#25. PELUKAN

230 19 9
                                    

~~~~~%%%~~~~~
HAPPY!
READING!
~~~~~%%%~~~~~

♥♥♥

"AAHHKKK!!" teriakan seorang perempuan dibarengi dengan benda berjatuhan menggema di kamar yang di dominasi warna silver itu.

Perempuan pemilik suara itu, berdiri di depan kaca meja riasnya. Keadaannya tidak bisa dibilang baik. Bekas luka goresan di pipi kirinya nampak jelas, rambutnya acak-acakan, juga nafasnya yang memburu. Kilatan matanya memancarkan amarah yang teramat kentara.

"AWAS LO SEMUA!! AAHHHKKK!!"

DOR!! DOR!!

"SILA!! BUKA PINTUNYA! JANGAN GILA KAMU!"

"BUKA, NAK! INI MAMA!!"

"JANGAN BUAT MAMA TAKUT, SAYANG!! PLEASE, BUKA!!"

Di luar kamar Tina tengah menggedor pintu sembari berteriak memanggil putrinya. Tina tahu, putrinya itu tipe orang yang nekat. Takut - takut hal yang tidak diinginkan terjadi, karena dia frustasi akan ketidak berdayaannya untuk menghadapi Bintang tadi.

"Mau main - main sama gue? It's okay!" Semirik licik tercetak dibibir itu.

Sila adalah gadis pendendam. Sejak kecil rasa dendam sudah teramat mendarah daging dalam dirinya. Membuatnya tumbuh menjadi seorang tempramen dan agoran.

"SEMUA YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUARGA INI GAK AKAN HIDUP TENANG!!" teriaknya, membuat sang ibu manangis di luar. Sekarang wanita paruh baya itu sedikit menyesal karena menamkan rasa dendam dalam diri putrinya. Dan, rasa dendam itu kemungkinan akan menjadi boomerang bagi dirinya dan sang putri.

♥♥♥

"Kenapa, lo, diem aja? Mau lomba sama patung?" tanya Gema dengan melirik sinis Amanda terdiam kaku di sampingnya.

Amanda mencebik mendengar itu. Lalu tanpa melirik Gema, Amanda melangkah mendekat pada Bintang yang tidak sadarkan diri disofa.

"Ini... Bintang beneran gak papa?" tanyanya ragu.

"Gak papa, kak. Nanti juga sadar sendiri," sahut Aditya sembari menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Bintang.

"Yakin?"

"Iya kak."

"Gak bohong, kan?"

"Enggak."

"Kalo gimana - gimana, gimana dong?"

"Enggak kak. Udah biasa gini."

"Tap-"

"ENGGAK BAKAL!!" seru Aditya, Gema dan Gilang bersamaan. Membuat Amanda diam dan mengangguk. Sementara, Echa terkekeh pelan melihat itu.

"Yaudah, nih, cemilan. Di makan." Amanda menaruh kantong plastik berisi penuh cemilan di meja yang disambut antusias oleh Gilang.

"Minim ahklak," gumam Aditya dengan melirik sinis Gilang yang sedang menyerbu cemilan itu.

"Bilang aja mau, kan lo?!" balas Gilang.

Gemanda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang