48. Kerja kelompok

11 1 0
                                    

Delapan orang duduk melingkar di atas karpet merah berbulu lembut. Tengah beristirahat sejenak karena baru saja tiba di rumah itu.

"Kalian mau minum apa?" tawar Soomin sang pemilik rumah, mengambil remot kecil di atas sofa untuk menyalakan AC.

Dengan cepat Haruto mengibaskan kedua tanganya mengisyaratkan kata 'jangan'. "Ngga usah Min, marjan ada?"

"Yeuuu," reflek Soobin yang disebelahnya mendorong bahu Haruto.

Soomin terkekeh. "Ada, rasa melon tapi."

Haruto menjentikan jari sambil tersenyum lebar menampakkan deretan gigi putihnya. "Okiniiri."

"Artinya apa?" tanya Renjun.

"Favorite," jawab Guanlin santai membuat semua orang di situ menatap padanya.

"Wii bro, lo bisa bahasa Jepang?" tanya Haechan merangkul bahu lebar milik Guanlin.

Seraya menyingkirkan lengan Haechan dari pundaknya, Guanlin mengangguk. "Dikit."

"Curiga Guanlin wibu," ucap Renjun menatap laki-laki yang dimaksud dengan penuh selidik.

"Gue sering baca komik Jepang, makanya gue ngerti dikit," jelas Guanlin duduk tegap dengan tangan terlipat di depan dada, itu memang sudah menjadi ciri khas duduk laki-laki itu.

"Komik Jepang? Komik apa?" tanya Haechan seraya tersenyum mesum, matanya memicing dengan penuh kecurigaan.

Guanlin menggeleng kecil lalu menyentil jidat Haechan membuat sang empu meringis. "Gak usah mikir aneh-aneh!"

Melihat itu Soomin terkekeh dibuatnya, kemudian beranjak untuk segera menyiapkan minuman di dapur, diikuti oleh Soobin dibelakangnya.

"Gue bantuin ya," tawar si pria berlesum pipi.

Soomin menoleh sedikit ke belakang. "Ngga usah," tolaknya lalu menjajarkan beberapa gelas di atas meja, kemudian berjalan menuju lemari es. "Eh iya Bin, minta tolong bawain ini ke mereka," pinta gadis itu menyodorkan banyak makanan ringan yang masih terbungkus rapat.

Lelaki jangkung itu mengangguk, dan membawa semua yang di perintah Soomin.

Tak lama kemudian, Soomin pun hendak kembali dengan membawa nampan berisikan 8 gelas minuman berwarna hijau yang terlihat segar. Kaki jenjangnya perlahan berjalan dengan sangat hati-hati karena takut sesuatu yang ia bawa akan jatuh.

Soobin berdiri menghampiri berinisiatif membantu, mengambil alih nampan tersebut. "Udah biar gue aja." Keduanya pun berjalan beriringan menuju karpet tempat mereka duduk berkumpul dan mereka yang melihat minuman sudah tersedia langsung menyerbu.

"Lo kok bikin sendiri, Min?" heran Renjun sambil menyeruput minuman miliknya. "Pembantu lo mana?" lanjutnya bertanya setelah meneguk.

"Keluarga gue ngga punya pembantu," jawab Soomin sambil meminum minumannya juga.

Haechan mengernyit seraya menyimpan gelas yang telah kosong, karena dirinya sudah menghabiskan minuman dalam sekali tegukan. "Ya kali rumah gedongan gini gak ada pembantu," herannya.

"Serius," ucap Soomin meyakinkan mereka semua. "Kita sekeluarga agak sedikit trauma kalo mau sewa pembantu."

"Kenapa?" tanya Somi penasaran sambil membuka bungkus bengbeng.

Soomin terdiam, mengingat masa itu. "Intinya dulu waktu gue sama Jaehyun masih kecil, kita pernah hampir diculik sama pembantu yang kerja di sini."

Haruto mengeleng tak habis pikir. "Ada-ada aja kelakuan manusia," gumamnya.

"Udahlah ngga usah dibahas, mending sekarang kita mulai aja," kata Soomin mengajak teman-temannya agar tidak menyia-nyiakan waktu lagi "Jadi mau gimana nih?"

Journey of Love : LDMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang