Bagian 11

9.5K 897 36
                                    


Sejak masuk kelas tadi, tatapan murid murid tidak lepas dari Aska. Bagaimana tidak, Aska dengan santainya masuk dengan wajah lebam lebam dan tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana. Dia berjalan seolah tidak terjadi apa apa. Sementara yang lain saja sudah menatap wajahnya ngeri.

Aska mendudukkan tubuhnya lalu memilih melipat tangan di atas meja dan menenggelamkan kepalanya. Tidur. Mungkin itu yang Aska butuhkan saat ini. Munafik kalo dia bilang dia baik baik saja. Seluruh persendiannya terasa sakit dan ngilu. Ditambah lagi lebam pada dadanya akibat tendangan remaja yang menghajarnya kemarin yang membuat dia sedikit kesulitan untuk sekedar menarik napas.

Sebenarnya dia masih lemas saat ini. Tapi dia memaksakan diri untuk tetap sekolah. Aska tidak mau ketinggalan pelajaran. 

Oh iya, Aska harus berterima kasih banyak pada pak satpam yang menemukannya di gudang kemarin. Kalau tidak, mungkin dia masih terkurung di gudang yang gelap dan sesak itu.

"Woii! Bangun! Pagi pagi udah tidur aja lo", teriak Zidan di telinga Aska yang masih menelungkupkan kepalanya.

Aska yang terkejut lantas menegakkan kepalanya dan menatap datar ke arah Zidan.

Zidan yang melihat wajah Aska dipenuhi dengan lebam tentu terkejut "Aska! Muka lo kenapa anjir?", Wajahnya berubah khawatir.

"Gak papa, kemaren habis jatoh", jawab Aska.

"Jatoh? Kenapa bisa lebam lebam gini? Lo dihajar sama orang?", Paniknya sendiri. Tidak mungkin kalau jatoh bisa lebam lebam seperti itu.

Seketika nama seseorang terlintas di pikiran Zidan "lo di hajar sama kak Arka?", Tanyanya curiga.

"Enggak, gue beneran habis jatoh", elak Aska.

"Jujur aja deh Ka! Lo dihajar sama siapa? Bilang aja!", Ucap Zidan yang sudah mulai kesal dengan jawaban Aska.

"Udah gue bilang gue gak papa!", balas Aska dengan suara tinggi yang membuat seluruh tatapan murid murid berpusat pada mereka.

Zidan yang mendapat respon begitu dari Aska sedikit terkejut. Dia sadar. Dia terlalu memaksa Aska untuk cerita. Tapi dia sangat khawatir dengan sahabatnya itu. Sekeras apapun Zidan membujuk Aska, dia yakin Aska tidak akan mau cerita. Hanya ada satu nama di pikirannya saat ini, Arka.

***

Arka yang baru melangkahkan kaki ke luar kelas dibuat terkejut saat seseorang menariknya kasar ke taman belakang sekolah.

Zidan. Ada apa dengan teman Aska ini? Apa dia buat salah dengannya? Setau Arka dia tidak punya masalah dengan anak ini.
Setiba di taman, Arka langsung mendapat bogeman di pipi kirinya.

"Lo apa apaan sih?", Marahnya. Dia tidak tahu apa apa kenapa main hajar begini.

"Lo yang apa apaan! Segitu bencinya lo sama Aska sampai sampai lo mau bunuh dia?", Marah Zidan. Emosinya tidak terkendali saat ini.

"Lo kenapa sih?", Kesal Arka yang masih tidak tahu arah pembicaraan Zidan.

"Kenapa lo hajar dia bangsat! Dia punya salah apa sih sama lo?", Amuk Zidan kembali memberi bogeman pada pipi Arka.

Arka yang tidak terima, lantas membalas pukulan Zidan. Dan berakhirlah mereka dengan adegan saling tinju yang tak mau kalah satu sama lain.

Setelah beberapa menit, Arka mendudukkan dirinya dengan napas yang masih terengah engah. Keadaannya tidak parah, hanya luka sobek pada bibirnya.

Dia memutar pandangannya ke arah Zidan yang keadaannya tidak jauh beda dengannya.

"Aska kenapa?", Tanyanya pelan memberanikan diri. Dia masih bingung dengan kejadian ini.

ASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang