"Kapan kamu akan bawa Arka kesini?", tanya seorang wanita tua yang wajahnya sudah mulai dihiasi dengan kerutan itu. Dia Ratih, nenek Aska.
"Tunggu waktu yang tepat Bu"
"Tapi ini sudah terlalu lama Samuel, Ibu tidak akan membiarkan cucu kesayangan Ibu menderita terlalu lama", marah sang Ibu pada anaknya, dia sudah terlalu lama menunggu kehadiran Arka disini.
"Aku sudah membicarakannya dengan Arka Bu tapi dia menolak, dia masih memilih tinggal dengan adik tak tahu dirinya itu",bela Samuel
Ratih menghela napas mendengar jawaban Samuel. Dia tidak akan membiarkan Arka lebih lama tinggal dengan anak itu. Entah kenapa melihat wajahnya saja Ratih tidak akan sudi.
"Tolong kamu bicarakan baik baik dengan Arka sekali lagi, kalau dia masih menolak, Ibu sendiri yang akan bicara dengannya."
***
"Ka, lo udah liat mading?", Tanya Zidan.
Yang ditanya malah asik sendiri dengan makanan di depannya tanpa menghiraukan pertanyaan yang dilontarkan barusan.
Zidan memutar bola matanya, jengah liat karibnya ini "Woy, lo udah liat mading belum? Lo ikut gak Ka?", Kesalnya.
Aska mendongak menatap Zidan sebentar lalu melanjutkan kembali acara makannya.
"Udah", jawabnya."Lo ikut gak?", Antusias Zidan
"Enggak", jawab Aska seadanya.
"Lo kok gitu sih Ka, masa lo gak ikut! Ikutlah Ka", paksa Zidan.
Yang dimaksud oleh Zidan disini itu acara camping yang diadakan sekolah untuk anak kelas XI dan kelas XII. Acaranya akan diadakan selama dua hari yaitu sabtu dan minggu.
"Enggak Dan, males. Ngapain sih ikut acara begituan. Cuma tidur di hutan doang", ujar Aska.
"Seru tau Ka, lo sih ga pernah ikut. Tiap ada acara camping lo gak pernah mau ikut. Ada aja alasannya lagi", cibir Zidan.
Aska tidak pernah minat ikut acara acara seperti ini. Kalau pun dia ikut, dia nantinya akan merepotkan Zidan, dia cukup tau diri dengan kondisi tubuhnya saat ini. Lagipula biayanya juga mahal, Aska tidak punya uang, ibunya tidak pernah lagi mengirimnya uang sejak dua bulan terakhir. Aska mencoba berpikir positif mungkin ibunya lupa.
Kalian pikir Aska akan menelpon ibunya untuk menanyakannya? Tentu saja tidak. Jangankan menelpon, bertukar pesan saja tidak pernah. Meminta uang pada Arka? Tidak mungkin. Arka tidak punya nyali untuk itu. Satu satunya jalan lain adalah ia harus segera mencari pekerjaan. Uang yang dia tabung selama ini hanya cukup untuk biaya sekolah dan biaya obatnya yang sangat mahal itu.
"Lo aja deh Dan", ujar Aska setelah menyelesaikan acara makannya.
"Masa gue sendiri terus sih Ka, gak asik Lo", protes Zidan.
"Kan banyak teman teman yang lain", jawab Aska.
"Gue maunya sama lo Ka," ujar Zidan sambil senyum senyum ke arah Aska.
"Najis", Aska lantas beranjak berdiri dan melanjutkan langkahnya ke kelas.
"WOII LO BELUM BAYAR PARJO!!!", Teriak Zidan.
"LO YANG BAYAR!!!", yang dibalas juga dengan teriakan oleh Aska.
"Bangsat", umpat Zidan.
Sementara itu, di meja kantin paling ujung Arka dan Delvin juga tengah membicarakan hal sama.
"Lo ikut kan Kak?", Tanya Delvin yang dibalas anggukan oleh Arka.
"Nanti kita mampir ke mall bentar ya kak, gue gak punya jaket tebal", ujar Delvin.

KAMU SEDANG MEMBACA
ASKA
Teen FictionSemua orang punya batas kesabaran masing-masing bukan? *** Hai hai selamat datang di cerita pertamaku Masih belajar😊 Jangan lupa follow dulu yaa Vomentnya jangan lupa Don't copy paste my story!! Ini murni dari imajinasiku ya😉😊 Happy reading✨