Bagian 2

15.6K 1.1K 79
                                    

Aska menuruni satu per satu anak tangga untuk pergi ke sekolah. Saat dipertengahan anak tangga, atensinya teralihkan ke arah dapur dimana kakaknya ditemani dengan Delvin sedang sarapan sambil bergurau.

Aska tersenyum miris 'kapan lo mau sarapan bareng gue kak?' batinnya. Itu tidak mungkin terjadi. Tidak akan pernah.

Suara dering telpon membuyarkan lamunan Aska. Dilihatnya nama yang tertera di layar, Zidan. Aska terkekeh, temannya yang satu ini kadang  perhatiannya melebihi seorang pacar. Tiap pagi, Aska pasti menerima ocehan ocehan manis dari mulutnya itu. Contohnya saja begini 'Ka, lo udah berangkat?' 'berangkat bareng siapa lo?' 'mau gue jemput ga?' 'gue jemput ya ka, awas lo kalo duluan' 'udah sarapan belum ka? Atau gua bilangin bunda buat bikinin lo bekal?', dan masih banyak lagi.

"Halo"

"Ka, lo udah berangkat?" Nah kan, Aska bilang juga apa.

"Ini mau otw", jawab Aska

"Gua jemput ka, lo berangkat bareng gue aja gimana !", Ucap Zidan. Itu bukan tawaran, lebih ke perintah ya.

"Ga usah, tiga langkah lagi mau naik bis nih"

"Lo jangan bohongin gue deh, gua udah hapal ya alasan lo. Tungguin gue. Gue mau otw, lo jangan sampe duluan !"

"Iya", panggilan ditutup sepihak oleh si penelpon.

"Loh Ka, lo belum berangkat?" Arka tersentak. Itu suara Delvin. Ia perhatikan meja makan yang diisi oleh kakak dan Delvin tadi. Kakaknya tidak ada di sana.

"Mau berangkat Vin", ujar Aska seraya tersenyum memperlihatkan lesung pipinya

"Bareng gua aja gimana?, Kebetulan Kak Arka bawa mobil hari ini." Tawar Delvin

Yap, Delvin memang satu sekolah dengan Aska dan kakaknya. Belum sempat Aska menjawab, suara dari seseorang menghentikannya.

"Lo ngapain masih disini? Ayo berangkat", itu suara kak Arka.

Aska menoleh ke arah kak Arka yang sama sekali tidak pernah mau menatapnya.

"Kak, Aska bareng kita aja gimana? Lo bawa mobil kan sekarang? Ini juga mendung. Nanti kalo Aska kehujanan gimana?" Ujar Delvin

"Gak, dia kan bisa pake bis" balas Arka. Jelas sekali dari nada bicaranya kalo Arka tidak mau semobil dengannya.

"Ayolah lah kak, jarang jarang kita berangkat bareng", bujuk Delvin pada Arka

"Gak papa vin, gua sama temen kok. Lo duluan aja", Aska menengahi. Dia tidak mau merusak mood baik kakaknya itu.

"Ya udah deh, kalo gitu gue duluan", Aska menatap kepergian kakaknya dengan pandangan sendu.

***

Saat ini, Aska tengah membersihkan toilet lantas atas. Yap, Aska dihukum karena didapati tengah melamun saat pembelajaran berlangsung. Alhasil ia harus berakhir di toilet yang bau dan kotor ini bahkan baunya bisa mengalahkan bau selokan.

Aska mengelap peluh yang membanjiri wajahnya. Wajahnya sudah memerah karena kelelahan. Aska mendudukkan dirinya di sebuah kursi di sudut toilet. Dia mengurut pelan dadanya yang tiba tiba nyeri. Ini pasti karena ia kelelahan.

Bel istirahat berbunyi, ia meletakkan peralatan pel ke sudut ruangan dan beranjak keluar. Belum sempat sampai dipintu, ia berpapasan dengan seseorang. Seseorang  yang menolaknya untuk pergi bersama tadi pagi. Aska terdiam menatap sang kakak.

"Kak, gue....", Aska tersentak menghentikan ucapannya ketika melihat mata tajam kakaknya memandangnya dengan datar. Tanpa mau mendengarkan Aska, kakaknya lebih dulu masuk ke dalam salah satu bilik toilet. Ah dia terabaikan lagi. Tidak apa apa, ini sudah biasa. Semangatnya pada diri sendiri. Aska lantas melangkahkan kakinya ke arah kantin. Perutnya sudah minta diisi sejak tadi.

ASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang