XII. Suspicious (1/2)

1.2K 168 2
                                    

"Aku meminta bantuanmu."

Suasana sedang lengang karena masih waktu istirahat siang. Hiroaki baru saja selesai makan siang dengan eksekutif perusahaan dan hendak kembali ke ruangannya. Saat itulah ia mendengar suara Jasmyn. Gadis itu berdiri di dekat jendela yang jauh dari meja kerjanya. Ponselnya ditempelkan ke telinga.

"Aku tunggu kabar baiknya," ucap Jasmyn lalu mendebas. Ia berbalik dan seketika tersentak ketika melihat Hiroaki. Namun, dengan cepat ia menguasai diri.

"Siapa?" tanya Hiroaki.

Jasmyn tersenyum penuh arti. "Memangnya hanya Anda yang boleh punya rahasia?"

Alis Hiroaki terangkat. "Kenapa jadi ofensif begitu?"

Tanpa menanggapi pertanyaan Hiroaki, Jasmyn menuju meja kerjanya dan meletakkan ponsel. "Ada apa?"

"Aku mau pergi sebentar."

Jasmyn mengangguk. "Apa perlu saya minta Jasper menemani Anda?" tanyanya berbasa-basi.

"Tidak usah," jawab Hiroaki lalu masuk ke ruangannya untuk mengambil kunci mobil. Ketika ia keluar, Jasmyn berdiri dengan gaya formal.

"Hati-hati di jalan, Hiroaki-san."

Begitu pemimpin perusahaan itu menghilang ke dalam lift, Jasmine kembali membuat panggilan dari ponselnya.

"Kau bisa mulai menjalankan tugasmu sekarang."
***

Ruri tidak tahu apakah yang ia lakukan ini benar.

Akhir-akhir ini, ia membatasi jumlah order yang masuk. Jam pengantaran selalu ia sesuaikan dengan jadwal kerja Hiroaki. Supaya mereka bisa memiliki waktu untuk bisa bertemu lebih lama.

Ini menyenangkan, tetapi Ruri takut menjadi terlena. Kalau order yang ia ambil cuma sedikit, bagaimana bisa ia mengembalikan isi tabungannya? Ia juga khawatir pengerjaan tugas-tugas kuliahnya menjadi tidak maksimal. Bisa-bisa itu memengaruhi beasiswanya.

"Bagaimana, Ruri?"

"Eh?" gumam Ruri kaget mendengar suara Neo yang menyela isi pikirannya. "Apanya?"

"Pasti kau tadi sedang memikirkan pacarmu, ya?" goda Remy.

Ruri menahan-nahan senyum dengan pipi yang memerah. "Kenapa, sih, isi pikiranmu begitu terus?"

"Karena aku penasaran siapa pacarmu. Kalau benar bukan Neo, lalu siapa?" tanya Remy. "Masih mahasiswa sini juga?"

"Bukan, ah."

"Oh, aku tahu," simpul Remy tanpa menghiraukan sanggahan Ruri. Ia mengangkat jari telunjuk ke atas lalu digerakkan ke ujung koridor. "Pacarmu Kak Jinandru, ya?"

Ruri dan Neo menoleh ke arah yang ditunjuk Remy. Lalu mereka memelotot dengan kompak seiring pandangan kembali pada pemuda yang duduk di samping Neo itu.

"Ruri, kan, jarang bergaul. Sibuk belajar dan bekerja. Temanmu yang akrab cuma Neo dan aku---itu pun kita jarang berinteraksi di luar urusan kampus," tutur Remy dengan yakin. "Jadi, kandidat paling memungkinkan cuma Kak Jinandru yang kemarin satu tim denganmu."

"Jangan sampai Kak Jin mendengar gosip begini." Ruri menggeleng-geleng. "Duh, kau bisa habis, Remy."

Mata Remy melebar senang. "Berarti benar kalian berpacaran?"

"Kau tidak akan berhenti sampai mendapat jawaban yang memuaskan. Iya, kan?"

"Sudah, sudah," sela Neo menjadi penengah. "Kembali ke pembahasan awal tadi. Kita mau makan-makan di mana?"

"Lo, siapa yang ulang tahun?" tanya Ruri antusias sambil bergantian memandangi Neo dan Remy.

"Lihat, Neo. Dia benar-benar sudah tersihir cinta," gurau Remy lantas terbahak. "Dari awal kau tidak menyimak, kan?"

Touch Your Heart ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang