54. Mainan Arlez

1.3K 177 212
                                    

"Graciella Belva Amaierra. Panggilannya Belva, lo suka kan, sayang?" Arlez tersenyum menatap Aihara yang masih memejamkan matanya.

Nama itu adalah nama pilihan Aihara yang dia cari di internet beberapa bulan yang lalu. Aihara sangat menyukai nama Belva, hingga dia menyimpan nama itu dengan baik. Belva yang baru saja di beri nama langsung tersenyum dengan mata terpejam. Bayi merah itu menggenggam tangan Arlez dengan erat, genggaman tangan mungil itu begitu hangat, senyum Belva mengingatkannya pada kejahatannya pada Aihara.

"Kamu mau megang tangan Mama?" Arlez mendekatkan jemari Belva ke tangan Aihara hingga tangan mungil itu menggenggam jari telunjuk Aihara.

Belva begitu anteng menggenggam tangan itu seolah tidak ingin melepaskannya begitu saja. Kehangatan itu membuat Arlez tersenyum haru melihatnya. Arlez melepaskan tangan Belva yang seakan tak rela berpisah dari Ibunya.

"Belva bobo dulu ya, Mama, kapan-kapan Belva main lagi ke sini. Mama cepet sembuh, biar bisa ngelihat wajah Belva," ujar Arlez dengan suara lirih.

Sebelum pergi, Arlez menyempatkan diri untuk mengecup dahi Aihara. Menatap Aihara sekali lagi berharap mata itu akan terbuka dan bibir itu menyebut namanya. Rasanya sudah sangat lama Aihara tertidur seperti ini, entah sampai kapan akan terus seperti ini. Arlez sempat membayangkan jika Aihara memilih pergi, maka seumur hidup, Belva tidak akan pernah melihat wajah cantik Aihara.

Arlez meninggalkan ruangan itu dengan menggendong Belva untuk memberikan Belva pada Ayu dan Kinara yang saat ini tengah bersama dengan Adlard. Arlez bersyukur, setidaknya Adlard diterima dengan baik di keluarganya. Arlez menyayangi anak-anaknya, Arlez berjanji akan membahagiakan Adlard dan juga Belva. Mereka berdua adalah darah dagingnya, tidak ada yang harus dia bedakan meskipun terlahir dari wanita yang berbeda.

Mengingat itu, Arlez mengingat Brinda yang sudah membuat hatinya berdenyut sakit. Gara-gara rayuan maut wanita ular itu, dia harus menyakiti Aihara dan melihat Aihara celaka di hadapannya. Arlez tidak akan pernah mengampuni Brinda meskipun dia adalah ibunya Adlard. Lagipula, menurut apa yang dia dengar dari pengasuh Brinda, Adlard sering kali mendapatkan luapan amarah dari Brinda.

Kekerasan yang Adlard dapat bukan sekali dua kali. Dari awal Adlard lahir, Brinda tidak pernah mengurusnya dengan baik, yang mengurusnya hanyalah pengasuhnya. Setiap kali Adlard ingin meminta sesuatu, Brinda akan marah-marah bahkan tidak segan-segan untuk mengunci Adlard di kamar mandi. Adlard juga merasa trauma jika berada di dekat Brinda terlalu lama. Dia lebih memilih dengan Aihara meskipun baru bertemu beberapa hari.

Bodohnya dia hanya karena kasihan dengan Brinda malah terjebak seperti ini. Hal yang lebih menyesalkan lagi ketika dia berhubungan badan dengan Brinda di depan Aihara, sungguh dialah laki-laki terbodoh saat ini.

Dengan langkah lebar Arlez berlari keluar rumah sakit. Cowok itu ingin bertemu dengan Brinda yang saat ini tengah dikurung Ayu dan Kinara di rumahnya. Matanya menajam dengan sorot mata dingin. Mungkin beberapa hari yang lalu dia tidak ikut campur dalam mengurus Brinda, sekarang biar dia yang akan memberikan pelajaran untuk wanita yang sudah berani membuat Aiharanya celaka.

Arlez melajukan motornya dengan sangat kencang. Persetanan jika akan terjadi sesuatu padanya. Ular lehernya menonjol seirama dengan tarikan gas ditangannya. Decitan rem terdengar begitu nyaring memasuki gerbang yang telah terbuka lebar. Dengan tergesa Arlez melepas helm itu dan berlari masuk ke dalam rumah.

Brak!

Arlez membuka pintu gudang dengan kasar hingga matanya tertuju pada wanita yang saat ini tengah terikat di atas kursi. Arlez mengunci pintu gudang dengan aura dingin. Brinda yang melihat kedatangan Arlez langsung tersenyum.

"Sayang kamu pasti mau bebasin aku, kan? Kamu pasti gak akan tega lihat aku berada di sini, kalau aku terus di sini gimana dengan Adlard?" Brinda menatap Arlez dengan tatapan memohon.

Brother BrengsekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang