III. Curious (1/2)

1.8K 227 20
                                    

"Entah kenapa, wajah gadis kurir yang tadi pagi itu terasa familier."

"Kau masih saja memikirkan itu, Kak?" tanya Jasper yang duduk di balik kemudi. Ia bekerja sebagai sopir pribadi Hiroaki atas bantuan Jasmyn. "Bukankah Kakak ipar sudah bilang untuk tidak berurusan lagi dengan gadis itu?"

"Tetap saja. Bagaimana kalau dia salah seorang yang punya niat jahat? Mungkin pekerjaannya sebagai kurir itu hanya kedok."

Jasper tahu Jasmyn benci diperlakukan seperti anak kecil. Walau begitu, ia tetap mengulurkan tangan ke samping dan mengacak-acak rambut di puncak kepala perempuan yang lebih tua lima menit darinya itu. "Kau selalu tampak menggemaskan kalau sedang overthinking, Kak."

Kasar, Jasmyn menepis tangan adiknya. Ia bahkan menghadiahkan ketukan pulpen di pelipis Jasper. "Jauhkan tanganmu dariku."

"Setidaknya, dengan begini kau jadi berhenti memikirkan hal yang tidak penting, kan?"

"Kata siapa? Aku tetap menghitung biaya perbaikan yang harus kau bayar sebagai bentuk tanggung jawab."

"Ayolah, Kak," rajuk Jasper. Konsentrasinya tetap terpusat pada jalan di depan. Namun, ia juga tidak mau Jasmyn mengira ia setuju pada gagasan itu. "Itu, kan, cuma lecet sedikit. Lagi pula, bukan aku sengaja agar gadis kurir itu menabrakku."

Hiroaki yang semula memandangi jalan dari balik jendela, menoleh pada perdebatan saudara itu. "Tidak apa-apa, Jasmyn. Kita, kan, punya montir perusahaan untuk memperbaiki itu. Untuk sementara, kita gunakan yang ini."

"Benar, kan?" sorak Jasper. "Bahkan gadis kurir itu juga mengatakan hal serupa. Hanya kau yang senang melihat aku menderita."

Jasmyn memicingkan mata pada ucapan Jasper. "Kenapa gadis kurir itu sampai berkata untuk mengantar mobil ke montir perusahaan?"

Cepat-cepat, Jasper melipat bibir ke dalam. Baru sadar kalau sudah keceplosan bicara.

"Sudah berapa kali kubilang, Jasper. Berhentilah mengaku-ngaku sebagai pemilik Tórus."

"Maaf," cebik Jasper tanpa rasa bersalah. "Niatku hanya ingin menakut-nakuti gadis itu."

"Jasper, menepi sebentar," perintah Hiroaki yang otomatis memutus perdebatan kakak dan adik itu.

"Baik, Bos," patuh Jasper dan menghentikan mobil.

Hiroaki berujar terima kasih lantas turun dari mobil dan menyeberang. Dengan setelan rapi sewarna kopi, ia berjongkok di tepi jalan. Tanpa canggung dengan tempat sampah beberapa langkah darinya, ia membuka kotak makanan dan meletakkan ke atas trotoar. Dalam sekejap, puluhan kucing liar langsung berkerumun di dekatnya.

Dari balik kaca mobil, Jasmine memandang dengan kagum. "Seharusnya kau meniru hal-hal baik seperti ini dari Kak Hiro. Supaya meningkatkan kualitasmu sebagai manusia."

"Iya, aku tahu, Kak," ucap Jasper lemas karena kehilangan semangat. "Tapi itu, kan, bekal makan siangku. Sashimi yang tadi pagi kubeli sampai membuat mobil lecet."
***

Nama yang dipajang di papan pengumuman fakultas itu biasanya merupakan pertanda buruk. Yang paling sering adalah karena diminta untuk menemui dosen. Entah karena nilai yang kurang atau tidak menghadiri kuliah tiga kali berturut-turut.

Sepanjang perjalanan dari tempat parkir sampai papan pengumuman, Ruri terus
menduga-duga. Neo yang berlari di sampingnya, sama sekali tidak memberikan petunjuk.

Begitu tiba di depan papan pengumuman, matanya bergerak cepat demi menemukan nama lengkapnya. Siapa sangka, namanya tercantum sebagai juara satu lomba merancang mesin yang diadakan kampusnya tiga bulan lalu.

Touch Your Heart ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang