Jimin melangkah menghampiri wanita yang sedang berjalan gontai di atas trotoar tanpa ber-alas kaki itu, lalu menahan lengannya
"Soomin ..." panggil Jimin lirih nyaris tak terdengar karena suara lalu lalang kendaraan yang berisik
Soomin sedikit terkejut ketika ada orang tiba-tiba menahan lengannya, namun keterkejutannya ia simpan dalam diam karena dia tau siapa orang itu. Tubuh Soomin menghadap Jimin tapi tatapannya fokus pada Jalan Raya di sampingnya
"Tolong lepasin Pak" pinta Soomin tanpa menatap mata Jimin, juga tidak memberontak
Jimin menurut, ia melepaskan lengan Soomin perlahan, kemudian menatap muridnya itu sendu
"Kamu kenapa Soomin?"
Soomin melirik sekilas pada Jimin, lalu tatapannya kembali pada Jalan "Apanya yang kenapa?"
Jimin menghela nafas lirih "Kamu kenapa nangis waktu keluar Rumah saya? Padahal sebelumnya kamu gak apa-apa"
"Aku bego Pak" jawab Soomin tanpa mengalihkan pandangan
"Jawab yang bener Soomin!" tegas Jimin kali ini yang membuat Soomin menoleh padanya, namun Soomin terlihat tak peduli
Jimin memegang kedua bahu Soomin kuat "Jawab Soomin! Kamu kenapa? Seulgi bilang sesuatu sama kamu?" tanya Jimin yang sebenarnya ragu untuk menanyakan itu, karena dia tau, Seulgi tak mungkin macam-macam
Dengan bahunya yang masih dipegang kuat, Soomin menunduk dan mengangguk
"Seulgi bilang apa?" tanya Jimin sangat penasaran
Soomin mengangkat kepalanya untuk menatap Jimin "Dia bilang Pak Jimin nganggep aku sebagai adik Bapak" ucap Soomin kembali menahan tangis
Jimin mengerutkan dahi "Terus?"
Soomin menatap Jimin dingin "Intinya dia cuma ngomong itu, gak ada yang lain"
"Maksud saya, terus kenapa kamu sampai kaya gini?" tanya Jimin semakin gereget
"Aku marah Pak, ternyata aku cuma dianggap adik"
"A-apa? Marah?"
"Iya aku marah. Dan aku juga kecewa waktu tau Bapak udah tunangan" ungkap Soomin dengan lesuh dan sudut matanya sudah mengeluarkan air mata lagi
"Bicara yang bener Soomin. Saya gak ngerti, malah saya makin bingung jadinya" tutur Jimin dan menggoncangkan pelan tubuh Soomin
Soomin kembali ter-isak "Hkss... Jadi Bapak gak bisa simpulin? Hkss ..."
"Bisa, tapi kan mana mungkin kamu suka sama sa--" Jimin menghentikan ucapannya ketika menyadari sesuatu. Tangannya perlahan melepaskan pegangan dari bahu Soomin, lalu dia menunduk
"Hkss ... Selama ini saya suka sama Bapak" ungkap Soomin dengan banyak air mata lolos di pipinya
Jimin terus menatap kosong kaki Soomin yang meringkuk karena tak memakai alas kaki itu. Jimin juga beberapa kali menjambak kasar surainya sendiri
"Kenapa harus saya Soomin?" tanya Jimin masih tak percaya
Soomin mengusap ingus yang keluar dari idungnya menggunakan tangan "Hkss ... Aku juga gatau kenapa Bapak terus yang ngasih harapan buat aku"
"Saya gak pernah ada niat buat itu Soomin!"
"Hkss.. Hkss.. Terus kenapa Pak Jimin sering berbuat manis? Selalu baik sama aku, peduli sama aku, nanya-nanya tentang kabar, selalu khawatirin aku, ajak aku jalan-jalan, ngasih nilai tambahan, ngajak vidcall, ngajak nge-Tiktok, pokonya semua perbuatan Pak Jimin kelihatan kaya ngasih harapan, hkss ..." ujar Soomin
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey of Love : LDM
Fanfiction[On Going] Ketika kamu mencintai seseorang namun nyatanya dia mencintai orang lain Cover by graphic_cii