I don't trust easily.
So when I tell you that 'I trust you', please don't make me regret it.-Anonymous-
.
.
.
"Please, don't hurt her."Suara Annette menggema di kepala Mario sampai hari ini. Sejak dia datang berkunjung ke rumah Annette, dia tidak meminta banyak informasi pada kakak perempuan Aria itu. Annette memberikan hal yang ingin Mario tahu. Mario sendiri hanya datang untuk menanyakan preferensi personal Aria. Seperti makanan kesukaannya, barang kesukaan, warna kesukaan dan tempat favoritnya. Dia merasa perlu mengetahui semua ini dan Aria tidak akan mau mengatakannya dengan jujur.
"Dia sudah melalui banyak sekali hal sejak dia masih kecil," Annette berucap dengan nada sedih. "Jika memang kamu datang untuk membuat kehidupan Aria lebih menderita lagi, ada baiknya kamu tidak usah melanjutkan semua ini."
"Aku serius ingin menikah dengan Aria," Mario menjawab dengan gamblang. "Itu adalah tujuan akhirku dari semua ini. Aku ingin membahagiakan mereka berdua."
Annette tampak ragu. "Bagaimana jika Aria tetap tidak mau menikah denganmu?"
Mario tersenyum samar. "Maka aku akan tetap mencoba sampai dia mau mengubah keputusannya."
Annette baru mau membagikan informasi padanya setelah itu. Dia sendiri berjanji akan membantu Mario jika memang dia yakin akan memperjuangkan hubungannya dengan Aria. Hari itu Mario sadar bahwa Annette dan Aria sangat berbeda meskipun mereka kakak adik. Annette berulang kali kelepasan ingin menceritakan beberapa hal pada Mario. Untungnya, Mario selalu mengingatkannya untuk tidak menceritakan cerita Aria secara berlebihan. Seperti janjinya, dia ingin mendengar semua itu dari mulut Aria sendiri.
Fokus Mario kembali ke jalan di depannya. Hari ini dia berhasil mengajak Aria untuk makan malam bersama di luar. Dia juga sudah mengabarkan hal ini pada Annette. Saat ini dia sedang dalam perjalanan menuju kantor Aria. Dia sudah berjanji akan menjemput Aria di kantornya sore ini. Mobilnya sudah terparkir di depan gedung kantornya sebelum jam menunjukkan pukul empat sore. Sambil menunggu, dia mencari kontak Gavin dan menghubunginya.
"Mario," suara Gavin langsung menyapanya. "Kamu sudah di jalan? Aku harus pulang untuk menjemput Zoya dulu."
Hari ini Mario mengajak Gavin dan Zoya untuk makan malam bersama. Aria belum tahu soal hal ini tapi dia tidak ingin Aria panik dan langsung menolak. Mario ingin mengenalkan Aria pada keluarganya pelan-pelan. Hari ini dia akan mengenalkan mereka berdua pada Aria. Gavin dan Zoya juga langsung setuju ketika Mario menghubunginya semalam. Mereka bahkan berharap Aria mau membawa Mayra. Tapi Mario tidak tega membawa Mayra untuk makan malam dengan mereka berdua. Dia tidak tega melihat Aria yang baru pulang kerja harus makan sambil menjaga Aria nantinya.
"Aku masih di kantor Aria," Mario berdeham. "Nanti kita ketemu di Gyoza Shack saja. Kamu kabari aku jika sampai duluan."
"Pasti," Gavin terdengar cukup senang. "Leon sudah menyiapkan meja untuk kita."
Restoran yang akan mereka datangi sebenarnya adalah milik Leon. Sahabat Gavin itu langsung setuju ketika Mario ikut mengajaknya makan malam bersama. Dia bahkan mengajak istrinya, Niken, untuk makan malam bersama mereka. Mario hanya berharap kehadiran mereka berempat tidak akan membuat Aria gugup. Ini adalah lingkungannya, dia berharap Aria bisa menganggap mereka semua sebagai teman dan keluarganya sendiri. Sama seperti Mario.
Bibir Mario otomatis tersungging ketika dia melihat sosok Aria keluar dari gedung kantor. Dia langsung memencet klakson satu kali. Bunyinya membuat Aria dan teman kerja perempuannya yang sedang mengobrol menoleh ke mobilnya. Aria menyipitkan matanya sebelum berpamitan pada teman kerjanya. Dia berjalan ke mobil Mario dengan wajah kusut. Sepertinya karena Mario secara tidak sengaja mengagetkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Piccolo (FIN)
Romance(Spin-off dari Cappucino) "Ironisnya, hal paling menyakitkan bagi seseorang kebanyakan berasal dari akumulasi hal-hal kecil yang menyakitkan di masa lampau." -Ariana Elizabeth Palmer