Ada yang mengikutinya.
Seperti itulah yang Ruri rasakan sejak ia menyelesaikan pengantaran kedua pagi ini. Dan itu terus berlanjut hingga ia usai dengan pengantaran keempat. Terpaksa, Ruri berputar-putar terlebih dulu sebelum pulang ke rumah.
Sibuk dengan kecurigaannya, Ruri tidak siap mendapati mobil berada di depannya. Dengan kekuatan penuh, ia mengerem vespa tepat waktu. Entah mengapa, sedan putih itu terasa familier. Namun, yang lebih mengherankan lagi, siapa yang memarkirkan mobil ini di depan rumah Ruri?
Dengan perasaan dongkol, Ruri membelokkan vespa dan berputar ke depan pagar. Ia membuka pagar lalu masuk untuk memarkirkan kendaraannya. Seketika, ia terkesiap saat berbalik dan melihat Hiroaki berdiri di ambang pagar yang terbuka.
"Apa yang kau lakukan di sini?"
"Ruri ... bisa kita bicara?"
"Boleh."
"Ayo, ikut," ucap Hiroaki mengedikkan dagu ke arah sedan yang tadi hampir ditabrak Ruri.
Benar juga. Hiroaki juga punya mobil seperti itu. Namun, baru kali ini ia merasa sedan itu mirip dengan yang dikendarai Jasper dan ia tabrak dari belakang.
"Mau ke mana?"
"Kita cari tempat untuk bicara."
"Di sini saja. Sekalian sarapan sama-sama. Kau sudah makan?"
"Tidak sempat," jawab Hiroaki sambil mengikuti Ruri yang membuka kunci. Ia tersenyum setelah melirik pada dua pasang sepatunya di rak.
Setelah mempersilakan Hiroaki duduk, Ruri menuju dapur. Gadis itu kembali dengan sepasang alat makan, nasi, dan lauk yang terhidang di atas nampan. Ia meletakkan itu semua ke atas meja lalu duduk di samping Hiroaki. Sebelum lelaki itu bersuara, Ruri memeluknya.
"Kau membuatku khawatir."
Penuh kelegaan, Hiroaki membalas pelukan itu. "Maafkan aku."
"Syukurlah kau baik-baik saja."
"Kau tidak marah?" tanya Hiroaki. Ia sedikit kecewa karena Ruri melepas pelukan. Setidaknya, sekarang ia bisa melihat senyum gadis itu.
"Untuk apa marah?"
"Kemarin aku membuatmu menunggu, juga mengabaikan pesanmu."
Ruri mengembuskan napas panjang. "Aku yakin kau itu orang yang bertanggungjawab. Jadi, tidak mungkin tindakanmu kemarin tanpa alasan. Walaupun ... aku sangat kesal karena menunggu tanpa kepastian."
"Maaf," ucap Hiroaki lantas menjelaskan secara singkat tentang masalah yang terjadi di kantor.
"Tapi sekarang semua sudah teratasi?"
Hiroaki mengangguk. "Akhirnya, orang itu terbukti berbohong. Asuransi tidak mau mencairkan dana perbaikan karena pengemudi sebenarnya itu anaknya dari bapak itu. Dia tidak punya SIM dan menyetir dengan keadaan mabuk."
Ruri menyimak dengan ekspresi prihatin.
"Tim pengacara perusahaan memastikan itu tidak akan berkembang menjadi rumor negatif."
"Baguslah." Ruri mengambil nasi ke piring dan memberikannya pada Hiroaki. "Jadi, sekarang kau bisa makan dengan tenang."
"Terima kasih."
"Lain kali, seberat apa pun masalah, jangan pernah melewatkan makan."
"Baru sekarang aku begitu. Dan bukan karena urusan kantor. Aku cuma ingin cepat-cepat bertemu denganmu."
"Kau, kan, bisa mengirim pesan atau menelepon."
"Aku takut kau marah dan kita akan berdebat panjang. Jadi, aku mengutamakan untuk bertemu denganmu. Supaya mudah untuk berkomunikasi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch Your Heart ✔
RomanceSelama bekerja sebagai kurir, Ruri Keyara selalu melakukan tugasnya dengan sempurna. Namun, pagi itu kiriman yang ia antar ditolak dan dibuang di depan matanya. Tidak ada yang pernah melakukan itu. Kecuali si lelaki berhati batu! Bagi Hiroaki Tóru...