Bagian 29

18.6K 1.4K 489
                                    


Tepat setelah menutup pintu ruang rawat, Arka mengernyitkan dahi pelan saat tidak mendapati kehadiran adiknya disana. Hanya ada Delvin dan juga kedua temannya.

"Aska kemana?", Tanyanya tapi hanya hening yang didapatkan.

Delvin memutar bola matanya malas. Terlalu malas untuk buka suara saat mendengar nama Aska keluar dari mulut kakaknya.

"Udah balik Kak", itu bukan jawaban Delvin melainkan Dafa.

Arka menganggukkan kepalanya dan berniat kembali keluar "Kemana?", Tanya Delvin saat melihat kakaknya berniat pergi.

"Disini aja, Zidan sama Dafa mau balik. Nanti yang jagain gue gak ada", ujarnya lagi.

Arka menghela napas pelan, membatalkan niatnya dan berjalan ke arah sofa dan merebahkan diri disana. Sebenarnya dia sangat lelah beberapa hari terakhir karena harus bolak balik ke rumah sakit.

Meletakkan lengan kanannya di atas dahi dan mencoba memejamkan mata. Pikirannya benar-benar kacau dan dia perlu beristirahat sejenak.

Tidak terasa satu jam telah berlalu. Zidan dan Dafa sudah pamit pulang beberapa menit yang lalu. Tinggal keheningan yang mengisi ruangan. Delvin hanya menatap ke arah Arka yang tengah tertidur di sofa.

Pikirannya melayang entah kemana. Apa benar dia sudah egois selama ini? Dia tidak munafik semenjak dia hadir dalam keluarga ini dia mendapatkan kebahagiaan penuh. Merasakan bagaimana nyaman dan hangatnya kasih sayang keluarga.

Delvin menggelengkan kepalanya menepis pikirannya sendiri. Tidak tidak, dia tidak perlu memikirkan itu.

Menyibak selimutnya dan berniat turun dari ranjang tapi terhenti saat bunyi pintu mengalihkan atensinya.

"Sayang, mau kemana?", Hanna langsung terburu menghampiri Delvin yang kakinya nyaris menyentuh lantai dingin rumah sakit.

"Mau ke kamar mandi Ma", Hanna lantas membimbing Delvin ke arah kamar mandi.

Setelah Delvin menutup pintu kamar mandi, pandangan Hanna mengedar memperhatikan putra sulungnya yang tidur di atas sofa.

Perlahan kakinya melangkah pelan ke arah Arka. Mensejajarkan tubuhnya, lalu mengelus pelan dahi Arka yang dipenuhi oleh keringat. Pasti putranya ini kelelahan.

Kegiatan Hanna terhenti saat mendapati Arka yang mengernyitkan dahinya dan mengerjapkan mata pelan. Pertanda sang empu terganggu dari tidurnya.

Arka menoleh ke samping mendapati Hanna yang menatap teduh ke arahnya.

"Mama dari mana?", Tanyanya mendudukkan diri perlahan sembari masih mengumpulkan nyawa.

"Mama pulang sebentar terus beli makanan", jawab Hanna berjalan ke ranjang Delvin mengambil makanan yang dia bawa tadi.

Arka baru tersadar saat mendapati ranjang Delvin kosong "Delvin kemana Ma?"

"Di kamar mandi"

"Kamu udah makan?", Tanya Hanna mengeluarkan makanan dari paper bag.

"Belum Ma". Arka menguap karena kantuk masih mendera. Menyandarkan kembali tubuhnya di sandaran sofa.

"Sekolah kamu gimana? Ada masalah?", Tanya Hanna masih dengan kegiatannya.

Arka menggeleng "Gak ada Ma", balasnya masih memejamkan mata.

"Kapan ujian?", Hanna mengalihkan perhatiannya sejenak ke arah Arka. Tangannya masih sibuk menyalin makanan ke dalam piring.

"Bulan depan Ma", Arka menegakkan kembali tubuhnya dan menjangkau snack yang ada di atas meja.

"Udah kepikiran mau lanjut kemana?", Hanna mencoba memfokuskan diri menatap Arka.

ASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang