#20. ORANG ASING

238 21 11
                                    

♥♥♥
♥♥




~~~~~%%%~~~~~
HAPPY!
READING!
~~~~~%%%~~~~~

Kejadian dimana kata sayang terucap dari Amanda sudah berlalu beberapa hari yang lalu. Tapi, tahukah bahwa efeknya sungguh luar biasa pada sosok cowok bernama lengkap Alnilam Gema Abinaya.

Cowok itu sering tersenyum-senyum sendiri saat mengingatnya. Bahkan ketiga temannya sudah mencap cowok itu gila. Tapi, apa peduli Gema tentang hujatan dari sahabatnya? Toh, mereka memang seperti itu sejak masih zigot dan ia, pun, sudah kebal.

Entah apa alasannya Gema senang mengingat hal itu. Ada rasa berbeda yang asing baginya. Padahal ia tahu bahwa Amanda mengatakan itu hanya untuk mengusir Ares. Tapi, Gema senang. Sungguh ia tidak sedang bercanda.

"Lo ngapa sih, Gem?" tanya Gilang sembari mengunyah tempe gorengnya.

Gema hanya meliriknya sebentar, lalu menggeng dengan masih mempertahankan senyum lebarnya.

Gilang memicing, ketika mereka berhasil mengerjai guru habis-habisan senyum Gema tak selebar ini. Mendapat uang saku tambahan dari kak Genta pun tak seperti ini. Bolehkah Gilang menduga jika ekspresi Gema seperti remaja yang sedang dimabuk cinta?

"Lo lagi naksir orang apa gimana sih, Gem? Ngeri sumpah gue liatnya," ucap Lintang.

"Satu server!" timpal Gilang.

"Lo juga, kan, Van?" Cowok yang ditanyai tak menanggapi sama sekali asik memakan semangkuk soto miliknya. "Alah tuh anak ikutin aja!" lanjut Gilang karena sudah hafal bagaimana Elvano.

"Gak tahu gue," balas Gema.

"Lo gimana, sih, masa sama perasaan sendiri gak tahu. Kalo gitu gimana caranya elo memahami perasaan pasangan lo!" balas Gilang yang sontak membuat Lintang menatap kearahnya.

"Tumben lo waras Lang," celetuk Lintang yang disambut dengusan Gilang.

"Lo kira gue gila!" sewot Gilang.

"Maybe," balas Lintang cuek dengan wajah tanpa dosanya.

'Dosa apa gue punya sahabat dari orok kayak manusia satu ini!' batin Gilang menjerit frustasi.

"Lo diem dulu, Tang. Gue mau diskusi serius sama Gilang," sela Gema mengalihkan perhatian keduanya.

"Sok atuh, gue mau ke toilet bentar," balas Lintang lalu beranjak kearah toilet yang tidak jauh dari kantin.

"Diskusi apaan lo?" tanya Gilang menatap Gema, namun sebelah tangannya manarik piring berisi mie pedas milik Lintang yang belum tersentuh. Dan, dengan tanpa dosanya memakannya menggunakan garbu miliknya sendiri.

Teman laknat.

Gema memutar bola mata malas melihat kelakuan Gilang. Cowok itu memang suka seenaknya sendiri.

"Emang kalo suka sama orang kayak mana, sih?" tanya Gema ragu.

"Hah? Ngapain lo tanya gitu?" tanya balik Gilang.

"Udahlah, tinggal jawab aja!"

"Jadi, lo selalu mikirin dia, cuma pengen liat dia bahagia. Dia bisa buat lo senyum-senyum gak jelas kek orang gila cuma karena hal sepele. Jantung lo berdetak kayak abis lari maraton berkilo-kilo kalo deket dia. Lo nyaman sama dia. Lo pengen selalu ngelindungin dia. Kalo pendapat gue, sih, gitu," jelas Gilang membuat Gema terdiam.

Jika seperti itu, dia sudah merasakannya pada seorang gadis yang akhir-akhir ini menghiasi hidupnya yang monoton dengan segala senyuman dan kecerian yang dipunyainya diatas kepedihan hidup.

Gemanda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang