Ruri menolak undangan Hiroaki. Alasannya, ia belum siap untuk tampil ke publik sebagai pasangan Hiroaki. Sebenarnya, Hiroaki bisa saja memaksa atau menggunakan berbagai macam cara agar gadis itu setuju. Namun, tidak ia lakukan karena menghargai keputusan Ruri.
Beruntung, semua berjalan dengan lancar. Hiroaki masih sanggup menyatu dengan acara, walaupun pikirannya selalu tertuju pada kekasihnya. Ketika pembawa acara mengucapkan salam penutup, Hiroaki hampir saja bersorak senang.
Dengan Jasmyn di sisinya, Hiroaki pergi dari ballroom. Beberapa kolega menyapanya, tetapi ia hanya menanggapi dengan anggukan dan senyum formal.
"Tumben, Anda menolak obrolan yang berpotensi mendatangkan kerja sama menguntungkan?" tanya Jasmyn ketika mereka sudah berada di dalam mobil.
"Kita, kan, ada janji ke restoran."
Dengan tangan menggengam roda kemudi, ia menoleh ke samping. Glabelanya berkerut dalam. "Itu, kan, cuma makan malam biasa. Aku dan Jasper bisa menunggu."
"Jangan membiasakan diri tidak tepat waktu begitu, Jasmyn."
"Reservasi kita masih satu setengah jam lagi."
Hiroaki mendebas. "Sampai kapan kau mau mendebatku seperti ini?"
"Sampai kau mau bercerita apa yang sebenarnya terjadi."
"Minggir. Biar aku saja yang menyetir."
"Ada yang berbeda di makan malam kita kali ini. Sesuatu yang istimewa. Benar?"
Tajamnya intuisi Jasmyn terkadang menyebalkan. Gadis itu akan terus bertanya hingga rasa penasarannya habis tidak bersisa. "Kau benar. Ini merupakan bentuk apresiasiku terhadap kerja kerasmu untuk Tórus."
"Dan?"
Hiroaki berdecak kesal. Ia melirik pada Jasmyn yang masih tidak puas dengan jawabannya. "Yang satunya, biar menjadi kejutan."
***Dengan langkah-langkah lebar, Ruri meninggalkan halte. Ia melirik jam tangannya. Dalam hati, ia berdoa supaya bisa tiba tepat waktu.
Vespa french rose kesayangannya mogok tadi siang. Tepat ketika ia hendak berangkat ke kampus. Maka, Ruri menyimpan skuternya di garasi lalu berangkat naik bus kota. Beruntung, semua order sudah selesai ia antarkan.
Kalau tahu begini, Ruri tidak akan menolak tawaran Hiroaki untuk menjemputnya. Ia berkeras akan berangkat naik taksi. Beruntung, Hiroaki tidak memperpanjang perdebatan. Walaupun kelihatan sekali lelaki itu setuju dengan berat hati.
Jadi, sekarang mana mungkin Ruri menarik kata-katanya sendiri? Lagi pula, Hiroaki pasti lelah dengan urusan pekerjaan.
Tidak selayaknya Ruri meminta lebih banyak.
Perhatian dan kehadiran lelaki itu dalam hidupnya sudah jauh lebih dari cukup. Apalagi hadiah dari Hiroaki yang benar-benar meringankan beban sehari-harinya.
Sebuah boneka berukuran jumbo. Bentuknya panjang seperti guling. Selain nyaman untuk dipeluk, boneka itu juga tidak membuat Ruri bersin-bersin walaupun menyerupai kucing. Wangi yang mengingatkan pada pemberinya, secara ajaib bisa menghilangkan lelah.
Ah, Ruri ingin cepat sampai dan memeluk Migi---nama boneka kucing itu.
Ruri baru saja melewati minimarket dua puluh empat jam ketika ia merasakan ada yang mengikutinya. Tentu saja itu bukan kucing liar yang biasa berkeliaran di jalan belakang minimarket. Jelas-jelas, ini manusia. Sama seperti yang mengikutinya tempo hari.
Berbeda dengan sebelumnya, yang kali ini entah mengapa terasa berbahaya. Ruri mempercepat langkah. Sebentar lagi, ia tiba di rumah. Untuk berjaga-jaga, ia mengambil ponsel dan menghubungi Hiroaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch Your Heart ✔
RomansaSelama bekerja sebagai kurir, Ruri Keyara selalu melakukan tugasnya dengan sempurna. Namun, pagi itu kiriman yang ia antar ditolak dan dibuang di depan matanya. Tidak ada yang pernah melakukan itu. Kecuali si lelaki berhati batu! Bagi Hiroaki Tóru...