Dua puluh menit berlalu saat Aska terbangun dari tidurnya. Dia hanya menatap langit langit kamar inapnya saat mendapati ruangan ini kosong. Tidak ada seorang pun disini. Memangnya apa yang dia harapkan? Kehadiran sang terkasih menunggunya dengan raut khawatir? Mustahil sekali, Itu tidak mungkin terjadi. Lagi pula, dia sudah terbiasa sendiri bukan? Terasing dan terbuang. Aska terkekeh miris melihat keadaannya saat ini.
Aska bangkit dan mendudukkan tubuhnya, dia ingin ke kamar mandi tapi badannya terlalu lemas untuk beranjak. Kepalanya masih terasa pusing. Aska perlahan menyeret tiang infusnya ke arah kamar mandi, baru beberapa langkah badannya kembali limbung hampir menyentuh lantai dingin rumah sakit sebelum tangan seseorang menopangnya. Dia menoleh dengan wajah pucatnya saat mendapati wajah khawatir kakaknya.
"Mau kemana Ka? Lo masih sakit belum boleh kemana mana", ujarnya menatap wajah sayu adiknya yang masih terkejut dengan reaksi khawatir kakaknya. Apakah benar ini Arka? Aska hanya tidak ingin terlalu berharap mendapatkan perhatian jika nantinya akan seperti biasa.
"Ka! Aska!", Aska tersentak. Adiknya melamun. " Mau ke kamar mandi", lirih Aska pelan. Tidak tinggal diam, Arka lantas memapah tubuh sang adik ke arah kamar mandi dengan hati hati.
"Mau gue bantu ke dalam?", tanyanya saat sudah di depan pintu kamar mandi. Aska menggeleng pelan menolak. Arka lalu mengangguk dan menutup pintu kamar mandi pelan dan beranjak ke arah sofa lalu mengeluarkan makanan dan buah buahan yang dia beli di supermarket dekat rumah sakit.
Subuh tadi dia pulang sebentar untuk membersihkan diri dan mengambil beberapa pakaian adiknya untuk dibawa di rumah sakit. Saat memasuki kamar Aska, dia dibuat terkejut melihat meja belajar yang berantakan dan beberapa tisu yang terkena noda darah berserakan di bawah meja belajar. Dia lantas memunguti satu persatu tisu tersebut dan membuka tempat sampah di samping meja belajar dan menemukan lebih banyak tisu yang serupa. Apa yang terjadi dengan adiknya? Kenapa banyak sekali darah disini? Bahkan Arka juga melihat beberapa buku di atas meja terdapat tetesan darah. Dia harus meminta penjelasan kepada adiknya nanti.
"Kak...", Arka menoleh mendapati adiknya di depan pintu kamar mandi dan berjalan pelan kearahnya.
Aska lagi lagi dibuat terkejut saat kakaknya dengan hati hati membantunya untuk beristirahat. Menaikkan selimut sebatas dada dan mengelus kepalanya pelan. Dia hanya pasrah saat tangannya yang terbebas dari infus digenggam erat oleh sang kakak.
"Gue minta maaf", lirih sang kakak menatap adiknya dengan penuh penyesalan. Adiknya yang tidak tahu apa apa jadi sasaran empuk musuhnya sendiri.
Aska hanya diam tidak memberikan respon apapun. Namun dapat dilihat dari sorot matanya yang begitu lelah. Mata itu sudah berkaca kaca mendapatkan afeksi penuh kelembutan dari sang kakak. Dia tidak pernah diperlakukan seperti ini. Kakaknya minta maaf untuk apa?
Tangan satunya beralih mengusap pelan dada Aska " Disini sakit banget ya Ka?", tanyanya pelan sembari menatap wajah adiknya yang masih menatapnya dengan tatapan yang sama. Tatapan adiknya begitu kosong. Bulir air mata jatuh begitu saja pada ujung mata sang adik dan Arka sontak menghapusnya ingin mengalihkan perhatian Aska. Namun adiknya hanya diam seolah membisu. Tidak apa apa, batinnya. Sepertinya Aska masih belum pulih, dia harus banyak istirahat.
Arka lantas berniat beranjak ke sofa dan memotong buah yang dia beli tadi. Namun langkahnya terhenti saat tangannya ditarik pelan oleh sang empu yang dia khawatirkan setengah mati barusan. Dia tersenyum pelan sembari bertanya lembut " Kenapa?"
Aska juga membalasnya dengan tersenyum tipis dan berujar "Makasih kak", lirihnya dengan bibir pucat itu.
Sang kakak mengangguk pelan dan kembali bertanya, "Mau makan buah gak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ASKA
Teen FictionSemua orang punya batas kesabaran masing-masing bukan? *** Hai hai selamat datang di cerita pertamaku Masih belajar😊 Jangan lupa follow dulu yaa Vomentnya jangan lupa Don't copy paste my story!! Ini murni dari imajinasiku ya😉😊 Happy reading✨