14. Temani

23 9 1
                                    

"Ngapain jongkok disitu?" tanya seorang pria bersuara berat membuat Soomin sadar dari lamunan kemudian mendongkak. Setelah melihat wajahnya Soomin terkejut.

"Eh? Pak Jimin?" Mata Soomin membola karena terkejut--pujaan hatinya tiba-tiba berdiri di depan mata. Buru-buru Soomin berdiri dengan postur badan sedikit membungkuk karena bagaimanapun dia harus sopan pada sang guru.

"Kok Pak Jimin ada di sini?"

"Kenapa? Engga boleh?" tanya Jimin mengangkat sebelah alis. Kedua tangan masuk ke dalam saku celana menambah kesan cool dalam tampilan rapihnya.

Cepat-cepat Soomin menggeleng, sepertinya dia salah bertanya. "B-bukan Pak, maksud saya--aduhhh," bingung Soomin harus mengucapkan kalimat apa untuk menyanggah.

Melihat itu Jimin terkekeh dibuatnya. "Saya mau mau baca buku, bosen diem di kantor guru terus," ucapnya begitu lembut pada si anak murid. "Kamu sendiri ngapain di sini?"

Ingin sekali Soomin menjawab, kenapa? Engga boleh? Tapi gadis itu masih tahu diri sehingga mengurungkan niatnya. "Aku juga mau ke perpus Pak baca buku, hehe," jawabnya beserta cengiran.

"Oh ya sudah, bareng saja ayo," ajak Pak Jimin lalu melangkah masuk duluan.

Sementara Soomin masih diam di tempat. Memperhatikan punggung Jimin yang semakin menjauh masuk ke dalam ruangan penuh buku. Kalo ngajak bareng tuh minimal tangan guenya digandeng kek, ini mah malah masuk duluan.

Si gadis itu pun ikut masuk ke dalam,  menyusul sang guru tampan idamannya.

_

Perpustakaan begitu sepi, tidak ada orang selain penjaganya, Soomin, dan si guru muda matematika. Hal ini sebenarnya wajar saja karena memang waktu istirahat murid-murid lebih memilih pergi untuk mengisi perut kosong mereka ke kantin ketimbang membaca buku.

15 menit mereka fokus pada kegiatan masing-masing. Jimin dengan begitu seriusnya membaca buku tentang astronomi, duduk berhadapan dengan Soomin yang membaca buku--entahlah tentang apa itu, karena dia pun juga asal mengambilnya.

"Soomin..." Panggilan bernada lembut setengah berbisik dari Jimin mengakibatkan napas gadis berpita merah di rambutnya itu tercekat,  diam seribu bahasa ingin mendengar sang guru melanjutkan ucapannya.

"Soomin!" Kali ini nadanya meninggi membuat orang yang dipanggil langsung menoleh.

"Stt! Pak jangan berisik!" tegur Soomin,  mengingat mereka ini sedang berada dalam ruangan yang sudah pasti dilarang berisik.

Jimin mendorong pelan pipi anak muridnya itu menggunakan kedua jari. "Lagian kamu saya panggil gak nyaut."

"Aku 'kan lagi fokus baca buku," ucap Soomin.

"Baca apaan? Perasaan daritadi kamu terus aja diem di halaman kata pengantar," ujar si guru termuda di sekolah ini.

"Emang bapak mau apa manggil saya?" tanya Soomin mengalihkan topik karena ketahuan berbohong.

Jimin menyandarkan punggung pada sandaran kursi, menyimpan buku yang tadi ia baca di atas meja, dan lalu sedikit menggeliat kecil untuk meregangkan ototnya. "Saya mau ngomong sesuatu sama kamu."

Journey of Love : LDMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang