Bagian 27

9.8K 969 143
                                    


Dua hari berlalu semenjak kabar kecelakaan Delvin yang membuat seisi rumah panik. Tidak ada lagi gelak tawa yang menyambut Aska saat baru menginjakkan kaki di rumah. Sangat aneh, padahal jelas sekali bukan dia sumber suara itu. Tapi dia sedikit merasa kerinduan. Entahlah, melihat mereka tertawa membuat Aska bahagia walaupun dia bukan bagian dari itu.

Sebenarnya keadaan Delvin bisa dibilang tidak begitu parah, hanya saja tulang pergelangan tangannya sedikit bergeser dan memerlukan perawatan beberapa hari kedepan. Makanya anggota keluarganya lebih menghabiskan waktu menemani putra kesayangannya itu di rumah sakit.

Mungkin sedikit rasa iri yang Aska rasakan saat ini. Melihat raut kekhawatiran itu tidak pernah dia dapatkan sekali pun, bahkan saat keadaannya jauh dari kata baik. Memilih bertahan atau berhenti. Saat seperti itu Aska sangat membutuhkan uluran tangan dari mereka, tapi sekali lagi itu hanya angan-angan yang tidak akan bisa terwujud.

Aska rasa dia juga harus meminta maaf kepada Delvin atas tindakannya beberapa hari yang lalu. Sungguh, yang dia lakukan di luar kendalinya. Mungkin emosinya sudah mengambil alih semua sehingga beberapa hadiah dari Ratih pada pipinya tidak dapat mengehentikan tindakan bodohnya itu.

Terkekeh miris dan menggelengkan kepalanya pelan, Aska lantas melangkahkan kakinya keluar kamar. Sekarang hari libur, Dia akan pergi ke ke kafe dan akan mengambil shift malam. Dia tidak enak dengan nenek Fatma karena sering sekali bolos kerja dan baiknya nenek itu selalu memaklumi keadaannya.

Sebelum itu, Aska sudah berniat untuk pergi ke rumah sakit sebentar hanya untuk melihat keadaan Delvin apakah dia baik baik saja. Jujur Aska juga merasakan kekhawatiran saat mendapat kabar itu. Hanya saja dia tidak akan buka suara bertanya karena itu akan menambah kekacauan yang ada.

Raut pucat serta bibir kering itu tidak akan lepas dari sosok Aska saat ini. Atau mungkin sudah menjadi ciri khas seorang Aska?

Oh iya, kakaknya juga tidak menemuinya dua hari belakangan ini. Sepertinya, Arka terlalu sibuk mengurusi keperluan Delvin sehingga mengharuskannya bolak balik ke rumah sakit. Tidak apa apa, Aska memakluminya kok melihat keadaan saat ini. Toh dia juga siapa disini?

Saat menuruni tangga, keadaan rumah sangat sepi. Bahkan lampu masih menyala dari semalam. Apa mungkin tidak ada yang pulang? Aska tidak tahu.

Langkah kakinya membawa Aska ke arah dapur saat mendengar suara wajan beradu dengan spatula dan mencium wangi aroma masakan. Siapa? Mamanya kah? Atau Oma?

Dugaannya salah, dilihatnya Arka yang sedang sibuk menuangkan masakannya ke atas piring. Tumben sekali kakaknya memasak pagi-pagi seperti ini.

Melihat kehadiran adiknya, Arka lantas menyuruh Aska duduk "Sini! Sarapan", ujarnya sambil menyodorkan sepiring nasi goreng ke arah Aska.

Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Aska lantas duduk dan memakan sarapannya dengan diam.

Dilihat dari raut wajahnya, kakaknya terlihat baik baik saja. Sepertinya keadaan Delvin sudah membaik. Syukurlah.

"Kak", Aska membuka suara.

Arka yang baru menyudahi makannya, meletakkan sendoknya begitu saja dan membalas panggilan Aska dengan alis yang terangkat. Menyempatkan minum terlebih dahulu sebelum Aska melanjutkan perkataannya.

"Delvin baik baik aja kan?", Tanya Aska ragu.

Arka menganggukkan kepalanya pelan "Baik", ujarnya lalu membawa piringnya ke wastafel untuk dicuci.

"Lo balik ke rumah sakit lagi?", Tanyanya lagi. Tangannya masih memegang sendok dengan kuat.

Arka kembali menganggukkan kepalanya tanpa menoleh ke arah Aska. Masih sibuk dengan kegiatannya.

ASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang