Bagian 24

10.2K 1K 195
                                    

Arka berjalan tergesa memasuki kelas Aska. Mengabaikan tatapan heran para siswa disekitarnya. Dia lantas menyambar tas Aska yang tergeletak di atas meja. Tapi gerakannya terhenti saat melihat botol obat yang terjatuh dari dalam tas Aska dan berceceran di lantai.

Arka lantas berjongkok dan memunguti dua buah botol obat itu. Dia tidak bodoh untuk mengenali bahwa botol yang satu adalah obat penenang. Dan botol yang satu lagi Arka tidak tahu obat apa itu.

Apakah Aska selama ini mengonsumsi obat penenang? Ada apa dengan adiknya? Apakah Aska selama ini tidak baik baik saja? Arka menggelengkan kepalanya pelan dan kembali memasukkan botol itu ke dalam tas Aska dan beranjak dari sana. Dia akan menanyakan langsung pada Aska nanti.

Langkah Arks terhenti saat mendapati Zidan dan temannya baru memasuki kelas. Arka dapat melihat kehadiran Delvin juga disana.

Arka hanya menatap datar Zidan dihadapannya tanpa mengeluarkan sepatah kata. Dari raut wajahnya dapat Arka lihat Zidan menatapnya penuh kebencian. Sebenarnya, Arka dibuat terkejut saat mendapati Zidanlah yang menghajar Aska habis habisan di kantin.

Sahabat adiknya yang Arka lihat selama ini sangat dekat dengan Aska  tidak mungkin tanpa alasan melakukan itu. Pasti ada yang tidak beres dengan mereka.

Mengabaikan, Arka beranjak melewati Zidan tapi tangannya terlebih dahulu ditahan oleh Delvin.

"Lo ngapain disini Kak?", Tanya Delvin heran mendapati kakaknya membawa tas seseorang. Apa mungkin itu tas Aska?

Arka tidak menjawab. Dia melepaskan tangannya dengan kasar dan berlalu pergi mengundang tatapan tidak suka dari Delvin.

Membuka pintu UKS dengan pelan, Aska berjalan tanpa suara ke arah ranjang yang ditempati adiknya. Dia meletakkan tas Aska di sofa yang ada disana lalu beranjak mendekati Aska yang masih belum membuka matanya.

Dapat Arka lihat wajah pucat adiknya serta bibir yang hampir membiru. Nafas Aska juga terdenger memberat.

Arka menatap sendu, Sampai sejauh mana hingga adiknya mengonsumsi obat penenang itu? Apa yang tidak dia ketahui lagi tentang Aska selama ini?

Beberapa menit berlalu Arka larut dengan pikirannya sendiri. Hingga gerakan pelan dari Aska membuyarkan lamunannya.

"Lo gak papa?", Tanya Arka cemas.

Aska mengernyitkan keningnya saat dirasa pusing masih mendera. Dadanya naik turun tidak teratur pertanda sang empu masih kesulitan bernafas. 

Tersentak kecil saat kakaknya mengelus pelan dadanya lalu menatapnya dengan pandangan khawatir.

Pandangan lemahnya beralih menatap kosong ke arah langit langit UKS. Aska tidak mau menyalahartikan perlakuan Arka saat ini. Dia hanya tidak mau berharap lebih dan berujung kekecewaan yang didapatkan nantinya.

Tapi Aska tidak bisa berbohong bahwa hatinya menghangat melihat gurat kekhawatiran pada wajah kakaknya.

Kembali memejamkan matanya. Setidaknya biarkan Aska merasakan ini walau hanya sebentar.

"Ka..", panggil Arka pelan.

Yang dipanggil tidak merespon apapun. Tapi dahinya mengernyit pertanda tengah menahan sakit.

"Aska..", panggilnya lagi.

Aska membuka mata perlahan dan menatap lirih ke arah kakaknya. Menunggu Arka melanjutkan kalimatnya.

Tangan yang sedari bertengger di dada Aska lalu perlahan turun "Lo ga papa?", Tanyanya pelan.

Aska menganggukkan kepalanya perlahan.

ASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang