#37. RINDU

225 15 1
                                    

~~~~~%%%~~~~~
HAPPY!
READING!
~~~~~%%%~~~~~

Andika menatap ayahnya heran. Tidak bisanya sang ayah seperti ini. Penampilannya sungguh mengenaskan. Sudah tiga hari sudah ini berlangsung. Entah ada masalah apa yang jelas bukanlah masalah kantor. Keadaan kantor baik-baik saja. Ia tahu itu.

"Ayah kenapa?" tanyanya.

"Gak apa-apa," jawab Andri seadanya.

Pagi ini meja makan hanya diisi olehnya dan sang ayah. Ibu tirinya sedang ada urusan katanya. Sedangkan, Sila sudah berangkat ke kampus pagi-pagi sekali.

"Oiya. Nanti Dika mau keluar ada urusan," ucap Andika setelah meneguk minumannya.

"Sama?"

"Teman lama."

Kening Andri berkerut. Teman lama? Bukan, kah, putranya itu sedang kehilangan memorinya. Lantas kenapa bisa mengenal teman lamanya?

"Kamu.. Sudah ingat semuanya?" tanya Andri hati-hati. Jujur saja hatinya menghangat ketika makan satu meja dan mengobrol santai dengan sang putra. Karena seingatnya sejak dulu Andika tidak mau melakukannya. Sekedar menyapanya saja sangat jarang. Apalagi berbicara santai layaknya ayah dan anak. Yang ada hanyalah perdebatan akibat perlakuannya pada Amanda.

Andika sangat menyayangi Amanda. Sangat. Bahkan dengan diri sendiri, Andika lebih menyayangi adiknya itu. Jadi, jika ingatan Andika kembali dan Amanda sudah tidak ada di rumah ini, ia sedikit takut Andika kembali bersikap dingin lagi.

Dan, ia juga tidak tahu mengapa saat Andika bangun dari koma, putranya itu jadi membenci Amanda. Andika selalu berkata bahwa ibunya pergi karena gadis itu, juga gadis itu berniat mencelakai Andri. Padahal dulu Andika selalu berkata bahwa kepergian ibunya adalah takdir. Dan lagi Andri sendiri tidak pernah melihat ada tatapan kebencian dari Amanda untuknya, bahkan saat bertemu tempo hari di pemakaman. Lantas kenapa Andika berfikir Amanda akan mencelakainya?

Apakah itu hasutan dari istrinya?

Tidak kan?

Ia yakin tidak sih.

"Dika gak yakin. Ya sudah, Dika langsung keluar ya, yah. Assalamualaikum." Andika menyalami Andri dan beranjak pergi dari sana.

"Waalaikumsalam," jawab Andri pelan. Jujur saja, ia juga tidak menginginkan bersikap seperti itu pada putrinya. Namun, cintanya yang besar pada sang istri membuatnya menutup mata dan menumpahkan segalanya rasa marah pada anak yang tidak tahu apa-apa. Dulu Andri pernah mencoba untuk berdamai dengan semua, tapi ia tidak sanggup. Melihat tatapan polos Amanda yang menatapnya penuh harap membuatnya mengingat almarhumah.

Saat Amanda berusia delapan tahun Andri memutuskan untuk menikah lagi, alasannya karena adalah gadis kecil itu. Ibunya sakit-sakitan, sehingga ia membutuhkan orang untuk menjaga dan mengasuh dua anaknya, terutama Amanda yang tidak tahu apa-apa. Sedangkan, ia tidak mudah percaya pada pengasuh. Jadi, ia memutuskan untuk menikahi Tina---sahabat masa SMA nya--- walau ditentang keras oleh sang ibu, tapi ia yakin Tina yang bisa dipercaya. Tetapi, kedatangan Tina tidak disambut baik oleh Andika bahkan sampai kecelakaan yang menghilangkan memori putranya datang.

'Ayu..Seandainya kamu masih disini. Aku yakin pasti keluarga kita bahagia.'

'Ayu.. Maafkan aku...'

Gemanda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang