#09. SOSOK BARU

284 26 47
                                    








♥♥♥

"Oh, ini pelacu* nya. Dapat bayar berapa lo, jam segini baru pulang?" ucap Sila ketika berpapasan dengan Amanda di tangga.

Amanda menghentikan langkahnya, menatap Sila yang menatapnya meremekan. Gadis itu tersenyum manis, lalu melangkah mendekat pada Sila. Tangan kananya terulur menyentuh ujung rambut kakak tirinya dan sedikit memainkannya.

"Bukan urusan anda!" ucap Amanda sembari mendorong pundak Sila dengan telunjuknya. Kemudian, kembali melanjutkan langkahnya dengan sesekali mengibaskan rambutnya.

Sila yang melihat itu mengepalkan tangannya. Ini bukan Amanda. Selama ini Amanda hanya gadis kecil yang hanya bisa menangis dan mencari perlindungan kakaknya. Tapi, sekarang? Tidak! Ia tidak menerima penghinaan ini.

Sementara, tak jauh dari sana, Andika melihat tingkah adiknya tersenyum bangga. Ini yang dia mau. Amanda menjadi sosok yang mampu melawan atas segala macam penindasan. Karena dia sadar bahwa tidak selamanya dia akan selalu bersama Amanda. Membayangkan perpisahan dengan gadis kecil yang teramat disayanginya membuat dadanya teramat sakit.

Tapi, dia sangat berharap bahwa saat dia pergi Amanda akan menjadi gadis paling kuat.

Semoga saja.

Pemuda berkacamata minus itu menghela nafas sejenak. Lalu menyusul Amanda yang berada berada di kamar. Saat melewati Sila, Andika tersenyum mengejek. Membuat perempuan itu bertambah kesal.

Ceklek

Andika membuka pintu kamar Amanda yang tidak terkunci. Seperti biasa kamar yang di dominasi warna biru muda ini dipenuhi harum lavender yang menenangkan, dan barang-barang yang tertata rapi pada tempatnya.

"Dek? Dikamar mandi?" tanya Andika sabari menaruh kantung plastik dari cowok yang ngakunya teman adiknya.

"Iya!" balas Amanda dari kamar mandi.

"Yaudah abang siapin makan buat kamu. Jangan lupa kita perlu bicara." Setelah mengatakan itu Andika melenggang pergi dari kamar Amanda. Sementara, di dalam kamar mandi Amanda meringis mendengar perkataan kakaknya.

"Lah! 'Itu' aku ketinggalan di mobil si tengil!" pekik Amanda tiba-tiba ketika ia menyadari kelalaiannya. Meninggalkan benda keramat di mobil laki-laki. Malunya dirinya...

"Duh gimana dong," gumam Amanda dengan mengigit jarinya cemas. "Mana aku butuhnya sekarang lagi, huhuhu."

Amanda membuka pintu kamar mandinya sedikit, lalu mencebulkan kepalanya. Menengok keseluruh kamar berharap kakaknya ada, tapi ternyata nihil.

"Teriak gak? Teriak? Enggak? Udah ah, teriak aja!"

"KAKAK!!!"

"HUWAA! KAKAK!!"

Tidak lama dari itu, pintu kamarnya dibuka dengan kasar oleh Andika dengan raut wajah khawatir. "Manda? Dek? Kenapa?" tanyanya.

Amanda dengan wajah tanpa dosanya, nyengir lebar. "Kak? Manda mau minta tolong, boleh?" Gadis itu memasang wajah memelas yang membuat Andika selalu kalah telak.

Andika menghela nafas pendek, "Dek, kalo mau minta tolong jangan teriak dong. Abang kira kamu kenapa-napa. Mau minta tolong apa?" ucap Andika dengan sabar.

"Ehe maaf kak. Tolong beliin Manda roti khusus, ya," ucap Manda pelan.

Andika sudah tidak asing dengan pekerjaannya yang satu ini. Karena adiknya yang suka lupa membeli sediri. "Roti? Lah, itu ada di kresek," ucap Andika sembari menunjuk kantong plastik di meja rias Amanda.

Gemanda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang