Bagian 23

10.3K 998 211
                                    


Aska mengeratkan jaket pada tubuhnya. Menatap dengan senyum kecil kontrakan kecil yang ada di hadapannya. Sepulang bekerja, Aska menyempatkan diri untuk mencari kontrakan yang akan ditempatinya nanti. Tidak terlalu besar, tetapi cukup nyaman dan harganya juga murah. Uang gajian yang dia sisihkan untuk membeli obat harus Aska relakan untuk membayar sewa.

Setelah berpikir semalaman, perkataan Samuel terus menghantuinya. Sepertinya dia harus benar benar pergi dari keluarga ini. Bukannya Aska mau menyerah tapi Aska pikir ini adalah pilihan terbaik. Aska juga masih tau diri untuk tidak menerima apartemen yang Samuel berikan.

Perihal sekolah, Aska tidak tau apa masih bisa melanjutkan pendidikannya atau tidak. Gajinya tidak cukup untuk membayar uang sekolah. Ditambah lagi kesehatannya yang makin hari makin memburuk.

Untuk saat ini yang ada di pikirannya adalah bagaimana dia harus tetap bertahan dengan kehidupan barunya. Jika nanti Tuhan memberi Aska umur yang panjang dan kesehatan yang kembali membaik, Aska berjanji akan melanjutkan sekolah dan berpendidikan yang tinggi. Setidaknya Aska ingin membahagiakan ayah di atas sana.

Setelah lama dengan pikirannya, Aska segera beranjak dari sana dan bergegas pulang. Hatinya jadi membaik saat mendengar kabar dari Arka kalau hari ini Hanna pulang. Dia ingin berterima kasih kepada Hanna dan jika dibolehkan Aska ingin memeluk wanita yang sangat berharga baginya itu untuk yang terakhir kalinya.

Semuanya juga mendoakan yang terbaik buat Aska, bukan?

***

Perasaan cemas melanda Arka saat ini. Sekarang sudah pukul delapan malam dan dia tidak melihat atensi Aska sejak pulang sekolah. Kemana adiknya itu? Malam ini keluarganya sedang mengadakan pesta barbeque di halaman belakang. Oma yang meminta untuk menyambut kepulangan mamanya, Hanna.

Arka memperhatikan satu persatu wajah keluarganya. Terlihat jelas kebahagiaan disana. Apa mereka tidak menyadari kurangnya kehadiran seseorang ?

"Kenapa melamun?", Arka mengarahkan pandangannya saat Hanna menepuk pelan bahunya.

Arka tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya, "Mama kok gak ngasih tau kalau pulang hari ini?"

"Jadi gak senang Mama pulang?", Balas Hanna terkekeh pelan.

"Bukan gitu. Jadi Mama gak bakal pergi lagi kan?", Tanya Aska memastikan.

Hanna tersenyum dan perlahan melingkarkan tangannya pada tubuh putranya. "Mama gak bakal pergi lagi"

Melepaskan pelukannya dan Hanna memegang kedua pundak Arka. Menatap putranya yang sudah tumbuh sangat baik. Banyak sekali sesuatu yang dia lewatkan ternyata.

"Mama bakal tinggal disini bersama anak anak Mama"

Arka balik menatap Hanna yang masih belum melunturkan senyumnya. "Aska?", Tanyanya memberanikan diri.

Senyum yang Hanna pertahankan sejak tadi perlahan luntur. Masalah ini masih sensitif di telinganya. Tetapi kedepannya Dia akan mencoba. Tujuan Hanna untuk kembali ke rumah ini adalah dia akan mencoba untuk menerima semuanya perlahan.

"Ngapain disini? Ayok gabung", keduanya menoleh bersama saat Samuel datang membawa bahan makanan dan melanjutkan acara.

"Mama!! Kangen!!", Teriak Delvin sembari berlari memeluk Hanna.

"Ini udah berapa kali kamu bilang kangen hm", ujar Hanna sembari membalas pelukan Delvin.

"Mama gak akan pergi lagi kan?", Tanya Delvin tidak mau melepaskan pelukannya.

"Enggak sayang", balas Hanna terkekeh melihat kelakuan Delvin.

"Sekolahnya gimana?", Tanya Hanna setelah Delvin melepaskan pelukannya.

ASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang