44. Pindah

8 1 0
                                    

Lapangan basket yang luas namun sepi melindungi kedua insan dari derasnya hujan yang turun di luar sana. Suara tetesan air yang kencang terdengar menggema dalam lapangan tertutup itu. Tak jarang petir juga mengejutkan keduanya seolah ingin menggangu waktu tenang mereka berdua.

Kini Eunwoo dan Soomin duduk bersebelahan di kursi penonton. Setelah mengingat cerita masa kecil yang tak diduga, mereka berdua saling terdiam hanyut dalam pikiran masing-masing bersamaan dengan turunnya hujan di luar sana.

"Jadi nama asli kak Eunwoo itu Lee Dongmin?" Akhirnya Soomin membuka suara setelah keheningan menyelimuti mereka.

Eunwoo mengangguk kecil. Ada rasa tak suka jika mengingat memang nama aslinya itu adalah Lee Dongmin. Namun ia tetap mengakui karena bagaimanapun juga dia memiliki kenangan dengan nama tersebut.

"Kenapa kak Eunwoo gak bilang kalo Dongmin itu--"

"Aku kira kamu inget," sela Eunwoo yang membuat Soomin jadi merasa bersalah.

"Maaf, aku udah sedikit lupa," lirih Soomin menatap lurus ke depan lapangan sana. "Kak Eunwoo kok masih inget? Itu kan udah lama hampir 8 tahun yang lalu."

Eunwoo menoleh dan menatap Soomin dari samping. "Aku gak bakal bisa lupain orang yang buat aku bisa senyum di hari terpurukku," papar Eunwoo tersenyum lebar yang mengingatkan Soomin akan senyuman terakhir Dongmin kala itu.

Soomin tak berbicara apapun. Nafasnya terasa tercekat, dan tidak tahu mengapa jantungnya kini berdetak dua kali lebih cepat saat melihat wajah tampan Eunwoo dengan senyuman manis di bibirnya.

"Sebenernya waktu itu aku nangis bukan karena bakal pindah sekolah," ucap Eunwoo dan sekarang pandangannya menatap lurus ke depan sehingga Soomin bisa bernafas lega. "Tapi karena Mamah sama Papah pisah," lanjut Eunwoo membuat Soomin terkejut dan tak tahu harus berkata apa.

Eunwoo tersenyum seakan menguatkan dirinya sendiri. "Awalnya aku marah kenapa mereka harus pisah, tapi makin ke sini aku makin ngerti, Mamah bakalan menderita kalo terus sama Papah." Tak sadar mata Eunwoo berkaca-kaca mengingat bagaimana perlakuan sang Papah pada Mamahnya kala itu.

Soomin terdiam, ia sungguh bingung harus bagaimana. Memang ia tidak merasakan apa yang Eunwoo rasa, namun ia paham bagaimana sedihnya pria itu ketika kedua orang tuanya berpisah. Akhirnya Soomin pun hanya bisa menepuk-nepuk pelan bahu lebar Eunwoo sambil mendengarkan cerita lelaki itu.

"Tapi waktu itu aku beruntung banget bisa ketemu anak perempuan namanya Soomin," ungkap Eunwoo kembali menatap kedua bola manik mata Soomin dari jarak cukup dekat. "Anak kecil berambut panjang diikat dua yang datang dengan senyuman manisnya seolah-olah memberitahu bahwa dunia ini akan baik-baik saja," melolong Eunwoo bersuara berat nan rendah.

"Soomin... Kalo aku bilang aku suka sama kamu gimana?"





***




"GUANLINNNNNNNN!!"

Lelaki yang merasa namanya dipanggil itu pun berbalik badan kemudian dirinya dapat melihat seorang gadis tengah berlari menghampirinya di lorong sekolah yang sepi.

"Berisik, masih pagi!" ketus Guanlin menoyor pelan kepala Soomin yang baru saja berdiri di sampingnya.

"Lagian lo daritadi dipanggil ga nyaut," balas Soomin tak kalah ketus sementara Guanlin hanya menggendikkan bahunya lalu kembali melangkah untuk jalan duluan.

Soomin ikut melangkahkan kaki cepat untuk berjalan berdampingan dengan pria tinggi tersebut yang berjalan dengan langkah lebar. "Lin, nanti liat MTK no 5 ya, gue ga paham," pintanya.

Journey of Love : LDMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang