Phase 1
Arlyn
Arlyn menatap wanita muda yang sedang berbincang dengan Jevan tersebut sekali lagi, ia kemudian merasa kesal karena wanita muda yang bernama Harla tersebut berhasil membuat Jevan mengabaikannya. Berulangkali ia mengodei Jevan bahwa ia tidak nyaman dengan situasi ini, namun sepertinya Jevan bukan seorang mantan anggota Pramuka yang paham akan kode-kode yang ia berikan, yang mampu ia lakukan sekarang adalah menyesali keputusannya untuk ibadah digereja ini. Seandainya ia tidak nekat datang kesini, mungkin ia tidak akan melihat interaksi antar ke-dua manusia itu dan moodnya tidak akan sejelek ini.
"Cewek itu siapanya Jevan?" Arlyn mengalihkan pandangannya kearah orang yang bersuara disampingnya, ia sedikit terkejut, namun ia kemudian membuang tatapannya kearah yang lain.
"Temannya Jevan, lo ngapain disini?" jawabnya tak niat.
"Pengen Ibadah plus ketemu sama lo, kata Alvy lo bakal Ibadah disini hari ini jadinya gue datengin deh. Udah gimana kondisi lo? kemaren demam kan?" Arlyn menatap pria itu dengan kesal,
Udah dicuekin Jevan, diganggu pria ini pula. Bikin mood makin rusak!
"Gue okay, kok." jawabnya dengan cuek.
"Syukur deh kalau gitu, mau masuk sekarang?" ajak sang pria,
"Lo duluan aja deh, gue mau bareng sama Jevan." tolaknya, sipria mengangguk, namun ia tak serta merta langsung masuk kedalam gedung gereja, ia masih setia berdiri disamping Arlyn yang sedang sibuk menatapi sepasang anak muda yang mengobrol didepan gerbang sana.
"Samperin gih, sibuk banget ngobrol ampe lupa sama lo."
"Ehm, that's their privacy. Pasti ada sesuatu yang nggak perlu gue tau makanya mereka harus ngobrol jauh dari gue. Jadi kalau mereka nggak pengen gue tau, buat apa harus gue kepoin?"
"Gue nggak bilang lo harus nguping loh, gue cuma bilang samperin bukan dengerin." protes pria itu ketika Arlyn salah mengartikan ucapannya. Arlyn meminta maaf sekadarnya, dan dia sebenarnya malas berurusan dengan pria yang jauh-jauh datang kesini hanya untuk menemuinya.
5 menit sebelum prosesi ibadah dimulai, Jevan menghampiri Arlyn. Arlyn menatapnya dengan tatapan kesal dan masuk ke gereja sendirian, Jevan mengikutinya dengan ekspresi bingung. Arlyn membelalakkan matanya tidak percaya karena Harla kini duduk disamping Jevan,
Apa-apaan?
"Jev! Kamu pindah kesini." pintanya kepada Jevan,
"Aku disini aja, ngapain pindah ketempat kamu?" Arlyn melotot mendengar penolakan Jevan.
"Tukeran maksudnya?" tanya Jevan memastikan permintaan Arlyn, Arlyn mengangguk, akhirnya pria ini mengerti maksudnya. Tanpa berbicara lebih jauh, Jevan dan Arlyn akhirnya menukar posisi duduk mereka hingga Harla berakhir duduk disebelah Arlyn. Harla menyapa Arlyn dengan senyuman dan Arlyn membalasnya dengan senyuman tidak ikhlas.
Apakah wanita yang mengaku sebagai sahabat Jevan ini akan sama dengan Astri?
"Aksa ngapain ibadah disini?" tanya Jevan, sepertinya ia sudah melihat Aksa yang duduk tak jauh dari mereka, suaranya tenang, seperti memang sedang bertanya, tetapi bolehkah Arlyn berharap kalau Jevan sedang cemburu?
"Aku nggak tahu, kenapa kamu nggak coba tanya aja sendiri?" tantang Arlyn.
"Ogah deh, nanti juga dikasih tau sendiri kalau dia mau." Jevan menolak tantangan Arlyn, Arlyn merasa kesal dibuatnya, tapi lonceng yang berbunyi membawa pergi semua kekesalan Arlyn. Sekarang dia fokus untuk mengikuti kebaktian.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Partner to Start
RomanceHighest rank: rank 1 dalam ericnam rank 8 dalam desainer Everything starts again.. Kisah tentang mereka yang mempunyai masalalu yang sulit dijelaskan.