♥
♥
♥
♥
♥
♥♥
♥♥♥"Heh, Maimuna! Tungguin gue! Udah ngerampok main kabur aja, lo!" teriak Gema pada Amanda yang berjalan cepat di depannya dengan membawa sekantung plastik besar hasil merampok dompet cowok itu.
"Dimana-mana kalo abis ngerampok, ya, kabur! Mana ada orang yang abis ngerampok diem-diem baek, aneh kamu!" sahut Amanda sembari asil menjilati lolipop berbentuk love.
"Dasar! Cewek gila! Awas aja lo!" gumam Gema dengan menatap sengit punggung cewek di depannya.
"Lagian, ya, aku gak ngerampok kamu! Mana ada korban perampokan dengan suka rela ngerahin dompetnya buat dirampok!" lanjut Amanda.
Gadis dengan kaki yang kini hanya beralaskan kaus kaki putih panjang, itu duduk disalah satu bangku yang ada tak jauh darinya. Menaruh kantung belanjaannya di sampingnya.
"Cewek, kok, gak ada anggun-anggunnya, lusuh, lecek, mana ada yang mau sama lo," sinis Gema dan ikut duduk disamping Amanda.
"Karena namaku bukan anggun, jadi gak ada kata anggun dalam hidupku," sahut Amanda cuek.
"Dasar Maimuna!"
"Heh! Nama gue bukan Maimuna, ya!" balas Amanda sengit.
"Hah? Hahaha..!" Gadis bersurai hitam itu memandang cowok dihadapannya aneh. Sepertinya, Gema memang sudah gila!
"Ngomong pake lo-gue aja belibet! Gak cocok, ngerti?" ejek Gema diiringi dengan senyum miring. Sejujurnya dari lubuk hati paling dalam cowok itu, sedikit tak rela ketika mendengar gadis di sampingnya mengganti gaya bahasanya saat berbincang dengannya.
"Serah gue dong!" ketus Amanda.
"Nda! Jangan, ganti gaya bahasa lo ketika ngomong sama gue!" tegas Gema sembari menatap Amanda tajam.
Amanda menerjab, ini pertama kalinya Gema seperti ini. Maksudnya, selama ini Gema selalu menunjukkan sisi menyebalkannya. Tapi, kali ini cowok itu terlihat tegas dan juga... serius. "E-emang kenapa? Ka-kamu aja pake lo-gue," ucap Amanda gugup.
"Itu gue! Lo gak boleh!"
"Kok gitu! Kamu kenapa, sih, aneh!" Cowok yang baju seragamnya dikuluarkan serta rambut yang acak-acakan, itu mengedikkan bahu acuh lalu beranjak meninggalkan Amanda.
"Dasar cowok tengil!" teriak Amanda, membuat Gema yang mendengarnya tersenyum tipis.
"Gak balik, lo? Dah sore! Awas di culik om-om!" teriak Gema tanpa menoleh sedikitpun dan tetap melangkah menuju kafe tempatnya bertemu dengan Amanda.
Ngomong-ngomong tentang kafe itu, dirinya jadi teringat kejadian beberapa saat lalu saat dirinya berhasil mengusir para gadis yang terus saja mengusik hidupnya. Demi apapun ia bukan playboy semacam Gilang, hanya saja para gadis itu mungkin kelewat terpesona dengannya sehingga terus saja mengejarnya. Untunglah Tuhan berbaik hati padanya sehingga mengirimkan gadis untuk menolongnya, ya, walaupun semacam Amanda yang tidak ada anggun-anggunnya sama sekali. Apalagi penampilan Amanda yang membuatnya sedikit terheran 'sebenarnya gadis itu sehabis pulang sekolah atau sehabis pulang dari nguli?'.
Entahlah.Dan, lagi, Amanda tidak melepaskannya begitu saja setelah dengan tanpa dosanya ia mengakui bahwa Amanda adalah pacarnya, di depan para gadis yang mengejarnya. Tau apa yang dilakukan Amanda padanya? Gadis itu mengejarnya seperti seekor singga betina yang menemukan mangsa. Mengerikan. Ditambah dengan kedua tangan gadis itu memegang sendal jepit warna kuning dan siap melemparkannya pada dirinya. Akhirnya, Gema mengakui bahwa Amanda bukan gadis biasa yang bisa diajak main-main. Lemparan keras sandal jepit itu mengenai punggung dan kepalanya. Coba bayangkan rasanya bagaimana. Tidak sampai disitu, setelah gadis itu berhasil menangkapnya, tanpa memperdulikan kondisi kafe, Amanda menyeretnya keluar dan meminta traktiran padanya. Dan, bodohnya lagi dengan suka rela Gema memberikan dompetnya pada Amanda. Berakhir berlembar-lembar uang seratus ribu di dompetnya raip dalam sekejap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gemanda
Teen Fiction[LENGKAP] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] PERHATIAN!!! DIMOHON DENGAN SANGAT UNTUK TIDAK MENIRU SEGALA ADEGAN KEKERASAN YANG TERKANDUNG DALAM CERITA ATAUPUN MENIRU HAL - HAL YANG BERSIFAT NEGATIF. CUKUP AMBIL SISI POSITIFNYA SAJA. ♥♥♥♥ Alnilam Gemma Abina...