Bagian 9

8.9K 900 62
                                    


Sudah satu bulan berlalu sejak Aska memutuskan bekerja di cafe nenek Fatma, nenek yang sempat Aska tolong waktu itu. Sejauh ini semua berjalan baik baik saja. Aska hanya mengambil shift sore sampai malam pukul 09.00 karena pagi dia harus sekolah. Akhir akhir ini sumber kehidupannya juga jarang berulah. Aska cukup bersyukur akan hal itu.

Terkait pekerjaannya ini, Aska belum memberitahukannya pada Zidan. Bisa bisa Zidan menyuruhnya berhenti kalau sampai dia tahu. Aska tidak mau itu terjadi.

Tentang hubungannya dengan Arka, semua masih tetap sama. Tidak ada yang berubah. Hanya saja saat Aska pulang kerja, dia sering mendapati Arka tertidur di ruang tamu dengan tv yang masih menyala. Apa Arka menunggunya? Aska tidak tahu. Dia juga tidak mau berharap lebih lagi. Dia cukup tau diri.

Saat ini dia tengah mencari alasan apa yang akan dia berikan pada Zidan yang tengah menatapnya curiga. Sedari tadi Zidan mengajaknya ke rumah karena bunda ingin bertemu dengannya. Dia sedari tadi sudah menolak dengan berbagai alasan tapi kalian tahu bukan Zidan orangnya seperti apa. Dia tentunya tidak langsung percaya.

"Lo emangnya mau kemana sih?", Kepo Zidan.

"Gue ada urusan. Bilang bunda kalo gue belum bisa kesana", ujar Aska sambil memasukkan buku bukunya ke dalam tas.

"Urusan apaan? Lo mau ngedate? Emang lo punya pacar?", Ejek Zidan pada Aska.

Aska tidak menjawab pertanyaan Zidan dan lebih memilih melangkahkan kaki keluar kelas.

Zidan lantas memutar bola matanya malas lalu menyusul Aska.

"Yaudah deh, nanti gue bilang bunda", ujar Zidan sambil merangkul Aska yang tengah berjalan di lorong kelas.

"Kalo ada waktu nanti gue mampir", ujar Aska yang dibalas anggukan oleh Zidan.

Seketika ide jahil terlintas di pikiran Zidan. "Siti!!! Oii Siti!!! Aska suka sama lo katanya", teriak Zidan sambil menunjuk Aska yang ada di sampingnya.

Siti, siswi culun si kutu buku dengan kacamata bulat yang tidak pernah lupa bertengger manis di hidung bengirnya itu memang sedari dulu menyukai Aska. Bahkan satu sekolah sudah tau itu. Tapi emang dasarnya Aska, triplek.

"Lo apa apaan sih!", Kesal Aska.

"Siti! Aska bilang dia mau ngedate sama lo!" teriaknya lagi yang mendapat tatapan tajam dari Aska.

Sementara si Siti sudah senyum senyum tidak jelas dengan wajah merahnya.

"Maksud si Aska ngedatenya di mimpi aja ya", soraknya lagi diakhiri dengan tawanya yang memenuhi lorong. Dia yang bilang, dia yang ketawa heboh sendiri. Dasar Zidan.

"Jangan bicara sembarangan deh Dan. Secara tidak langsung lo udah bikin dia sakit hati", ceramah Aska tiba tiba.

"Eh Tono! Gak ada kaca di rumah lo? Yang ada lo tuh yang udah bikin dia sakit hati. Lo terima kek cintanya. Prihatin gue lama lama sama si Siti, bisa bisanya suka sama triplek", Ujar Zidan sambil menggeleng gelengkan kepalanya.

Sementara itu, tak jauh dari sana ada seseorang yang tengah memperhatikan Aska sedari tadi dengan tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya.

"Siapa?",tanyanya.

"Adeknya Arka", jawab temannya.

"Adeknya?", Tanyanya lagi yang dibalas anggukan oleh orang di sebelahnya.

Bukannya adek Arka si Delvin? Lalu? Arka masih punya adik? Dia juga tidak pernah melihat interaksi Arka dengan Aska, yang katanya adiknya Arka itu.

Tak lama kemudian, remaja itu tersenyum smirk. "Cabut", katanya berlalu pergi dengan teman temannya.

***

ASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang