X. Precious (1/2)

1.2K 200 4
                                    

Setelah satu bulan berlalu, Hiroaki mengira tidak akan pernah bertemu lagi dengan Ruri selamanya. Namun, sekarang gadis itu berdiri beberapa meter di hadapannya. Ia tidak sendiri. Dua orang lelaki mendampinginya untuk mempresentasikan hasil rancangan mereka. Tiga orang itu mengenakan jas almamater kebanggaan Universitas Mahameru.

Ruri menghindari bertatapan dengannya. Itu jelas. Kalau pun tidak sengaja mereka beradu mata, gadis itu akan melempar tatapan kosong pada Hiroaki. Seakan-akan mereka tidak pernah mengenal sama sekali. Lalu cepat-cepat mengalihkan pandangan.

"Kami berharap mobil rancangan ini bisa membantu pencegahan kecelakaan lalu lintas akibat kondisi kesehatan pengemudi," ujar Ruri tetap mempertahankan senyum. "Sekian dari kami. Terima kasih."

Salam penutup itu menyadarkan Hiroaki dari lamunan. Sementara juri-juri lain bergantian mengajukan pertanyaan, ia melirik cepat pada proposal di mejanya. Tadi ia sama sekali tidak menyimak penjelasan dari Ruri, jadi ia harus mencari bahan untuk ditanyakan.

"Apakah mesin pendeteksi denyut jantung di sedan rancangan Anda ini hanya berguna untuk penderita serangan jantung?" ujar Hiroaki setelah moderator mempersilakan ia bertanya.

"Tidak," jawab Ruri tegas. "Sensor yang berada di sabuk pengaman juga bisa menangkap gejala aritmia. Seperti detak jantung terlalu cepat karena mabuk, atau terlalu lambat karena mengantuk. Sinyal peringatan akan berbunyi jika kondisi pengemudi tidak memungkinkan untuk menyetir. Dan panggilan darurat otomatis akan tersambung ke rumah sakit terdekat jika kondisi pengemudi dalam bahaya. Tulisan SOS juga akan muncul di kaca belakang mobil agar pengguna jalan lain bisa memberikan pertolongan pertama secepatnya.

"Jok yang bisa berputar sembilan puluh derajat ke arah pintu tidak hanya membantu proses pertolongan terhadap pengemudi, tetapi juga membantu pengguna kursi roda dan lansia untuk menaiki mobil. Begitu juga dengan pintu yang bisa terbuka ke atas dilengkapi sensor sidik jari. Itu akan mempermudah pengemudi untuk mendapat bantuan; tanpa menggunakan banyak tenaga.

"Secara teknis, mobil ini cocok digunakan semua kalangan."

Hiroaki tidak bisa menahan senyum. Ia senang mendengar Ruri berbicara padanya. Setelah berujar terima kasih, moderator memindahkan kesempatan bertanya pada juri selanjutnya.

Pandangan Hiroaki tidak dapat berpindah. Ia menatap intens pada gadis berambut sebahu itu. Semesta sudah mengatur pertemuan mereka kali ini. Jadi, tidak ada lagi alasan untuk menghindar.
***

"Juara tiga," ucap Jinandru di hadapan Neo dan Ruri yang tersenyum lebar. "Tidak buruk juga."

"Ini sangat bagus, Kak Jin," ucap Ruri sambil menimang-nimang piala di dekapannya.

"Kerja keras kita terbayar lunas, ya."

"Pasti itu karena jok rancanganku," timpal Jinandru dengan gaya angkuhnya.

Rancangan Jinandru itu yang terpilih menjadi juara dua di kampus. Ruri yang menggagas untuk menambahkan itu ke dalam proposal.

"Iya, Kak Jin memang keren," ucap Ruri sambil mengacungkan ibu jari. Ia terlalu bahagia untuk terpancing konfrontasi dengan Jinandru. "Kakak sudah membuktikan kalau punya kemampuan yang tidak boleh diremehkan."

"Tentu saja. Kau baru tahu?"

"Tapi, aku sama sekali tidak menyangka bisa melihat Pak Tóru sebagai juri. Dan ternyata ia bisa berbicara lancar tanpa penerjemah."

"Kalian kenal?" tanya Jinandru antusias. Kontras dengan ekspresi Ruri yang membeku.

"Tidak secara personal, sih," jawab Neo. "Tapi dia bos di tempat kami magang."

"Di sini rupanya tim kebanggaan kita," ucap Henry yang muncul dengan wajah semringah. Satu persatu ia menjabat tangan mahasiswanya. "Selamat, ya."

"Terima kasih, Pak," jawab Ruri, Neo, dan Jinandru serempak.

Touch Your Heart ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang