Bulih darah terus berjatuhan ke dalam wastafel. Aska menatap pantulan dirinya di cermin. Wajahnya benar benar pucat layaknya mayat hidup disertai darah yang tidak hentinya keluar dari hidung mancungnya. Kepalanya juga pusing sedari pagi.
Sebenarnya Aska tidak berniat sekolah hari ini. Badannya benar benar tidak bisa diajak kompromi. Karena hari ini ada ulangan, Aska memaksakan diri untuk pergi. Aska juga tidak mau ulangan susulan karena itu sangat merepotkan.
Setelah dirasa darahnya sudah berhenti mengalir, Aska membasuh wajahnya dan berlalu kembali ke kelas.
Saat ini Aska sedang berjalan sendirian di lorong kelas. Tidak lama kemudian, Aska tersentak ketika seseorang menarik kerah seragamnya dari belakang.
"Lo apain Delvin brengsek!", Aska terkejut, Itu suara kakaknya, Arka. Arka mencengkram kuat kerah seragam Aska dan melayangkan satu bogeman pada pipi kiri Aska.
Bughh
Aska jatuh tersungkur. Bibirnya sobek dan mengeluarkan darah segar.
Arka kembali menarik paksa kerah seragam Aska dan kembali memukulnya tanpa menghiraukan Aska yang wajahnya sudah sangat pucat dan nafasnya sudah terengah.
Aska memberanikan diri menatap wajah sang kakak dengan pandangan sendu. Arka yang ditatap oleh Aska seperti itu hanya diam. Nafasnya juga terengah engah.
"Gue cuma ngebela teman gue kak", jawab Aska lirih. Memang benar dia hanya membela temannya. Sebelum masuk kelas pagi, Aska melihat Delvin sedang membully teman sekelasnya. Aska tidak menyangka kalau Delvin yang dia kenal selama ini ternyata tidak sebaik yang ia kira. Aska tidak mau tinggal diam saat melihat teman sekelasnya dihajar habis habisan oleh Delvin. Mungkin keberuntungan tidak berpihak pada Aska hari ini. Niat hati mau menghentikan Delvin tetapi Aska tidak sengaja mendorong Delvin dan berakhir dengan kepala Delvin yang terbentur sudut meja dan pingsan.
"Delvin masuk rumah sakit gara gara lo anjing!", Maki Arka dan kembali melayangkan pukulan kesekian kalinya pada tubuh Aska. Kali ini tidak hanya pipi melainkan pada dada Aska yang membuat Aska melemas seketika.
Aska yang diperlakukan seperti itu oleh kakaknya hanya diam tidak membalas. Membela diri pun kakaknya tidak akan percaya.
"Kak...", Panggil Aska lirih. Nafasnya sudah tersenggal senggal, kepalanya benar benar sangat pusing saat ini, ditambah lagi dadanya yang kembali berulah dan berdetak dengan tidak normal. Sangat nyeri.
Arka menatap tangannya dengan gemetar dan beralih menatap Aska. Arka melihat dengan jelas bagaimana keadaan Aska saat ini. Hatinya seperti tercubit melihat Aska seperti itu. Ada apa dengannya? Tidak tidak Arka tidak boleh peduli. Ingat, Dia hanya penghancur keluarganya.
"Kalo sampe Delvin kenapa napa, mati lo!", Usai mengatakan hal menyakitkan itu kepada Aska, Arka berniat beranjak pergi, tapi suara Aska menghentikannya.
"Gua harus apa supaya lo mau maafin gue kak",pinta Aska lirih. Kalau boleh jujur Aska sudah lelah menerima perlakuan kakaknya selama ini. Hatinya sudah hancur dari dulu, tidak terbentuk lagi dan tidak dapat diperbaiki. Dia sudah lelah mengemis maaf dari kakaknya. Dia juga manusia biasa yang bisa menyerah ketika lelah diabaikan tanpa tahu salahnya.
Arka berbalik menatap Aska sejenak.
"Mati", itulah jawaban yang Arka berikan. Setelah mengatakan itu, Arka lantas beranjak pergi tanpa mempedulikan perasaan sang adik.
Runtuh sudah pertahanan Aska. Air mata yang ia tahan sebisa mungkin, tumpah sudah. Sakit. Sakit sekali rasanya. Disaat orang tersayang dalam hidupnya menginginkan kematiannya. Dia bisa apa? Aska bahkan tidak tahu kesalahan sebesar apa yang dia perbuat sehingga kematiannya lah yang diinginkan oleh sang kakak.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASKA
Teen FictionSemua orang punya batas kesabaran masing-masing bukan? *** Hai hai selamat datang di cerita pertamaku Masih belajar😊 Jangan lupa follow dulu yaa Vomentnya jangan lupa Don't copy paste my story!! Ini murni dari imajinasiku ya😉😊 Happy reading✨