#32. HADIAH

216 20 3
                                    

Untuk lagu diatas cuma karena aku mood banget sama lagu ini.
Ngetik sambil dengerin lagunya enak banget hehe...

~~~~~%%%~~~~~
HAPPY!
READING!
~~~~~%%%~~~~~


Hampir satu bulan para guru bimbingan konseling dibuat keheranan karena buku catatan mereka bersih dari nama empat serangkai pembuat ulah. Siapa lagi jika bukan Gema, Gilang, Elvano dan Lintang.

Entah ada masalah apa dengan keempatnya sehingga keadaan SMA Hesper sepi akan teriakan guru piket karena ulah mereka. Bahkan tak jarang para guru bergosip bahwa hubungan mereka sedang tidak baik karena kesalahpahaman, ataupun berebut pacar. Tidak tahu saja para guru jika mereka jomblo, kecuali Gilang sepertinya.

Nyatanya, itu semua salah besar. Mereka hanya sedang dalam fase malas cari masalah. Lagipula tidak ada yang bisa dijadikan objek keributan. Tapi, sepertinya mulai hari ini mereka akan melakukan kebiasaan yang lama tidak dijalankan. Karena sudah ada objek menarik, bahkan bisa mereka prediksi ini akan lebih seru dari sebelumnya. Hanya saja sasaran mereka berada di luar lingkungan sekolah.

"Bau banget woi! Dapat dari mana lo berdua?!" tanya Gema dengan sedikit menjerit pada Gilang dan Aditya yang berdiri dipojokan sembari menutup hidung rapat-rapat.

"Nyolong bang," balas Aditya polos.

Ketiga pasang mata membuat mendengarnya. Mencuri? Gila! Ajaran Gilang pasti.

"Heh! Bangsul! Gak usah bikin mereka oversinting sama gue, ya. Gue kasih uang ke orangnya, enak aja nyolong!" sahut Gilang dengan menonyor kening bocah di sampingnya kesal.

"Overthinking, bang, bukan oversinting."

"Suka-suka gue lah!"

Aditya memotar bola matanya malas. Susah memang jika berbicara dengan orang macam Gilang, batinnya berseru.

"Astagfirullah! Baunya! Niat sekali, ya, kalian!" seruan seseorang sontak membuat kelima cowok itu menoleh kearah pintu masuk.

"Kak Rara bawa apa?" tanya Aditya saat melihat kantong kresek yang ditenteng Aurora.

"Tepung dong!" jawabnya sembari memakai masker.

"Oiya, nih kakak bawa masker buat kalian. Kasihan, hidung kalian terkontaminasi bau yang sangat membagongkan ini," sambung Aurora sedikit mendamatis.

"Lagian mana ada sejarah telur busuk wangi? Kan gak ada!" sahut Gema dengan menerima masker dari sang kakak.

"Telur busuk, tepung, air comberan, mau dibuat apaan sih, ini sebenarnya?" tanya Aditya heran.

"Kue bolu, Dit," jawab Gilang asal.

"Ha? Seriusan ini?!" pekik Aditya membuat mereka disana memutar bola mata malas. Heran, sih, kadang mereka dengan kembaran Bintang ini. Kadang polos, kadang sok dewasa, kadang bego, kadang telmi, dan pastinya pelupa.

"Udahlah diem lo bocil! Mending bantuin becahin telur," sahut Gema.

"Idih, ogah ya, bang. Udah cukup gue blusukan dikandang ayam. Gak lagi suruh pecahin telor busuk gitu!"

"Yaudah terserah, sih, kalo mau pulang jalan kaki."

"Gak asik lo bang!"

prak...prak...prak....

Suara pacahan telur menggema diruang berukuran sedang ini. Keenam anak manusia itu sibuk dengan kegiatannya memecahkan telur busuk, lalu dicampur dengan tepung dan tak lupa ditambah dengan air comberan yang entah dari mana Lintang dan Gema dapatkan. Ketiga campuran itu nampak menjadi adonan kue tapi, berbau tak sedap.

Gemanda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang