A weak man can't love a strong woman.
He won't know what to do with her.-Alfred Willow-
.
.
.
"Kak Aria!"
Suara klakson di depan rumah kontrakannya membuat Aria terkesiap. Tangannya sedang sibuk memakai pewarna bibir. Dia buru-buru memasukkan barang-barangnya ke dalam tas tangan kecil. Sebelum keluar, Aria mengecek dirinya sendiri di cermin. Setelah puas, dia berlari keluar kamar dan memakai strap heels-nya. Hatinya berdegup keras karena antusiasme untuk hari ini. Dia tidak tahu sudah berapa lama dia tidak melakukan hal ini.
Hari ini Aria, Zoya dan Niken akan pergi bersama untuk jalan-jalan. Zoya bahkan bilang dia akan menyuruh supirnya untuk menyetir dan menjemput Aria terlebih dahulu. Aria menitipkan Mayra pada Annette dan kakak perempuannya itu terlihat sangat senang. Karena memang sudah lama Aria tidak mengambil waktu sendiri untuk sekedar bersenang-senang. Selama dia pindah ke Indonesia, Aria tidak punya begitu banyak teman kecuali teman kantornya. Karena itu juga dia tidak pernah pergi jalan-jalan di akhir minggu begini. Itu juga alasan kenapa hari ini dia merasa sangat antusias sekali.
Dia mengunci pintu rumah sebelum berjalan ke arah mobil hitam yang terparkir di depan rumahnya. Ketika dia membuka pintu mobil, sosok Zoya dan Niken menyapanya dengan senyuman lebar. Penampilan Zoya terlihat sederhana dan elegan seperti biasanya. Niken tampil sangat cantik dan modis seperti dugaannya. Aria hanya berharap pilihan pakaiannya hari ini tidak membuat mereka berdua malu berjalan bersamanya. Karena keduanya langsung menginspeksi pakaian Aria ketika dia membuka pintu mobil.
"Ih, antingnya lucu banget! Beli dimana, Kak?" Tanya Niken sambil memperhatikan anting kristal berwarna keemasan yang dipakai Aria.
Bibir Aria spontan tersenyum sambil menutup pintu mobil. Dia membenarkan posisi duduknya sebelum menjawab pertanyaan Aria. "Aku beli di toko online, nanti kalau kamu mau aku akan berikan nama tokonya."
Niken mengangguk semangat. Perhatian Aria berpindah pada Zoya yang sedang menatapnya juga. "Ternyata kemarin saat kita bertemu pertama kali, Kak Aria itu belum full make-up ya? Wah, hari ini aku jadi pangling."
Aria tertawa sambil membenarkan rambutnya. Hari ini dia punya waktu untuk berdandan lebih di wajahnya. Dia bahkan sempat menata rambutnya dengan curling iron yang entah sudah berapa lama tidak dia sentuh. Rambut pirangnya kini sangat bergelombang dan bervolume. Dia memakai blazer warna abu-abu dengan turtleneck warna putih. Celananya berwarna senada dengan blazer yang dia gunakan dan dia juga memakai strap heels hitam yang dia bawa dari Sydney. Semenjak dia tinggal di Indonesia, rasanya dia belum sempat membeli sepatu baru.
Semalam dia juga sempat memberitahu Mario sewaktu mereka makan di rumah. Laki-laki itu tersenyum ketika mendengar rencananya hari ini dengan Niken dan Zoya. "Baguslah kalau begitu, have fun."
Ngomong-ngomong soal Mario, sudah dua minggu ini hubungan aneh mereka berjalan seperti biasa. Karena Aria belum bisa memberikan keputusan atas permintaan Mario minggu kemarin. Permintaan supaya Aria dan Mayra bisa tinggal bersama dengannya. Sebenarnya apa yang Aria takutkan? Aria sendiri tidak mengerti kenapa dia tidak segera memberikan jawaban atas hal itu. Padahal dengan solusi itu, Mario tidak perlu berkunjung ke rumah kontrakannya setiap malam untuk makan bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Piccolo (FIN)
Romance(Spin-off dari Cappucino) "Ironisnya, hal paling menyakitkan bagi seseorang kebanyakan berasal dari akumulasi hal-hal kecil yang menyakitkan di masa lampau." -Ariana Elizabeth Palmer