Round and Round.

79 6 0
                                    


Phase 1

Arlyn

Berulangkali Arlyn mengetuk-ngetuk ujung pensilnya, dan sesekali ia menghela nafas kasar. Apa yang harus ia lakukan untuk gaun Adrina ini? Beberapa kali juga ia melakukan pencarian tentang ibu hamil di internet hanya untuk mengakali gaun klien pertamanya itu. Bukankah Adrina harus puas dengan gaunnya agar Arlyn bisa mendapat review yang baik? Selagi ia berfikir, ponselnya berbunyi yang menandakan ada yang menelvon. Indry, itu nama penelvonnya. Indry adalah teman masa SMA-nya yang mengenalkannya pada Sam dan Adrina.

"Lagi ngapain lo? Susah banget dihubunginnya." Belum sempat Arlyn menyapa, Indry sudah berkata demikian.

" gue lagi ngurusin gaunnya Mbak Adrina, bingung nih gue." Keluhnya.

"Apanya yang bikin bingung?"

" Mbak Adrina kan lagi hamil 1,5 bulan, trs nikahnya sebulan lagi. Berarti usia kandungannya 2,5 bulan dong. Kalau umur segitu, ukuran perut udah segimana sih gedenya? Terus pasti BB-nya pasti naik kan? Kemarin ngukur masih normal sih, cuma kalau buat sebulan lagi keknya ukuran kemaren udah nggak berlaku lagi deh." Curhat Arlyn.

" ehm, kalau menurut pengalaman gue nih. Hamil 2,5 bulan itu, perut belum terlalu gede sih terus berat badan juga nggak drastis-drastis banget naiknya. Tapi Adrina itu bayinya kembar, bisa jadi beda sama pengalaman gue."

" kalau ukuran gaun bisalah gue gedein dikit, tapi kalau dibagian perut gue gedein juga bakal nggak bagus gaunnya." Adrina berbicara sambil mencoret-coret sketsa gaun Adrina yang sedang ia pikirkan cara mengakalinya.

" bukannya kalau lo gedein ukuran gaunnya, otomatis lo harus gedein bagian perut sama pinggangnya ya? Terus bukannya lebih mending agak gedean gitu biar perutnya tersamarkan?"

" Bener juga sih, duh. Kenapa nggak bulan depan aja ngukurnya ya? Biar nggak repot gini gue."

" yeu, kalau bulan depan lo yang susah juga. Lo pasti ada klien lain kan?"

" ada sih, Puji Tuhan. Udah mulai agak rame." Kata Arlyn.

" nah kan, coba aja dulu gedein ukurannya beberapa senti. Pasti Ad juga nggak gede-gede amatlah sebulan lagi."

" ehm, apa dibagian perut gue kasih karet aja ya? Biar perutnya leluasa gitu."

" aduh, nggak paham deh gue, Ar. Kan yang jurusan tatabusana kan elu."

" eyy,, lagian itu nggak sebulanan lagi kali nikahannya si Ad. 3 minggu lagi atuh, kalau kemaren udah ngukur BBnya nggak naik banyak lah." Lanjut Indry.

" oh iya bener yak. Kan nikahannya di awal bulan ya."

" eh, bahannya aja yang gue ganti. Keknya nggak masalah kalau jenis kainnya yang gue ganti dibagian perut." Kata Arlyn yang tiba-tiba mendapat ide yang bagus.

" ya pinter-pinter lu aja sih buat gabungin bahannya, jangan sampai nanti perpaduannya nggak bagus. Eh! Tapi kenapa malah gue yang ngomong gitu sih? Kan ahlinya elo." Indry terkekeh diseberang sana karena ucapannya sendiri. Arlyn juga tersenyum disini.

" Eh, udahan dulu ya. Gue mau lanjut lagi nih ngerjain gaun Mbak Adrina, bye-bye." Arlyn mengakhiri telvonnya. Setelahnya ia memikirkan kira-kira jenis kain apa yang cocok dengan idenya tadi.

" kain yang cocok harusnya taffeta atau organza sih ini buat dibadan, kalau bagian skirt nya cocoknya bahan apa ya? Gini nih kalau bahannya diubah, pusing sendiri mikirin kombinasinya." Arlyn bermonolog.

" lace cocok nggak ya? Tapi jangan deh, 1 jenis aja dari atas kebawah. Cuma di skirt nya gue tambahin ornamen aja. Atau bagusan polos nggak sih kek desain awal? Desain awal kan polos ya, cuma jenis bahannya nggak cocok sama kondisi Adrina saat ini. Duh, gue harus gimana dong?" Lanjutnya masih bermonolog.

" kalau gue paksain pake bahan aslinya, janin Adrina pasti kejepit nih." Lagi-lagi ia bermonolog. Hingga kemudian ia mendapat ide lain.


☆▪☆▪☆▪☆

Phase 2

Arjevan

Arjevan akhir-akhir ini malas ke Ibadah pemuda dan memutuskan untuk ibadah di Kebaktian Umum yang kedua, sebab kebaktian umum yang pertama terlalu pagi buat dia yang the night owl itu.

Seperti pada hari Minggu kali ini, dimana Jevan yang out of duty itu sudah duduk di kursi gereja barisan kedua tersebut. Hari ini Jevan tidak berharap banyak untuk bertemu Arlyn karena sudah berapa kali ia tidak bertemu Arlyn di gereja, barangkali ia Ibadah di gereja asalnya. Namun, sepertinya kali ini Tuhan sedang baik padanya ketika Arlyn duduk disampingnya. Sungguh, Jevan ingin tersenyum bahagia saat ini, tetapi ia menahannya. Dia tidak mungkin menunjukkan rasa bahagianya disini kan? Bisa-bisa ia dianggap tidak waras oleh Arlyn. Berulangkali ia mencoba mengajak Arlyn berbicara, namun keberaniannya untuk mengganggu gadis itu hilang ketika Arlyn sibuk dengan Alkitabnya yang sedang memperlihatkan Kitab Kidung Agung, Kitab paling romantis sepanjang masa.

Prosesi Ibadah selesai dengan waktu yang cepat, bahkan tidak terasa bagi Arjevan dan dia masih belum mampu mengajak Arlyn berbicara.

Arjevan mengamati Arlyn yang sedang berjalan menuju parkiran dengan ponsel yang diarahkan ke telinganya, sepertinya ia sedang menelvon. Arjevan ingin sekali menegurnya, tidak baik menelvon sambil berjalan begitu karena daerah ini sedikit rawan jambret. Belum lama Arjevan berpikiran demikian, ponsel Arlyn sudah berpindah ketangan seorang remaja diatas sebuah sepeda motor bersama rekannya. Arjevan sudah bersiap mengejar mereka, tetapi ternyata ia kalah cepat dengan Arlyn sendiri. Arlyn mencopot sebelah heels nya dan melemparkannya kearah si penjambret, dug! Tepat sasaran, si penjambret jatuh dari motor dan temannya kehilangan keseimbangan dan akhirnya keduanya terjatuh.

"Wow! She's unpredictable." Bathin Jevan.

" Dek, lain kali kalau mau menjambret Saya, ngomong dulu ya. Biar saya bawakan hp satu lagi. Yang ini nggak boleh berpindah tangan soalnya, banyak kerjaan didalamnya yang kamu nggak paham, okay!!" Perkataannya membuat Jevan terbahak, nasihat jenis apa itu?

Orang-orang yang sedari tadi menonton, tertawa melihat aksi Arlyn yang tergolong langka. Baru kali ini ada orang yang menghadapi jambret dengan santai begini.

" Minggu depan Saya kesini lagi, Adek bisa dateng lagi kok. Saya siapin hp lain buat adek." Lagi-lagi perkataannya membuat Jevan tergelak, gadis ini ada-ada aja.

Setelah menciptakan suasana tegang namun lucu tersebut, Arlyn melanjutkan langkahnya ke arah parkiran. Sungguh, hari ini Jevan menemukan sisi Arlyn yang lain.

Dan yang paling membuat speechless adalah, ternyata di Minggu berikutnya Arlyn ibadah di gereja yang sama lagi dengan Jevan tetapi tidak ada apa-apa padanya selain Alkitab, penampilannya juga sangat berbeda dengan minggu sebelumnya. Kali ini ia mengenakan kameja putih kebesaran, dipadukan dengan jeans biru dan sneaker putih dan wajahnya dilengkapi kacamata bulat.

Dia menipu para penjambret itu!!!

☆▪☆▪☆▪☆

Bersambung

Thx for reading guys!!

XOXO

Hari ini Aksa lagi terbang ya jadi nggak ada perannya disini, heheh😁😁

A Partner to StartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang