~I can only dream that one day you will love me, father.~
♥
♥
♥
♥
♥
♥♥♥"APA YANG KAU LAKUKAN?! HAH?!" murka Andri pada Amanda.
Amanda hanya diam, sama sekali tidak menatap ayahnya yang menatapnya marah. Tidak pula menunduk takut. Gadis itu sedikit memalingkan wajahnya, kedua matanya merilik datar Sila yang pasti akan memanfaatkan keadaan.
"AMANDA! JAWAB SAYA!" Amanda masih tidak mengeluarkan suara.
"A-ayah.. hiks.. hiks.. sa-sakit.." Sila bersuara membuat Tina menghampirinya dengan raut muka dibuat buat.
Melihat itu Amanda hanya menggeleng samar, lalu dengan tanpa dosanya meraih permen disakunya dan memakannya tak lupa mengupasnya dahulu.
"APA KAMU TIDAK MENGERTI SOPAN SANTUN?! TIDAK MENGERTI CARA MENJADI MANUSIA YANG BERADAP?!"
Mendengar itu, seketika Amanda menatap ayahnya dan tersenyum miris. "Lalu sekarang Manda tanya, apakah selama ini ayah mengajari Manda itu semua? Ha?" Gadis itu menjeda ucapannya, "Enggak, kan? Karena nyatanya cuma kak Dika yang Manda punya," lanjutnya.
"Yah... Manda tanya, apa salah Manda hingga ayah benci sama Manda? Karena kelahiran Manda, buat bunda pergi, iya? Lalu, apa kabar sama Manda yang dari lahir gak kenal sentuhan seorang ibu, apalagi kasih sayang seorang ibu? GIMANA YAH?! GIMANA?! Bahkan sosok ayah yang Manda punya, pun, malah membenci Manda. Sebenarnya, Manda anak ayah bukan sih?" lirih Amanda dengan mati-matian menahan air matanya. Ada rasa lega dalam hatinya ketika dia berhasil mengeluarkan segala unek uneknya.
Sementara, Andri membeku mendengar setiap ucapan Amanda. Selama ini putri kecilnya yang tak pernah dianggap, hanya diam mengangis ketika ia memahami, memaki, ataupun memukul. Dan, hanya Andika yang mati-matian membelanya.
Apakah dia sudah sangat keterlaluan?
"Manda pengen hidup kayak anak-anak lain, yah. Diperhatiin, disayang, dikhawatirin. Bahkan Amanda saja makan da-dari.. hiks.. hasil cafe dan restoran peninggalan almarhumah bunda yang dikelola kak Dika. Kenapa dunia gak adil sama Manda, yah? KENAPA?! MANDA CAPEK YAH! CAPEK!"
"HEH! DIAM KAMU! APA KAMU TIDAK TAHU ANAK SAYA TERLUKA GARA-GARA KAMU?! HAH?!" sahut Tina membuat yang lain menatanya.
Amanda menghapus air matanya kasar, "Gak usah bahas luka, deh, Tan. Karena saya yang lebih mengerti luka dan penderitaan itu seperti apa," balas Amanda. Gadis itu perlahan mendekati ayahnya yang terdiam.
Dengan gerakan cepat, Amanda meraih tangan ayahnya dan menciumnya, sembari berucap lirih yang dapat di dengar Andri.
'Manda sayang ayah.."
Setelah itu melenggang pergi meninggalkan ayahnya yang masih diam ditempatnya.
♥♥♥
"Lo kenapa, Nda? Kok bengkak matanya?" tanya Echa dengan menangkap wajah Amanda.
Amanda menyingkirkan tangan Echa dari wajahnya, lalu menggeleng sembari tersenyum tipis.
"Masalah yang sama?" tanya Echa hati-hati.
Dengan masih tersenyum tipis, Amanda menjawab dengan gerakan mata membuat Echa menghembuskan nafas kasar. "Emang ya, itu dua lampir! Santet boleh gak, sih?" geram Echa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gemanda
Teen Fiction[LENGKAP] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] PERHATIAN!!! DIMOHON DENGAN SANGAT UNTUK TIDAK MENIRU SEGALA ADEGAN KEKERASAN YANG TERKANDUNG DALAM CERITA ATAUPUN MENIRU HAL - HAL YANG BERSIFAT NEGATIF. CUKUP AMBIL SISI POSITIFNYA SAJA. ♥♥♥♥ Alnilam Gemma Abina...