Bagian 32

4.9K 512 115
                                    

Seminggu berlalu sejak kejadian di rumah sakit, Aska sudah kembali menjalankan aktivitas seperti biasanya. Pergi ke sekolah dan sorenya harus bekerja di kafe. Tidak ada yang berubah. Namun Aska merasakan perubahan sikap kakaknya yang sudah mulai peduli kepadanya. Tidak ada lagi Arka yang kasar dan sarkas saat berbicara dengannya. Bahkan kakaknya itu tidak segan segan membelanya saat dia diperlakukan seperti sampah oleh orang rumah. Aska sangat bersyukur akan hal itu.

Omong omong, Delvin juga sudah sembuh dan kembali ke rumah tiga hari yang lalu. Hanna, mamanya sangat begitu telaten dalam mengurus Delvin yang manjanya sudah tidak tertolong. Omanya juga akan tinggal sementara di rumah ini dan bahkan mereka akan mengadakan acara khusus untuk menyambut cucu kesayangannya dari rumah sakit.

Aska dengar, Ratih sudah menyewa villa mewah untuk acara nanti malam. Tidak jauh dari rumah mereka sekitar satu jam an menggunakan mobil. Beruntungnya Delvin begitu disayangi oleh mama dan Omanya. Semua keinginan yang dia utarakan pastinya dengan mudah dituruti oleh orang tersayang. Tanpa harus berjuang dan mengemis kasih sayang seperti dirinya.

"Ka!", Aska tersentak dari lamunannya saat Arka memanggilnya. Dia lantas mengalihkan pandangannya ke arah dapur asal suara kakaknya. Tadinya dia mau mengambil minum ke dapur, langkahnya harus terhenti di dekat tangga karena mendengar gurauan omanya bersama Delvin di ruang keluarga.

Kembali melangkahkan kaki ke arah dapur untuk meneruskan niatnya tadi. Mengambil gelas di dalam lemari kaca dan menuangkan air minum. Belum sempat Aska meminumnya, Arka kembali bertanya "Kenapa lo belum siap siap Ka?"

Aska mengernyitkan dahi bingung. Meletakkan gelas di atas meja makan dan menatap kakaknya yang menunggu jawaban darinya.

"Mau kemana?", tanyanya balik.

"Kan kita mau pergi", jawab Arka

Tunggu. Pergi bersama yang lain kah yang kakaknya maksud? Aska cukup tau diri kalau dirinya tidak mungkin ikut dengan kegiatan mereka. Lagipula dirinya tidak diajak dan bahkan kehadirannya nanti akan mengacaukan acara Delvin.

"Gue gak ikut Kak. Lo sama yang lain pergi aja nanti gue yang jaga rumah", balas Aska dengan senyuman tipis. Lagipula sore nanti dia juga harus ke kafe. Tidak enak sudah beberapa hari ini dia izin.

"Gak ada! Lo tetep harus ikut! Gue udah bilang mama. Ganti baju sana! Siap siap dulu, bentar lagi kita mau berangkat", Arka menolak alasan adiknya untuk tidak ikut. Dia tidak akan meninggalkan adiknya sendiri. Lagipula menurutnya, Aska lah yang lebih butuh refreshing daripada Delvin.  Benar bukan?

"Gue di rumah aja gak papa kok kak", Aska tidak enak hati untuk mengganggu acara yang memang dikhususkan buat Delvin itu. Entah perkataan dan lontaran kasar seperti apalagi yang dia dapatkan nanti jika memilih untuk bergabung. Lagi pula om Samuel juga pastinya ikut bukan? Untuk saat ini dia lebih memilih menghindari pertemuan dengan omnya ini. Dia tidak sanggup menahan cacian yang pastinya akan menjatuhkannya ke dalam jurang keputusasaan lagi.

"Lo gak mau ikut karena gak enak sama yang lain?", Aska terdiam. Pertanyaan Arka membungkam telak dirinya.

Sementara itu, Arka menghela napas kasar. Benar dugaannya, adiknya pasti merasa demikian. Melihat Hanna yang masih bersikap tidak peduli terhadap kehadiran Aska, Arka cukup tau bagaimana perasaan adiknya itu.

"Lo gak usah ngerasa gitu lagi, Lo adek gue Ka! Lo anak mama juga! Lo juga bagian dari keluarga ini!", Arka berusaha menenangkan perasaan adiknya. Nyatanya gue emang bukan bagian dari keluarga ini kak, batin Aska miris.

Dia lantas memegang kedua pundak Aska dan berujar penuh yakin "Mama hanya butuh waktu sedikit lagi buat nerima semua ini. Mama juga begitu sayang sama lo dek..."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang