You don't always need a plan.
Sometimes you just breathe, trust and let go, and see what happens.-Anonymous-
.
.
.
Aria menatap kalender yang berdiri di meja ruang kerja Mario.Sudah seminggu berlalu sejak dia mulai pindah ke rumah Mario. Seminggu juga dia sudah membiasakan diri untuk tinggal di rumah mewah milik calon suaminya. Awalnya dia masih belum terbiasa dengan besarnya rumah itu, sama seperti dia belum terbiasa menyebut Mario sebagai calon suaminya. Tapi berkat bantuan Bibi Hani, akhirnya dia bisa mulai menghafal letak ruangan di rumah itu. Mario juga memberi izin pada Aria untuk mengelilingi rumah itu sesuka hatinya. Dia bilang Aria pasti butuh menjelajah supaya dia bisa mengenal letak ruangnya dengan baik.
Mario juga mengizinkannya untuk masuk ke dalam kamar pribadinya.
Hari ini Mario lembur di kantor. Aria baru sadar bahwa selama ini Mario memang sangat sibuk setelah dia pindah ke sini. Padahal dulu dia selalu datang ke rumah kontrakan Aria sepulang kerja tepat waktu. Sejak Aria tinggal bersamanya, jam pulang kerja Mario berubah tidak teratur. Selama seminggu ini saja dia sudah lembur sebanyak tiga hari berturut-turut. Aria selalu mengecek kamar Mario untuk tahu apakah dia sudah pulang atau belum. Semalam dia bahkan baru tiba jam sembilan malam di rumah.
"Aku semakin sibuk sejak malam pesta itu," Mario menjelaskan ketika mereka sempat makan malam bersama karena dia tidak lembur. "Aku harus segera ke Sydney untuk mengecek Dolce Co. Karena banyak orang yang ingin bertemu denganku langsung terkait masalah bisnis. Kita pergi bertiga saja ke sana ya? Sekalian aku ingin bertemu dengan ayahmu juga. Kita bisa sekalian liburan juga bersama dengan Mayra."
Akhirnya Mario memesankan mereka tiket ke Sydney bulan depan. Sejak hari itu, Mario lebih banyak lembur lagi. Mario bilang dia harus menyelesaikan pekerjaan di Indonesia sebelum pergi ke Australia. Aria mulai berpikir apakah ini akan menjadi kehidupannya kelak bersama Mario di masa depan. Apa dia akan lebih banyak menghabiskan waktu bersama Mayra dibandingkan Mario? Kepala Aria mengingatkannya untuk tidak memikirkan hal itu. Mereka menikah karena ingin memberikan Mayra keluarga yang utuh, Aria tidak bisa menuntut banyak hal lagi.
Aria tahu hal ini saat dia melihat kalender meja Mario di ruangan kerjanya. Tadinya dia hanya ingin ke sini untuk melihat lukisan ayahnya yang Mario beli. Bingkai Sydney's Marine yang Mario letakkan di pojok ruangan. Tapi perhatiannya kini berpindah ke kalender meja Mario. Dia melihat ada tanggal di bulan itu yang ditandai merah oleh Mario. Tanggal apa itu? Ulang tahun Martha atau ibunya? Tidak ada tulisan yang menjelaskan tanggal itu.
Aria meletakkan kembali kalender meja Mario di atas mejanya. Aria ingat Mario minggu lalu duduk di ruangan itu sambil menatap kalendernya. Apa dia sedang melihat tanggal di kalender itu? Jika memang itu tanggal ulang tahun, tidak masuk akal jika Mario terus menatapnya. Mungkin juga hari itu bukan hari perayaan, tapi hari peringatan akan sesuatu. Kesadaran itu membuat Aria langsung bergegas pergi ke kamarnya dan Mayra. Putri kecilnya sudah tertidur pulas karena seharian lelah bermain dengan Bibi Hani.
Kaki Aria melangkah menuju meja kerja di pojok kamar itu. Mario menyediakan meja kerja itu untuk Aria pakai. Dia bilang mungkin Aria membutuhkannya untuk bekerja sewaktu-waktu. Aria langsung membuka laptop dan menyalakannya. Jarinya mengetik sesuatu di browser-nya. Bahu Aria melemas ketika hasil pencariannya muncul. Ternyata dugaannya tadi benar.
Tanggal yang ditandai di kalender meja Mario adalah tanggal peringatan meninggalnya almarhum ayah Mario.
Banyak berita di internet yang menjelaskan berbagai dugaan soal meninggalnya Hardijaya Tjokrokusuma. Beberapa sumber mengatakan bahwa dia meninggal karena kecelakaan. Ada juga yang mengatakan bahwa dia meninggal karena penyakit jantung dari keturunan ayahnya, Handoko Tjokrokusuma. Tapi tidak ada berita yang terlihat akurat. Semuanya terlihat sangat abu-abu dan lenyap karena bertabrakan dengan berita lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Piccolo (FIN)
Romance(Spin-off dari Cappucino) "Ironisnya, hal paling menyakitkan bagi seseorang kebanyakan berasal dari akumulasi hal-hal kecil yang menyakitkan di masa lampau." -Ariana Elizabeth Palmer