yang berancang-ancang untuk melarikan diri.

Melihat Daren yang tengah memegang kameranya dan memotret objek dari Barat tenggelamnya Matahari. Membuat Qilla ingin pula di foto bersama Patra. “Bang Daren!”

“Fotoin dong!” pinta Qilla seraya mendekatkan diri kepada Patra dan merangkul lengan Patra tanpa permisi. Patra menoleh kepada Qilla yang mengatur diri untuk berpose dan bertepatan dengan Qilla yang mendongak melihat Patra pula. “Lihat kamera, Tra!” rajuknya.

Entah telah berapa kali dipotret. Qilla tetap tidak mau melepas. Ditariknya salah satu tangan Qilla untuk berputar menghadap Patra, diposisikannya mereka berhadapan. Qilla yang tak mengerti hanya pasrah mengikuti. Tangan kanan Patra terjulur menggapai disisi kiri Qilla, menyentuh rambut Qilla dan di benahinya ke belakang telinga. Qilla dibuat terkejut bukan main, “Udah ya? Bang Daren, kalau ngomel berubah jadi Vampire.”

Jauh disebrang, Daren tersenyum melihat adiknya yang melupa kepada apa yang membuatnya luka, walaupun harus mengorbankan waktu dan rasa yang akan hampa nantinya. Daren mengambil setiap moment yang mereka gunakan disana, tanpa tertinggal satu detik pun karena Daren tahu bagaimana Qilla yang senang akan menyimpan kenangan. “Suruh udahan itu, gue juga nungguin foto dari tadi,” ujar Ambon yang membuat Daren tersentak menoleh dan melotot. Ambon tidak sendiri, ia bersama dengan Jo yang menatap Qilla dengan intens.

“Qilla, foto sama abang!” pinta Jo sambil menghampiri Qilla yang tengah bersama Patra.

Begitu kedatangan Jo dan Ambon, Patra menyingkir memberi ruang dan menghampiri Daren, “Sini Bang, saya yang foto,” tawar Patra yang diterima secara langsung. Ambon berteriak memanggil Ravengers yang berpencar dimana-mana.

DILIGITIS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang