Setelah meminta Ruri untuk membelikan minuman, Hiroaki menemui Jasper. Dokter yang menjahit luka adik Jasmyn itu sudah berpindah menangani pasien lain. Kini tersisa mereka berdua di balik tirai hijau itu.
"Bisa kau ceritakan, apa yang sebenarnya kau rencanakan?" tanya Hiroaki tanpa basa-basi. Ia berdiri sambil menatap Jasper yang duduk di tepi tempat tidur.
Jasper menelan ludah. Ia menundukkan pandangan lalu perlahan-lahan memberanikan diri menatap Hiroaki. "Aku ... minta bantuan seorang teman untuk berpura-pura mengganggu Ruri; tapi yang datang malah penjahat asli."
"Bagaimana kau tahu vespa Ruri mogok?" tanya Hiroaki dengan ekspresi datar. Padahal di dalam hati, perasaannya berkecamuk. Ia saja tidak tahu dengan kondisi kendaraan Ruri. Karena gadis itu tidak bercerita padanya.
Gugup, Jasper menjilat bibirnya. "Sebenarnya, beberapa hari ini, aku menguntit Ruri."
Untuk sedetik, sepasang netra Hiroaki melebar. Ada dorongan kuat untuk melayangkan tinjunya. Namun, dengan kemampuan mengendalikan diri yang ia kuasai, Hiroaki hanya melipat tangan ke depan dada.
"Aku tidak bermaksud buruk," ucap Jasper cepat ketika melihat perubahan ekspresi Hiroaki. Lelaki itu mirip serigala yang hendak menerjang musuh. "Aku cuma ... ingin lebih mengenal Ruri. Apa yang dia suka, apa saja kegiatannya, dan aku ingin muncul sebagai pahlawan untuk melindungi dia dari gangguan palsu temanku."
"Untuk?"
"Supaya---" Jasper melirik takut-takut. "Supaya Ruri jatuh cinta padaku."
"Apa?"
Jasper menengadah ke arah langit-langit, lalu menunduk pada lututnya. Maaf, Jasmyn, bisiknya dalam hati. "Supaya Ruri berpaling padaku dan meninggalkanmu."
Hiroaki mendengkus lantas tersenyum miring. "Kau tidak akan bisa merebut dia dariku."
"Aku tahu," sahut Jasper. "Itulah kenapa aku merasa perlu merancang sandiwara."
"Apa Jasmyn tahu?"
Cepat, Jasper menggeleng. "Dia sama sekali tidak terlibat. Tolong jangan sampai Kakakku tahu."
"Tadi aku sudah menghubungi Jasmyn dan menceritakan kondisimu." Hiroaki mengangkat lengannya untuk melihat jam. "Dia akan segera tiba. Kau harus mengakui perbuatanmu pada Jasmyn; atau aku yang akan bercerita padanya."
Kedua mata Jasper melebar penuh protes. "Dia tidak perlu tahu!"
"Jasmyn berhak tahu apa yang diperbuat adiknya."
Tidak habis pikir, Jasper menggeleng-geleng. "Kau berubah, Kakak ipar."
Hiroaki menaikkan satu alis; menunggu Jasper melanjutkan ucapan.
"Dulu kau selalu menoleransi kesalahanku, membelaku dari kemarahan Jasmyn. Sekarang kau begini demi perempuan itu." Jasper sudah berani menatap tajam pada Hiroaki. "Yang bahkan baru kau kenal."
"Jasper, siapa pun itu---bahkan kau atau Jasmyn, aku tidak akan memaafkan orang yang berusaha menyakiti orang yang aku sayang."
Suasana hening untuk sesaat.
"Sudah kuduga, kau di sini." Tirai bergeser terbuka, Ruri mendekat tanpa menyadari atmosfer tegang di sekitarnya. "Maaf kalau lama. Beberapa stan di kafetaria sudah tutup dan mesin penjual yang di dekat sini rusak."
"Tidak apa-apa, Ruri," ucap Hiroaki sambil merengkuh bahu lantas mendaratkan kecupan seringan bulu di puncak kepala gadis itu. Gestur itu ia lakukan sambil menatap turun pada Jasper. "Terima kasih, ya."
Kikuk, Ruri mengangguk. Entah mengapa, kalau ada orang lain di sekitar mereka, ia merasa canggung dengan setiap sentuhan Hiroaki. "Bagaimana kondisimu?" tanyanya sambil melirik luka di lengan Jasper.
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch Your Heart ✔
RomansaSelama bekerja sebagai kurir, Ruri Keyara selalu melakukan tugasnya dengan sempurna. Namun, pagi itu kiriman yang ia antar ditolak dan dibuang di depan matanya. Tidak ada yang pernah melakukan itu. Kecuali si lelaki berhati batu! Bagi Hiroaki Tóru...