VII. Famous (2/2)

1.3K 201 3
                                    

Hiroaki membuka kotak masuk surelnya, berharap apa yang ia tunggu muncul di sana. Padahal ia tahu, apa yang ia minta tidak mungkin datang secepat itu. Bahkan belum dua puluh empat jam berlalu setelah ia mengirim permintaan dan membayar uang muka.

"Ada undangan untuk menjadi juri tamu." Jasmyn meletakkan kertas yang ia maksud ke meja Hiroaki. "Temanya tentang keselamatan berkendara."

Hiroaki membaca poin-poin yang ditunjuk Jasmyn. Institusi penyelenggara, lokasi acara, dan tanggal pelaksanaan.

"Kalau Anda setuju, ini ada beberapa nama yang bisa diminta untuk mewakili Tórus---"

"Biar aku saja," ucap Hiroaki sambil mengembalikan undangan ke meja.

Glabela Jasmy  mengernyit. Setelah berinisiatif mengunjungi anzen dojo tempo hari, ia masih tetap heran mendengar Hiroaki bersedia terlibat dalam acara di luar urusan pekerjaan. "Di sana Anda akan diminta untuk menilai dan mengomentari rancangan dari peserta."

"Aku tahu."

"Saya tidak bisa mewakili Anda bicara di sana."

"Aku sedang ingin mencoba sesuatu yang baru."

"Kau yakin?" Kali ini, Jasmy  bertanya sebagai teman bukan asisten Hiroaki.

Hiroaki terkekeh. Ia memahami kekhawatiran Jasmyn. "Bagus juga untuk media promosi kita, kan."

Jasmyn hendak kembali berucap saat pintu ruangan dibuka tiba-tiba.

"Kak!" seru Jasper tanpa memahami situasi. "Lihat, apa yang kudapat!"

Keluar, Jasper. Bibir Jasmyn bergerak tanpa suara, sementara matanya langsung memelotot.

Jasper meringis lalu menarik daun pintu hingga tertutup kembali.

"Maaf, atas gangguan yang tidak terduga, Hiroaki-san," ucap Jasmyn dengan ekspresi yang kembali lembut. "Aku akan mengurus anak nakal itu dulu."

Bibir Hiroaki menipis karena humor. "Jangan terlalu keras pada adikmu."

Setengah hati, Jasmyn tersenyum lantas keluar.

"Berapa kali kubilang, kalau masuk ketuk dulu," omel Jasmyn begitu berhadapan dengan Jasper.

"Kau takut terpergok sedang bermesraan dengan kakak ipar, ya?"

Mata Jasmyn membeliak lebih lebar lagi. "Jaga mulut, Jasper. Ini tempat kerja bukan tempat nongkrong."

"Kau manis juga kalau sedang malu-malu begitu," goda Jasper sambil mengekori Jasmyn ke balik meja panjang di seberang ruangan Hiroaki.

"Jadi, apa yang kau dapat? Tanda tangan persetujuan sidang skripsi?"

Jasper mencebik. "Lebih penting dari itu. Aku sudah siap mengganti biaya perbaikan mobil kakak ipar."

Kelopak mata Jasmyn menyipit curiga. "Kau dapat uang dari mana?"

"Aku punya tabungan. Kau saja yang tidak tahu."

"Kalau punya, kenapa tidak dari kemarin?"

Jasper mencebik. "Aku perlu waktu untuk berpikir. Ini tabunganku yang berharga. Mana mungkin aku merelakan begitu mudah."

"Bagus. Besok pagi antar mobilnya ke bengkel resmi perusahaan."

Semangat Jasper merosot dari bahunya. "Aku juga yang harus mengantarnya?"

"Itu, kan, ulahmu," tandas Jasmyn. "Sampai mana progres tugas akhirmu?"

"Jangan-jangan, kau lahir bukan lima menit lebih dulu melainkan lima puluh tahun lebih dulu. Pertanyaanmu kolot sekali."

Touch Your Heart ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang