♥
♥
♥
♥
♥
♥♥
♥♥♥
"Bun! Bunda!" teriak Gema ketika memasuki rumah megah milik orang tuanya dengan sedikit berlari."Apa?" sabut Davira malas. Wanita yang kini mengenakan daster batik itu keluar dari dapur dengan membawa spatulanya.
Gema tersenyum lebar hingga menapilkan deretan giginya. Hal itu memuat Davira memicing menatap anak bungsunya. Pasti ada maunya.
Gema mendekat pada bundanya yang berdiri menyandar pada kaca besar dan tebal yang membatasi dapur dan ruang makan. "Bun... Tadi, Gema gak sengaja serempet mobil orang," ucap Gema pelan yang diakhiri ringisan di akhir kalimatnya.
Kontan Davira melotot mendengar pengakuan dari Gema. "Kok bisa?!" teriak Davira.
"Ta-tapi, Gema gak papa kok bun. Gak lecet juga Gema. Jadi, tetep ganteng," sahut Gema dibarengi dengan menguyur rambutnya kebelakang diakhir kalimatnya.
"Siapa juga yang tanyain kondisi kamu? Orang yang bunda tanyain kondisi itu mobilnya," sinis Davira.
"Sebenarnya, yang anaknya itu gue atau mobil kakaknya Manda, sih?" gumam Gema.
"Huh? Kamu tadi bilang apa? Kakak Manda? Amanda yang waktu itu kesini?" Diam-diam Gema mendengkus, 'denger nama Manda aja langsung cerah. Astagfirullah... Untung nyokap.'
"Heem. Itu mobilnya kakak Amanda."
"Astaga Gema! Harusnya kamu itu gak cari gara-gara sama kakak Manda, sayang. Kalo kamu gak dikasih restu gimana? Bunda juga yang repot. Udah terlanjur jatuh hati sama Amanda! Susah berpaling! Maunya mantu bunda dari kamu itu ya, Amanda! Gak yang lain! Sekarang masuk kamar, dandan yang ganteng. Terus pergi ke rumah Manda, selesain masalah mobil hari ini juga! Atau kamu tidur di luar!" omel Davira yang diakhiri dengan tabokan dipantat cowok berumur tujuh belas tahun itu. Hal itu membuat Gema segera berlari menuju kamarnya. Tidak mau jika harus menerima tabokan lagi kalau masih berdiri disana.
"Ada apa, sih, bun?" tanya Aurora yang baru datang dengan tangan kanan mendekap beberapa buku kuliah dan tangan kirinya membawa sekantong berbagai macam cemilan.
"Kamu dari kampus atau dari minimarket?" Bukannya menjawab Davira malah ganti bertanya pada putrinya.
"Dua-duanya," jawab Aurora dengan nyengir lebar.
"Udah sana, kamu ikut adek kamu beresin masalahnya sama kakak Amanda," ucap Davira.
"Kakak Amanda? Masalah apa?"
"Banyak tanya kamu. Udah sana, buruan!"
"Iya iya bun," balas Aurora, lalu berlalu dengan mendumel kesal.
♥♥♥
Amanda memasuki rumah megah yang bagai neraka dengan santai sembari mengemut permennya. "Assalamualaikum.." salamnya pelan.
Tidak ada sahutan atau bahkan sambutan ketika dia pulang, yang ada hanyalah tatapan sinis yang dikayangkan saudara tirinya juga ibu tirinya.
Amanda tak menghiraukan tatapan itu, gadis yang baju seragamnya sudah tak rapi lagi itu berjalan melewati keduanya sembari berucap, "Gak niat mau ngurangin dosa gitu? Jawab salam aja enggak."
"Lo nyindir?!" sahut Sila dan langsung berdiri dari duduknya.
Amanda berbalik, "Mba nya, ngerasa?" tanya Amanda dengan smiriknya.
"Berani ya lo?!"
Amanda memutar bola matanya malas sembari mendengkus pelan. "Udah, gue bilang ya, kalo gak ada yang perlu ditakutin dari... Elo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gemanda
Novela Juvenil[LENGKAP] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] PERHATIAN!!! DIMOHON DENGAN SANGAT UNTUK TIDAK MENIRU SEGALA ADEGAN KEKERASAN YANG TERKANDUNG DALAM CERITA ATAUPUN MENIRU HAL - HAL YANG BERSIFAT NEGATIF. CUKUP AMBIL SISI POSITIFNYA SAJA. ♥♥♥♥ Alnilam Gemma Abina...