Berakhir. Semuanya sudah berakhir. Binar kebahagiaan yang sedari tadi terpancar jelas di sorot matanya hilang sudah digantikan dengan tatapan kehampaan sarat keputusasaan.Raganya tidak mampu lagi digerakkan, terduduk dengan pandangan kosong. Ringisan kesakitan pun tidak dapat lagi dia rasakan saat ini.
Baru beberapa jam lalu senyum tulusnya menguar saat bertemu sang kakak, tapi setelah beberapa detik menginjakkan kaki di rumah, tubuhnya kembali terhempas kembali ke dasar jurang kesendirian.
Aska tidak bisa lagi mencerna perkataan yang baru saja dilontarkan oleh Samuel di hadapannya. Hatinya benar benar kebas akan rasa sakit yang sering kali menghujam.
Maka, saat Aska berusaha menegakkan tubuhnya dan berjalan pelan ke arah Samuel dengan pandangan kosong, lagi lagi satu tendangan mendarat mulus di dadanya. Punggungnya beradu dengan kerasnya pintu di belakangnya.
"Sudah berapa kali saya peringatkan? Jangan pernah bikin masalah dan memalukan keluarga kami!", Teriak Samuel marah.
Masalah apa? Aska rasa dia tidak melakukan apapun kali ini. Masalah apa yang dibicarakan omnya itu?
Tunggu. Keluarga kami? Aska terkekeh miris menahan sesak di dadanya. Kembali menyadarkannya bahwa dia bukan bagian dari keluarga ini.
Tubuhnya tersentak saat seseorang membantunya berdiri. Aska pikir itu kakaknya. Sesaat setelah menolehkan pandangannya, bukan Arka tapi itu Delvin. Maka tidak membutuhkan waktu yang lama, satu tinjuan mendarat di pipi Delvin.
Semua orang terkejut, membatu menyaksikan apa yang baru saja Aska perbuat.
Ratih yang sedari tadi hanya duduk manis menyaksikan, bangkit berjalan tergesa ke arah Aska dan melayangkan satu tamparan yang telak menambah luka kesekian bagi Aska.
"Apa yang kamu lakukan?", Marahnya. Dia tidak terima cucu kesayangannya disentuh oleh orang yang ada di hadapannya ini.
Aska masih memandang ke arah Delvin yang masih meringis kesakitan. Disana, Samuel juga memandangnya penuh amarah.
Tidak menghiraukan Ratih yang sudah menahan amukannya, Aska melewati Ratih begitu saja dan kembali menghajar Delvin dengan kesetanan. Aska sudah tidak sanggup. Dia hanya ingin meluapkan semua yang ditahannya selama ini. Dia sudah menahan semua sendirian.
Tidak memberi ruang untuk Delvin melawan, Aska terus melayangkan tinjuannya "Lo siapa anjing? Lo siapa disini?", Teriak Aska marah.
Sementara itu, Arka berusaha memisahkan mereka. Tidak menyangka Aska akan melakukan ini. Maka dari itu, sebelum terjadi hal yang tak diinginkan, Arka berusaha menghalau adiknya yang tidak berhenti memberi pukulan pada Delvin yang sudah melemah.
Samuel yang juga ikut terbawa emosi, menyeret Aska dan mendorong kasar tubuhnya hingga jatuh terduduk di hadapan Ratih.
Lagi, satu tamparan kembali Aska rasakan. Pandangannya kosong. Dia tidak menangis, tapi matanya tidak bisa berbohong. Tidak ada kehidupan yang dipancarkan disana.
"Selama ini saya sudah berbaik hati menampung anak tidak tahu diri seperti kamu disini. Tapi sekarang saya tidak akan membiarkan kamu merusaknya lagi!", ujar Ratih dingin berlalu ke arah Delvin yang sudah dibantu oleh Samuel dan pergi dari sana.
Sesaat setelah kepergian Ratih, Aska merasakan sebuah pelukan. Arka memeluknya dan membisikkan kata kata penenang untuknya. Tidak bisa dicegah air mata yang berusaha mati matian dia tahan tumpah sudah. Sungguh ini sakit. Menyakitkan sekali.
Arka yang mendengar isakan pilu itu, sudut hatinya berdenyut ngilu. Kemana dia selama ini? Adiknya kesakitan sendirian. Adiknya tidak baik baik saja. Adiknya tersesat di jurang kehampaan dan tidak ada seorang yang membantunya keluar dari sana.

KAMU SEDANG MEMBACA
ASKA
Novela JuvenilSemua orang punya batas kesabaran masing-masing bukan? *** Hai hai selamat datang di cerita pertamaku Masih belajar😊 Jangan lupa follow dulu yaa Vomentnya jangan lupa Don't copy paste my story!! Ini murni dari imajinasiku ya😉😊 Happy reading✨