~~~~~%%%~~~~~
HAPPY!
READING!
~~~~~%%%~~~~~Hening...
Kedua anak manusia itu terdiam. Amanda dengan keterkejutannya akan pernyataan Gema, dan Gema yang tiba-tiba terserang gugup luar biasa. Bahkan cowok itu menggigit bibir bawahnya sembari mengedarkan pandangannya ke segala penjuru kamar. Tangannya yang ada di pundak Amanda berkeringat dan sedikit bergetar, kakinya pun ikut-ikutan. Katakan saja ini berlebihan, tapi itulah yang sedang terjadi pada Gema. Mungkin karena baru pertama kali? Maybe.
"Ge-gema..ka-kamu.."
"Sstt.." Gema meletakkan jari telunjuknya di depan bibir Amanda, membuat gadis itu tak jadi melanjutkan ucapannya. "Lo jangan ngomong dulu, deh. Gu-gue lagi gugup tahu. Ntar makin gugup gue," ucap Gema sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Intinya jangan kira perkataan gue bercanda. Gue serius. Lo gak perlu bales pernyataan gue sekarang. Tapi, gue gak munafik. Gue harap lo balas sesuai harapan gue. Tapi, gak usah di jadiin itu beban. Kalo emang lo gak bisa bales, gue gak masalah."
"Kita masih bisa jadi sahabat, kan? Atau keluarga? Yang penting lo bahagia, oke?"
"Janji sama gue lo gak akan nyerah sama keadaan kayak waktu itu." Gema tersenyum lembut dengan menyodorkan kelingkingnya pada gadis dihadapannya ini.
Amanda menatap Gema dengan tatapan yang sulit diartikan. "Gema.."
"Sstt..promise?" sela Gema.
Amanda mengangguk dan menautkan kelingkingnya pada kelilingking Gema. "Promise."
Keduanya saling tatap dan melempar senyum. Bahkan mata Amanda sudah berkaca menatap Gema.
Tok! Tok! Tok!
"Amanda? Kamu belum tidur?" Kedua sejoli itu membelalak ketika suara ketukan dibarengi dengan suara Bunda Davira mengintrupsi.
"Amanda? Bunda tahu kamu belum tidur, kamu bicara sama siapa?"
Gema berlari panik mungkin ranjang dan membenamkan tubuhnya dalam selimut. Bego! satu kata dari Amanda ketika tahu Gema besembunyi disana. Segera, gadis itu menarik Gema.
"Heh! Lo tarik gue kemana bege!" bisik Gema.
"Kamu sembunyi di balkon," balas Amanda dengan membuka pintu balkon perlahan.
"Gak mau! Banyak nyamuk njir." Nah, kan baru aja nyungkapin isi hati. Tapi, bahasanya ngajak ribut. Gak ada manis-manisnya.
"Bentar doang, nanti kalo bunda pergi kamu keluar. Lagian jam segini kok masuk kamar cewek, yang ada kita dikira macem-macem." Amanda mendorong tubuh Gema yang enggan menuju balkon.
"Kan, gue mau bilang yang tadi."
"Kan, besok bisa."
"Kan, gue gak tahan. Maunya sekarang."
"Kan—"
Tok! Tok!
"Amanda?" panggil Davira.
Mereka semakin gelagapan, dengan tidak berperasaannya Amanda mendorong tubuh Gema keras membuat sang empu jatuh tersungkur. Lalu, menutup rapat pintu dan tirai balkon, segera beranjak menuju pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gemanda
Teen Fiction[LENGKAP] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] PERHATIAN!!! DIMOHON DENGAN SANGAT UNTUK TIDAK MENIRU SEGALA ADEGAN KEKERASAN YANG TERKANDUNG DALAM CERITA ATAUPUN MENIRU HAL - HAL YANG BERSIFAT NEGATIF. CUKUP AMBIL SISI POSITIFNYA SAJA. ♥♥♥♥ Alnilam Gemma Abina...