"Bu, taksinya sudah menunggu. Apa ibu jadi berangkat ke bandara sekarang?", Tanya seorang wanita paruh baya membuyarkan lamunan seseorang yang tengah menatap kosong sebuah figura yang dipegangnya."Ah iya Bi, saya akan turun sekarang", jawabnya sambil menyimpan foto ke laci meja kerjanya lalu bangkit mengambil koper dan berlalu keluar.
***
"Nanti lo pulang duluan aja kak, gue ada kumpul sama yang lain", ujar Delvin. Saat ini dia tengah berjalan di lorong sekolah bersama Arka.
"Ngumpul dimana emang? Perlu gue antar?", Tanya Arka.
"Di cafe depan sekolah ini kok. Gak perlu lah kak. Deket juga", jawab Delvin.
"Kalo udah mau pulang chat gue aja, soalnya gue skrng ada latihan basket, pulangnya juga telat keknya", ucap Arka.
Delvin menganggukkan kepalanya. Dia menatap Arka yang berjalan di sampingnya. Kalau dilihat lihat Arka ini tampan juga ternyata, apalagi kalo dilihat dari samping begini. Hanya saja Arka terlalu cuek dan dingin, tapi itu tidak mengurangi kadar ketampanannya sama sekali malah semakin banyak yang naksir.
"Iya nanti gue chat kalo udah mau pulang", jawabnya setelah memalingkan wajah ke depan.
"Cari cewe gih kak", ujar Delvin tiba tiba yang otomatis memberhentikan langkah Arka.
Arka memutar pandangannya ke arah Delvin yang terkekeh sendiri "apa?", Tanyanya lagi. Dia paling sensitif kalau sudah bahas ginian.
"Lo ganteng padahal loh kak, masa iya lo jomblo, gak malu?", Gurau Delvin ke arah Arka.
Arka memutar bola matanya malas. Dia merasa baik baik saja saat ini, ya walaupun dia masih sendiri. Toh dia juga belum menemukan yang tepat juga." Enggak, biasa aja", jawab Arka malas.
"Yang naksir lo banyak. Cantik cantik lagi. Beneran gak mau?", Tanya Delvin menaik turunkan alisnya sambil senyum senyum menatap Arka.
Arka menoyor kening Delvin yang menatapnya "belajar dulu sana! Jangan bahas bahas ginian", ujar Arka lalu melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.
Delvin mendengus, dibilangin yang benar juga, batinnya.
"Kalo gue bawa motor sendiri gimana kak? Gue gak enak ngerepotin lo terus", tanya Delvin mengalihkan pembicaraan. Sudah sedari dulu dia ingin membicarakan ini dengan Arka, tapi menunggu waktu yang tepat.
"Emang lo bisa bawa motor?", Ejek Arka pada Delvin.
Delvin mendengus sebal "iya ajarin gue lah kak", jawabnya.
"Gue gak yakin motor gue bakal baik baik aja kalo lo yang bawa", jawab Arka masih dengan wajah mengejek.
Delvin menghentakkan kakinya kesal lalu berlalu meninggalkan Arka.
"Vin! Delvin! Iya nanti kalo ada waktu gue ajarin", teriak Arka sambil menyusul Delvin lalu merangkul pundaknya.
"Seriusan? Ntar lo bohong lagi", Delvin masih tidak percaya.
"Iyaa", jawab Arka serius.
Terlalu asik dengan perbincangan hangat mereka, sampai sampai tidak menyadari seseorang yang tengah menatap sendu mereka dari belakang. Dia Aska. Betapa akrabnya hubungan kakak adik itu. Ingin sekali bergabung, tapi itu tidak akan mungkin terjadi. Kenapa kakaknya bisa sehangat itu dengan Delvin sedangkan dengan dia tidak bisa? Aska juga ingin merasakannya.
Lama dengan lamunannya, seseorang menepuk pelan pundak Aska "Kamu gak masuk kelas?"
Aska tersentak "Eh iya Pak. Ini mau masuk Pak", jawab Aska kikuk lalu berpamitan sopan pada bapak Tian.

KAMU SEDANG MEMBACA
ASKA
Teen FictionSemua orang punya batas kesabaran masing-masing bukan? *** Hai hai selamat datang di cerita pertamaku Masih belajar😊 Jangan lupa follow dulu yaa Vomentnya jangan lupa Don't copy paste my story!! Ini murni dari imajinasiku ya😉😊 Happy reading✨