Healing doesn't mean the damage never existed. It means the damage no longer control our lives.
-Unknown-
.
.
.
"You look so gorgeous!"
Aria hampir menangis ketika melihat sosok Zoya dan Niken masuk ke dalam. Keduanya menatap Aria dengan tatapan kagum dan terharu. Padahal Aria yang seharusnya merasa terharu karena mereka sudah menyempatkan datang ke pernikahannya. Meskipun pernikahannya kini pindah ke benua yang berbeda, keduanya tetap datang. Zoya yang sengaja datang karena dia tidak sabar ingin memiliki kakak ipar baru dan Niken yang bilang bahwa suaminya harus liburan sesekali.
Setelah perbincangan Aria dan Mario di ruang kerjanya tiga bulan lalu, di sinilah mereka sekarang. Mereka sepakat untuk melangsungkan resepsi pernikahan di Hunter Valley. Tepatnya di tengah perkebunan anggur milik Mario. Ketika Mario mengajaknya untuk menikah di Sydney, Aria langsung memikirkan kebun ini karena bisa dibilang ini adalah tempat kencan pertama mereka. Mario langsung menyetujuinya dengan ekspresi terharu.
Tentu saja karena mereka akan menikah di tempat usaha hasil keringat Mario sendiri. Tempat Mario melebarkan sayapnya, seperti apa yang kakeknya duga akan dia lakukan. Resepsi dan pemberkatannya akan diadakan di tengah kebun anggur yang sudah didekorasi. Mario membiarkan Aria menghiasnya seperti apa yang dia mau. Aria sendiri membuatnya dengan sederhana dan dia sempat takut kalau hal itu akan berimbas pada image Mario di mata media.
"Berita soal pernikahan kita akan tetap sampai ke Indonesia," Mario mendesah pelan. "Tidak peduli sederhana atau mewah, yang penting kita melakukannya seperti apa yang kita mau. Karena ini hanya akan terjadi sekali dalam seumur hidup kita."
Aria menarik napas sebelum kembali melihat dirinya di pantulan cermin. Sebentar lagi dia akan segera keluar karena acaranya akan segera dimulai. Dia berbalik pada Zoya dan Niken sambil berusaha memeluk mereka berdua. "Terima kasih karena kalian sudah repot-repot mau datang."
"Sudah kubilang, suamiku itu butuh liburan," Niken tertawa pelan. "Justru aku harus berterima kasih padamu karena akhirnya kami punya alasan untuk berlibur sebentar."
"Kak Mario sudah menunggu di depan, dia sedang mengobrol bersama Peter," ujar Zoya dengan wajah tidak sabar. Peter adalah orang yang akan meresmikan pernikahan mereka hari ini. Lagi-lagi dia adalah salah satu kenalan Mario di Sydney. "Mayra ada dengan Bibi Hani?"
Aria mengangguk. "Mereka bilang mereka duduk di kursi paling depan bersama dengan Annette, Robin, Martha dan ibu Mario. Bibi Hani ingin Mayra melihat kami berdua mengucapkan janji."
Zoya dan Niken tersenyum lebar setelah mendengar hal ini. Suasana hangat mereka diinterupsi dengan suara dehaman dari daun pintu. Ketiganya langsung menoleh ke sumber suara. Aria tersenyum lebar ketika melihat sosok ayahnya berdiri dengan gugup dalam balutan jasnya. Hari ini, atas permintaan Aria, ayahnya yang akan mengantar dirinya ke depan Mario.
"Kamu sudah siap?" Tanya ayahnya sambil membenarkan letak jasnya. "Di depan sudah ramai sekali, Mario juga sudah terlihat tidak sabar menunggumu keluar. Makanya aku datang ke sini."
"Aku sudah siap," Aria tersenyum lebar sambil berjalan ke arah ayahnya. Ayahnya mengulurkan lengannya dan Aria langsung menyelipkan tangannya. Zoya membawakan sebuket bunga yang akan Aria pegang. Keduanya keluar duluan setelah menggumamkan semoga beruntung padanya.
Setelah menarik napas panjang, mereka akhirnya berjalan keluar menuju kebun terbuka di samping mereka. Aria dan ayahnya berjalan pelan di atas karpet putih menuju ke bagian depan. Sosok Mario sudah menunggunya dengan senyuman lembut. Orang-orang yang mereka undang juga sibuk memperhatikan sosok Aria yang berjalan langsung ke arah Mario. Tapi Aria terlalu gugup untuk menyapa tamu di sekitarnya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Piccolo (FIN)
Romance(Spin-off dari Cappucino) "Ironisnya, hal paling menyakitkan bagi seseorang kebanyakan berasal dari akumulasi hal-hal kecil yang menyakitkan di masa lampau." -Ariana Elizabeth Palmer