Aska melangkahkan kakinya pelan keluar kantin rumah sakit. Tubuhnya mendadak lemas saat ini. Semangatnya pagi tadi hilang entah kemana. Seluruh badannya terasa sakit. Tak terkecuali sumber kehidupannya yang terasa nyeri."Aska!", Mengangkat pandangannya saat suara kakaknya terdengar dan berjalan ke arahnya.
"Kemana? Tadi udah jadi masuk?", Tanya Arka.
"Belum, gue dari toilet", jawab Aska pelan.
"Maaf lama, tadi gue ada urusan", ujar Arka sembari merangkul adiknya dan melanjutkan langkah. Aska hanya menganggukkan kepalanya pelan dan kembali membasahi bibirnya yang terasa kering.
"Kak..", panggil Aska pelan.
Arka melepaskan rangkulannya dan menoleh ke samping "Kenapa?", Bingungnya tanpa mengehentikan langkah mereka.
"Gak papa kalo gua ikut masuk?", Tanyanya ragu.
Arka mengernyitkan dahinya, dia tahu apa yang tengah dikhawatirkan adiknya ini "Gak papa, masuk aja. Di dalam juga ada teman-teman lo"
Berhenti sejanak di depan ruang rawat, Aska kembali bersuara "Kalo Delvin lagi istirahat, gue balik aja ga papa. Gue gak mau ganggu"
Menghela napas kasar, Arka lantas menarik pelan tangan adiknya dan masuk ke dalam ruangan dan seketika membuat suasana gelak tawa disana menjadi terdiam dan menatap ke arahnya.
Aska hanya pasrah saat Arka menyuruhnya duduk di sofa yang juga ditempati oleh mamanya. Dapat Aska lihat, Hanna menatap terkejut ke arahnya. Tapi setelah itu kembali mengabaikannya dan melanjutkan kegiatan merapikan keperluan Delvin.
Sementara itu Zidan dan Dafa yang melanjutkan obrolannya dengan Delvin dan Ratih yang terlihat mengupas buah untuk mereka. Raut wajah omanya jelas sekali memperlihatkan ketidaksukaannya pada Aska. Sungguh, Aska merasa tidak enak telah merusak suasana disini.
Aska memperhatikan interaksi mereka dengan diam. Sepertinya seru ya kalo seandainya dia bisa gabung dalam obrolan itu. Berwarna.
Terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri, lamunan Aska terhenti saat mendengar suara Delvin "Oma, Askanya gak dikasih?"
Ratih mengalihkan perhatiannya ke arah Aska. Terdiam sejenak sebelum berjalan menghampirinya dan menyodorkan sepiring buah dengan wajah datarnya.
Sementara itu Aska hanya tersenyum tipis "Ga usah Oma, aku udah makan", sopannya.
"Yasudah", Ratih berbalik dan menyodorkan piring itu ke arah Delvin.
"Dia gak mau, kalian aja yang makan", ketus Ratih.
Zidan yang melihat itu dengan kecanggungan memutar pandangannya pada Aska yang juga sedang menatapnya.
Aska hanya tersenyum tipis. Zidan memang berubah sepenuhnya. Biasanya dia yang akan maju paling depan jika sudah menyangkut Aska. Tidak apa-apa. Aska juga mencoba menerima sikap Zidan terhadapnya saat ini.
Pandangannya mengedar untuk melihat keberadaan kakaknya. Kemana Arka? Saking sibuknya melamun sampai tidak sadar Arka pergi.
Obrolan mereka masih berlanjut dan Aska masih dilingkupi kecanggungan. Perlahan kepalanya menoleh melihat Hanna yang masih sibuk membereskan pakaian Delvin ke dalam tas. Telaten sekali mamanya.
Aska terkesiap saat Hanna balik menatapnya. Sesegera mungkin mengalihkan pandangan supaya tidak bertatap dengan mamanya.
Dari ekor matanya, Hanna perlahan berdiri dan membawa tas yang Aska yakini berisi baju kotor Delvin.
Berjalan ke arah Delvin tanpa menghiraukan Aska yang sudah gugup sejak awal memasuki ruangan ini.
"Mama pulang sebentar ya sayang", ujar Hanna sembari memberi kecupan hangat di kening Delvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASKA
Teen FictionSemua orang punya batas kesabaran masing-masing bukan? *** Hai hai selamat datang di cerita pertamaku Masih belajar😊 Jangan lupa follow dulu yaa Vomentnya jangan lupa Don't copy paste my story!! Ini murni dari imajinasiku ya😉😊 Happy reading✨