~~~~~%%%~~~~~
HAPPY!
READING!
~~~~~%%%~~~~~
Echa menatap nanar bangunan di depannya. Ingin rasanya ia meratakan bangunan yang merupakan neraka bagi sahabatnya. Rumah besar, megah dan indah ini berbanding terbalik dengan cerita yang ada didalamnya. Sungguh miris memang.Jari-jari tangan itu terkepal kuat. Matanya memerah menahan perasaan marah yang bergejolak dihatinya. Lihatlah, dari sela-sela gerbang besar ini, ia dapat melihat dengan jelas sepasang suami istri yang duduk bersama di mini taman dengan putri mereka. Entah membicarakan apa, ia tak perduli sama sekali. Lalu, matanya beralih memperhatikan sesosok pemuda yang duduk termenung sendirian diteras rumah itu. Pemuda itu masih sama seperti yang ia temui beberapa hari lalu. Perban masih setia menenpel pada kepalanya. Sorot mata yang berbeda dan pipi yang menirus.
Echa buru-buru membalikkan badan ketika mata itu menyadari keberadaannya. Berjalan menjauh dari rumah itu. Tetapi, baru beberapa meter ia berjalan. Sebuah suara mengintrupsinya untuk menghentikan langkah.
"Tunggu sebentar! Saya mau bicara sama kamu!" Echa kenal suara itu.
Tanpa berbalik ia menjawab, "Jangan disini." Lalu, mengirim pesan singkat pada Dino.
Dinosaurus!
Rencana berhasil. Berangkat! Bawa mobil! Awas lo!Saat ini Echa menatap Andika yang duduk di depannya. Dino yang duduk di sampingnya, pun, juga melakukan hal yang sama. Ketiganya berada di kafe tak jauh dari kompleks perumahan Andika.
"Jadi, apa yang mau kakak bicarakan?" Echa buka suara.
"Kalian kenal saya dengan baik sebelumnya?" tanya Andika.
"Sangat!" balas Echa dengan senyum tipis. Sementara, Dino diam. Karena ia belum terlalu mengenal kakak sahabatnya, yang sangat sensi dengan laki-laki yang ada didekat adiknya. Walaupun, sekedar teman ataupun sahabat.
"Bagaimana, hubungan saya dulu dengan Amanda?"
"Kenapa kakak tanya itu sama Echa? Bukannya orang yang paling deket, dan paham tentang Amanda itu kakak sendiri? Hm?"
"Karena saya kehilangan memori saya. Dan, ibu dan kakak tiri saya selalu menegaskan bahwa Amanda adalah sumber dari segala permasalahan. Bahkan ia berencana mencelakai ayah dan saya."
"Bangs*t!" desis Echa dan Dino ketika mendengar perkataan Andika.
Echa tersenyum miring. "Ibu? Kakak? Ck. Selama saya mengenal Amanda dan kakak, kak Dika tidak pernah sudi memanggil mereka ibu atau kakak. Dan, menurut kakak mereka orang yang baik?" Andika mengangguk pelan meski ragu.
"Ck. Mereka yang memukuli adik kakak. Mereka menyiksanya. Kakak sendiri bisa seperti ini karena mereka. Mereka hanya mengincar harta keluargamu kak."
"Ma-maksudnya?"
"Pada intinya kakak adalah orang yang paling mencintai Amanda sendari kecil. Jadi, Echa mohon jangan benci Manda. Jangan percaya apa yang dikatakan mereka. Mereka penipu!"
"Bahkan saat kakak mengusirnya dari kamar rawat, hari itu juga dia diusir dari rumah. Bahkan om Andri pun ikut melakukan hal itu! HARI ITU JUGA DIA BERNIAT MENGAKHIRI HIDUPNYA! DIMANA HATI KALIAN! HAH?!" lanjut Echa yang diakhiri dengan pekikan.
Echa tahu? Ya. Karena setelah scenes berpelukan dan menangis. Amanda menceritakan semuanya.
Air mata Echa luruh. Gadis itu memalingkan wajahnya. Sungguh sakit rasanya ketika mengorek cerita hidup sahabat karibnya itu. Demi apapun, Echa sangat menyayangi Amanda. Hidup sebagai anak tunggal membuatnya kesepian. Ia punya teman yang banyak. Tetapi, sebagai sahabat hanya Amanda dan Dino saja. Amanda dengan sifatnya yang kadang dewasa, kadang bar-bar, bisa juga terkadang polos, tapi dengan bola mata yang memancarkan kesedihan terdalam yang dibalut dengan senyum tulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gemanda
Teen Fiction[LENGKAP] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] PERHATIAN!!! DIMOHON DENGAN SANGAT UNTUK TIDAK MENIRU SEGALA ADEGAN KEKERASAN YANG TERKANDUNG DALAM CERITA ATAUPUN MENIRU HAL - HAL YANG BERSIFAT NEGATIF. CUKUP AMBIL SISI POSITIFNYA SAJA. ♥♥♥♥ Alnilam Gemma Abina...