35. Nasi goreng

21 5 16
                                    

Soomin terus terisak lirih di belakang Eunwoo. Kepalanya dengan nyaman bersandar pada punggung lebar Eunwoo yang hanya memakai kaos hitam itu. Tangannya yang sedikit gemetar, melingkar sempurna di perut berotot lelaki yang sedang memboncengnya.

Eunwoo melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Pandangannya fokus pada jalan di depan, namun pikirannya selalu tertuju pada wanita yang menagis di balik badannya.

Eunwoo mengendarai motor dengan satu tangan, karena tangan kirinya ia  gunakan untuk mengusap-usap punggung tangan Soomin yang melingkar di perutnya. Sepanjang perjalanan ia terus mencoba menenangkan Soomin.

"Udah gak apa-apa, masih ada aku di sini," ucap Eunwoo lembut sambil sesekali menoleh ke belakang untuk mengecek Soomin yang tak dapat terlihat di kaca spion.

"Hkss ... Hkss ... Aku sayang sama Kak Eunwoo," gumam Soomin yang terdengar oleh Eunwoo walau sedikit samar.

Eunwoo tersenyum lebar "Aku jug--"

Tut ..... Tut ....

"KAK EUNWOOOOOOO!!"

Eunwoo tersentak. Lamunannya seketika buyar ketika mendengar jeritan Soomin dan juga banyak mobil di belakang yang mengklaksoninya.

"Kak kenapa bengong?! Itu udah lampu ijo daritadi!!" pekik Soomin memajukan kepalanya ke pinggir leher Eunwoo, berusaha melihat wajah Eunwoo untuk memastikan, apakah orang di depan nya memang sedang melamun atau tidak. namun sayangnya tetap tak terlihat karena kaca helm menutupi wajah tampan lelaki itu.

Eunwoo mengerjapkan mata beberapa kali, lalu ia menggelengkan kepala cepat untuk menyadarkan pikirannya. Beruntung Soomin sudah menjauh, kalo belum mungkin kepalanya akan terbentur dengan helm berwarna hitam yang dipakainya.

"Maaf," lontar Eunwoo sedikit keras kemudian menginjak gigi motor dan kembali melajukannya.

Eunwoo mendesah kecewa. "Cuma khayalan ternyata," gumamnya yang tentu saja tak dapat didengar oleh Soomin.

Ayolah, semua ini jauh dari ekspetasi Eunwoo. Tadi dia sempat berpikir saat perjalanan pulang, Soomin akan kembali menangis dan terisak. Sehingga Eunwoo akan menjadi penenangnya lagi.

Tapi nyatanya?

Eunwoo terus berpikir, bagaimana bisa Soomin yang tadi menangis tersedu-sedu, sekarang terlihat baik-baik saja, seolah tak ada yang terjadi?

Ahh setidaknya Eunwoo harus bersyukur akan hal itu.

Eunwoo sesekali melirik kaca spion. Di balik helmnya ia terkekeh melihat Soomin sangat menghayati musik dangdut dari radio dalam angkot yang melaju di samping motor Eunwoo.

Soomin menutup mata, mengangkat kedua tangannya tinggi, dan juga mengangguk-nganggukkan kepala seolah ia begitu menikmati musik dangdut yang terdengar nyaring itu.

Eunwoo membiarkan gadis itu. Dia tidak bertanya, menegur, maupun mengejek, karena dia mengerti jika Soomin sedang melepaskan beban pikirannya.

Hingga saat motor yang dinaikinya dengan angkot itu berpisah karena beda arah, Soomin pun menghentikan aktivitasnya. Bibirnya ia manyunkan karena merasa sedikit kecewa.

Lagi-lagi Eunwoo terkekeh ketika melihat itu dari kaca spionnya."Kamu udah makan belum?" tanya Eunwoo sedikit menoleh ke belakang.

Suara Eunwoo yang tertupi helm sangat terdengar samar di telinga Soomin. Ditambah suara lalu lalang kendaraan yang melaju, dan hembusan angin malam kencang, membuat omongan Eunwoo semakin tidak terdengar jelas.

"HAH? KAK EUNWOO NGOMONG APA?" teriak Soomin mendekatkan kepalanya ke bahu kiri Eunwoo.

Eunwoo sangat bersyukur ia memakai helm yang menutupi telinganya. Jika tidak mungkin gendang telinganya sudah robek karena teriakan cempreng Soomin.

Journey of Love : LDMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang