"Carry out a random act of kindness, with no expectation of reward, save in the knowledge that one day someone might do the same for you."
-Princess Diana-
.
.
.
Mario memijat pelipisnya yang terasa nyeri.
Semalam dia hanya tidur dua jam. Tubuhnya bangun secara otomatis sebelum jam alarm-nya sempat berbunyi. Setelah mencuci wajahnya dengan air dingin, dia meraih sweatshirt dan juga sepatu running-nya. Dia turun dari lantai sepuluh apartemennya dengan jalur tangga darurat dan memulai jogging rutinnya. Kakinya mulai berlari di depan penthouse-nya di Pyrmont Bridge Street. Matanya menangkap beberapa orang sedang duduk menikmati tenangnya pagi itu di sekitar Gipps Street.
Suasana tenang itu tidak bisa dia dapatkan setengah jam lagi. Jalanan akan mulai dipenuhi kendaraan dan kesibukan orang-orang yang akan berangkat bekerja. Mario membutuhkan ketenangan itu, alasan kenapa dia memilih untuk tinggal di Sydney dibandingkan kota lain. Karena afiliasi perusahaan keluarganya kini sudah melebar ke Asia Tenggara, Mario harus pindah ke benua lain untuk kabur dari media. Apalagi setelah kabar soal sepupunya muncul di semua media informasi seperti amoeba.
Mario tidak bermaksud kabur karena memang dia yang salah dalam situasi itu. Tapi ini adalah saran dari psikiaternya, Frederick. Dia yang bilang bahwa Mario butuh ketenangan untuk sementara waktu hingga kondisi mentalnya cukup stabil. Hal terakhir yang dia butuhkan adalah perhatian media. Meskipun kejadian dimana dirinya melakukan kesalahan fatal sudah sebulan berlalu. Hubungannya dengan Gavin dan Zoya juga sudah membaik. Meski begitu Mario menyetujui saran Fred karena mendengar kalimat nasihatnya.
"Kamu butuh ketenangan," ucap Fred dua minggu lalu. "Dengan banyak media yang menyorot dan mendesakmu, bagaimana caranya kamu bisa lepas dari tekanan? Kamu sedang tertekan secara batin dan sekarang kamu ingin tekanan itu datang dari luar juga?"
Mario sadar kalau apa yang Fred katakan memang benar. Sejak dia tiba di Sydney, dia berusaha untuk melepaskan dirinya dari obat penenang yang diresepkan untuknya. Saran dari Fred terbukti berhasil. Mario bahkan tidak pernah bermimpi buruk atau kesulitan tidur. Dia hanya sempat meminum obat itu satu kali dan dia merasa dirinya memang sudah lebih baik. Terutama secara mental.
Seminggu sekali dia masih berkonsultasi dengan Fred. Dia selalu menyuruh Mario menambah aktivitas baru dalam jadwal kerjanya yang membosankan. Pria tua itu bahkan menyarankan sesuatu yang mustahil Senin lalu. "Pergi berkencan," ucapnya tanpa nada humor. "Bukan sesuatu yang salah jika kamu butuh seseorang yang membantu dirimu secara emosional."
Ucapan itu membawa Mario kembali pada kejadian semalam. Penyebab kenapa dia akhirnya hanya tidur selama dua jam. Pertemuannya dengan seorang gadis yang entah siapa namanya. Gadis mabuk yang terlihat seperti ingin merelakan dirinya menjadi domba di tengah-tengah serigala lapar di malam hari. Entah apa yang menggerakan Mario kemarin malam, akhirnya dia membantu gadis itu. Murni ingin menolong gadis itu karena dia hampir saja dibawa oleh Henry Turner, teman minumnya yang memang sering dia lihat di bar itu.
Biasanya dia akan membiarkan Turner menemukan seorang gadis dan membawanya ke hotel. Tapi entah kenapa malam itu berbeda karena dia melihat kilatan lain di dalam wajah gadis itu. Seperti gadis itu butuh pertolongan meskipun dirinya tidak mau mengakui hal itu karena gengsinya yang tinggi. Ada sesuatu yang familiar dengan gadis itu di mata Mario. Ternyata perasaan itu muncul karena gadis itu berasal dari tanah airnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Piccolo (FIN)
Romance(Spin-off dari Cappucino) "Ironisnya, hal paling menyakitkan bagi seseorang kebanyakan berasal dari akumulasi hal-hal kecil yang menyakitkan di masa lampau." -Ariana Elizabeth Palmer