#03. BALAS DENDAM PERTAMA

399 35 1
                                    

~isn't  this a sweet start?~

♥♥♥


Gema sendari tadi menekuk wajahnya sembari mengikuti kakaknya yang hanya mengelilingi mall. Bayangkan saja hampir dua jam dirinya berkeliling mall tanpa istirahat sebentar saja. Ingin mengumpati kakaknya yang tampan, tapi lebih tampan dirinya, Gema masih ingat dosa.

Ini semua rela dilakoninya demi uang jajan tambahan yang nominalnya tidak main-main yang diberikan Genta. Genta itu pelit, tapi sekali memberi uang tidak main-main. Memang mendapatkan uang jajan tambahan dari Genta tidak semudah yang dibayangkan.

"Kak! Katanya mau beli kado. Lah ini cuma muter-muter!" kesal Gema.

"Ehehe, sebenarnya kakak bingung mau beli kado apa," jelas Genta membuat Gema melongo.

Gema menghirup udara dengan rakus. Mencoba menetralkan rasa kesalnya yang sudah di ubun-ubun,'Oke, sabar Gema. Orang sabar gantengnya bertambah.' seru Gema di dalam hati.

"Serah kakak lah! Gema capek!" putus Gema lalu berjalan ke tempat makan yang tidak jauh darinya.

Hatinya sungguh dongkol, jam menunjukkan pukul sembilan lebih. Harusnya dirinya sedang manja-manja dengan kasur tersayangnya. Seandainya uang jajan dari Genta tidak menggiurkan ogah dia berada disini. Terlebih begitu banyak tatapan yang dilayangkan untuknya seolah ingin memakannya hidup-hidup membuat cowok itu bergidik ngeri. Gema memang terbiasa akan hal-hal semacamnya bahkan sudah menjadi bagian hidupnya. Tetapi, tetap saja dia ngeri jika ditatap seperti itu. Bukan hanya dari para gadis, para tante - tante pun menatapnya seperti itu.

Cowok berkaos hitam itu duduk disalah satu meja, sembari menunggu Genta yang pasti akan menyusulnya. Dia lebih memilih menyibukkan diri membaca menu yang terpampang dibuku menu. Belum juga menentukan apa yang ingin dimakannya. Sebuah suara menelisik indra pendengarannya membuat fokus cowok itu teralih.

"Mba, kue ini ada pandannya ga?" tanya seorang gadis manis sembari menunjuk salah satu hidangan di buku menu. Sedangkan, Gema yang memperhatikan dari mejanya tersenyum miring ketika tahu siapa gerangan gadis itu.

"Enggak mba. Memangnya kenapa?" tanya sang waiter  bingung.

"Saya gak suka bau Pandan mba," jawabnya sembari nyengir lebar.

"Eh, saya pesan dua ya sama minumnya milk tea dua," lanjutnya.

"Ada lagi, mba?"

"Tidak."

"Baiklah ditunggu, ya mba."

Sementara, di mejanya Gema berdemem pelan lalu memanggil waiter untuk memesan makanan. Setengah kerang lebih sepuluh menit menunggu pesanannya akhirnya datang bebarengan dengan pesanan milik gadis yang sendari tadi Gema perhatikan, Amanda.

Bukannya segera memakan pesanannya, Gema malah beranjak sembari membawa makanannya menuju pada Amanda yang sedang sibuk menatap sidangan di depannya.

"Ekhem!" dehem Gema yang membuat Amanda mendongak. Menatap heran seorang cowok yang menghampirinya.

"Iya, ada apa mas?" tanyanya ramah.

"Ck! Setua itu ya gue lo panggil 'Mas'?" tanya Gema sembari menarik kursi di depan Amanda.

"Mungkin. Mas nya jangan duduk disini dong, yang lain kan masih banyak," ucap Amanda.

"Maunya disini," sahut Gema cuek.

"Tap-"

"Udah deh diem. Gue cuma mau kasih lo sesuatu sebagai ucapan terima kasih."

"Ucapan terima kasih? Emang kita pernah ketemu?"

Gemanda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang