Sometimes when things are falling apart they may actually be falling into place.
-Anonymous-
.
.
.
"Kamu sedang menunggu apa?"Mario mengalihkan perhatian dari ponselnya. Sejak tadi dia sedang menunggu kabar dari Aria. Semalam Aria bilang bahwa dia akan pergi mencari baju dengan Zoya dan Niken hari ini. Dia bahkan sampai mengambil cuti dari pekerjaannya demi mencari baju untuk pestanya. Rasanya Mario ingin ikut mengantar Aria jika saja dia tidak ada meeting hari ini. Tapi meeting hari ini memang tidak bisa ditunda lagi.
Saat ini, dirinya sedang duduk di ruang konferensi kantor Gavin. Meeting hari ini berkaitan dengan tamu undangan yang akan datang ke acara pesta tahunan keluarga mereka. Semua generasi muda Keluarga Tjokrokusuma berkumpul di ruangan itu kecuali Gabriel, adik Gavin yang katanya tidak bisa datang karena ada ujian di tempat kuliahnya. Selain Gabriel, semua cucu Hartono Tjokrokusuma duduk di dalam ruangan itu sambil membahas undangan yang sudah mereka sebarkan ke rekan bisnis.
Di sampingnya, Gavin duduk sambil sesekali melirik ke arah Mario. Gerak-gerik Mario memang mencurigakan. Biasanya dia tidak sesering ini memperhatikan ponselnya. Tapi hari ini dia menunggu foto dari Aria. Sepertinya Gavin sudah tidak sabar dengan tingkah aneh Mario sejak tadi. "Aku tidak menunggu apa-apa," jawab Mario sambil berdeham.
Gavin mengernyit kemudian mengangguk. Matanya kembali menatap seisi meja konferensi itu. "Semuanya sudah berkumpul?"
"Glen sedang pergi membeli kopi," Josette tersenyum. "Tapi dia tadi berpesan kalau kita bisa memulai duluan."
Gavin mengangguk. "Kalian sudah menyiapkan daftar tamu yang kalian undang tahun ini?"
"Dua ratus orang," Josette menunjukkan daftar miliknya. "Jumlahnya akan bertambah jika aku berhasil menghubungi atasanku saat aku magang di Italia dulu."
Gavin menatap kembaran Josette di sampingnya. "Bagaimana dengan Janette?"
"Seratus lima puluh orang," Janette mengedikkan bahu. "Ada beberapa orang tamu yang aku kurangi tahun ini. Sebagian dari mereka tidak bisa datang karena harus ke luar negeri."
"Aku mengundang tiga ratus orang," Jackson, adik Janette dan Josette berucap dengan wajah bosan. Sejujurnya, Jackson memang tidak pernah tertarik dengan acara keluarga ini. "Sebagian besar orang-orang yang datang adalah kenalan Papa dan Mama. Sisanya teman kuliahku dulu dan beberapa rekan bisnis."
"Aku mengundang sekitar tujuh ratus orang, sudah termasuk rekanan ayahku," Gavin sendiri mengecek daftar miliknya sendiri. Matanya kemudian melirik Mario yang masih diam di sampingnya. "Bagaimana denganmu?" Tanyanya pada Mario.
"Seribu lima ratus orang," Mario menggeser daftarnya sambil menatap ponsel yang dia pegang. Kenapa Aria belum mengirimkannya foto juga? Seharusnya dia sudah tiba di mall sejam yang lalu. Tidak mungkin dia belum menemukan baju yang ingin dia coba sama sekali 'kan? Apa dia lupa memotret hasil pakaian yang dia coba?
Mario terlalu sibuk menatap ponselnya sampai dia tidak sadar bahwa ruangan itu berubah hening. Gavin berucap lagi di sampingnya. "Bukankah tahun lalu kamu mengundang seribu orang?" Tanya Gavin takjub sambil memeriksa list tebal milik Mario.
"Aku mendapat banyak relasi baru karena Dolce Co. berkembang sangat pesat selama dua tahun belakangan di Sydney. Sejak Dolce Rossa dinyatakan sebagai pemenang Best Red Table Wine of Competition tahun lalu, banyak orang yang tertarik dengannya. Jumlah tamunya bisa bertambah sebanyak itu karena banyak perusahaan wine dari Eropa yang juga tertarik dengan Dolce Rossa setelah mencobanya di kompetisi wine waktu itu," Mario akhirnya meletakkan ponselnya ke meja. Kali ini dia melihat wajah kaget dari saudara-saudaranya. Entah kenapa perhatian itu membuatnya merasa tidak enak. Hal itu membuat Mario menoleh ke arah Gavin. "Maaf, apa jumlah tamu yang kuundang terlalu banyak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Piccolo (FIN)
Romance(Spin-off dari Cappucino) "Ironisnya, hal paling menyakitkan bagi seseorang kebanyakan berasal dari akumulasi hal-hal kecil yang menyakitkan di masa lampau." -Ariana Elizabeth Palmer